Slavia Praha adalah salah satu kesebelasan tersukses di Republik Ceko. Namun, siapa pula yang peduli. Lagian, takada masyarakat Indonesia yang menonton Liga Ceko meski dulu tak asing dengan nama semacam Pavel Nedved, Milan Baros, hingga Jan Koller.
Memang sudah lama Ceko tak lagi berbicara banyak di kancah internasional. Timnas mereka sedikit tenggelam dan belum ada lagi pemain sekelas Petr Cech atau Tomas Rosicky yang muncul dari negara pecahan Cekoslowakia itu. Jadi, wajar bila banyak yang tak lagi kenal dengan wakil Ceko di sepak bola dunia.
Akan tetapi, tiga tahun terakhir ini, Ceko selalu punya wakil di kompetisi sepak bola Eropa. Sejak musim 2018/2019, Ceko punya perwakilan baik di ajang Liga Champions maupun Liga Europa dan wakilnya itu selalu punya kisah pencapaian menarik yang bikin kagum.
Seperti pada babak 16 besar Liga Europa 2021 yang berakhir Jumat (19/3) dinihari. Satu-satunya wakil Ceko, Slavia Praha berhasil melaju ke babak 8 besar. Mengesankan, mereka sukses menjinakkan Rangers asuhan Steven Gerrard yang sedang ganas-ganasnya.
Namun, apa sih yang diingat pecinta bola dari Slavia Praha?Â
Seharusnya, bagi para penonton setia Liga Champions Eropa, Slavia Praha bukanlah nama asing. Namun, sebelum mengalahkan Rangers 2-0 di Ibrox Stadium, kandang Rangers, saya yakin para pecinta bola hanya mengenali rival sekota Sparta Praha ini hanya dari gestur delegasi Slavia saat pengundian babak grup Liga Champions 2019/2020.
Sesuai prediksi pula, Slavia jadi juru kunci grup F. Klub berjuluk Cervenobili alias The Red and whites itu duduk di posisi 4 tanpa meraih satupun kemenangan. Namun, mereka kembali ke Ceko dengan kepala tegak.
Slavia tak patah arang. Menyerah bukan pilihan mereka. Slavia mengakhiri Liga Champions 2019/2020 dengan mengumpulkan 2 poin, hasil 2 kali imbang. The Red and whites berhasil menahan imbang Inter (1-1) di pertandingan pertama dan mencuri 1 poin saat bertandang ke markas Barcelona (0-0).
Walau jadi juru kunci, Slavia bukanlah kontestan paling hancur di Liga Champions 2019/2020. Performa Slavia yang dilatih Jindrich Trpisovsky justru diapresiasi. Berkat penampilan apiknya pula, beberapa pemain andalan Slavia langsung jadi incaran beberapa klub Eropa.
Yang paling masyhur tentu saja Tomas Soucek. Gelandang yang kini jadi tumpuan lini tengah West Ham United itu merupakan penggawa Slavia Praha di Liga Champions 2019/2020. Soucek didatangkan West Ham pada Januari 2020 lewat skema pinjaman plus opsi pembelian permanen.
Slavia untung besar saat itu. West Ham tak cuma merekrut Soucek seorang, tapi juga Vladimir Coufal, seorang bek kanan yang dibeli Oktober 2020, selang 3 bulan setelah West Ham memutuskan mempermanenkan Soucek. Melansir dari transfermarkt, Slavia nyaris mendapat untung 28 juta euro berkat penjualan dua pemainnya itu.
Apakah penjualan beberapa pemain penting membuat performa Slavia Praha menurun?
Realitasnya, Slavia masih kesebelasan kuat di Liga Ceko. Gelar Piala Ceko masih bisa diraih dengan kelolosan mereka ke babak perempat final, sementara di liga mereka masih sangat berpeluang besar kembali juara. Hingga pekan ke-23, Slavia Praha kokoh di puncak klasemen liga dengan keunggulan 14 poin dari peringkat 2.
Sementara itu, di kompetisi kancah Eropa, performa Slavia Praha masih patut diperhitungkan. Meski bukan dari liga top Eropa, realitasnya mereka berhasil melaju ke babak 8 besar Liga Europa 2021 usai kandaskan Rangers di babak 16 besar.
Musim ini, Rangers bukan kesebelasan abal-abal. Mereka baru saja juara Scottish Premiership dengan catatan rekor apik. Sepanjang musim ini, Rangers yang dilatih Gerrard bahkan tak tersentuh kekalahan di liga dan Liga Europa. Slavia pun jadi tim pertama yang merusak catatan tersebut.
Sebelum menjinakkan Rangers, di babak 32 besar Liga Europa, Slavia juga membuat kejutan. The Reds and whites menundukkan perlawanan Leicester City dalam 2 leg. Skemanya sama seperti saat mengalahkan Rangers. Di leg I yang digelar di Eden Arena, Slavia hanya main imbang, tapi di leg II saat giliran mereka jadi tamu di King Power Stadium, Slavia menang 2-0.
Sepertinya memang sudah guratan takdir-Nya. Di fase gugur Liga Europa musim ini, Slavia Praha akrab dengan wakil Britania Raya. Setelah berjumpa Leicester dan Rangers, hasil drawing babak 8 besar Liga Europa kembali mempertemukan Slavia Praha dengan klub asal Britania Raya, Arsenal. Bedanya, kali ini mereka yang giliran jadi tuan rumah terlebih dahulu.
Saya memprediksi kalau kunci juara Liga Europa musim ini dipegang oleh Slavia Praha. Berkaca dari hasil musim 2019 itu, bila Arsenal mengincar juara Liga Europa, maka mereka mesti menundukkan Slavia Praha seperti halnya Chelsea pada saat itu.
Masalahnya, Slavia pada masa itu juga sama seperti sekarang, mereka adalah tim kejutan. Sebelum kalah dari Chelsea, di babak sebelumnya mereka menjinakkan raja Liga Europa, Sevilla.Â
Di musim ini, Slavia jadi tim pertama yang mengalahkan Rangers-nya Steven Gerrard di Eropa. Syarat untuk Arsenal cuma satu, jangan ngelawak sebab Slavia bukan tim penggembira.
Sayangnya, kiprah Slavia musim ini ternodai. Bukan, bukan karena kiper mereka yang kena tendangan kungfu pemain Rangers hingga jidatnya robek. Sebelumnya, perlu Anda ketahui, Slavia lolos ke perempat final dengan berdarah-darah. Kiper mereka, Ondrej Kolar menerima 3 jahitan di wajahnya yang kena pull sepatu Kemar Roofe.
Namun, sekali lagi bukan perkara itu yang menodai perjuangan heroik Slavia Praha di Liga Europa musim ini. Adalah adanya dugaan ujaran rasis yang dilontarkan bek mereka, Ondrej Kudela terhadap gelandang Rangers, Glen Kamara. Pagi ini, Glen dikabarkan sudah menunjuk kuasa hukum untuk mengusut kasus tersebut.
Di luar perkara yang masih perlu dibuktikan itu, nama Slavia Praha sudah lebih dulu tercoreng. Adalah ulah oknum suporter mereka yang dengan gamblang memposting ujaran rasis di akun IG mereka yang ditujukan kepada pemain kulit hitam Rangers.
Saya tak ingin memposting ulang di sini, jadi sila cek saja kata kunci @hooligans.cz di IG, atau "Slavia Praha racism" atau "Slavia Praha racist" di Twitter. Frasa tersebut tengah jadi trending tersendiri, khususnya di Britania Raya.
Ironis. Pasalnya, selama beberapa musim terakhir, Slavia Praha bergantung pada pemain mereka yang berkulit hitam. Selain punya pemain kulit hitam di dalam skuadnya, kelolosan mereka ke perempat final Liga Europa musim ini saja ditentukan oleh 2 pemain kulit hitamnya.
Abdallah Sima jadi penentu kemenangan Slavia saat mengalahkan Leicester. Lalu, ada Peter Olayinka yang kemarin jadi salah satu pembobol gawang Rangers. Selain dua nama itu, Slavia musim ini juga diperkuat 2 pemain asal Pantai Gading, Ibrahim Traore dan Simon Deli.
Perlu diketahui, Sima, penyerang 19 tahun asal Senegal adalah salah satu komoditi panas di bursa transfer penyerang muda. Dia adalah topskor Slavia musim ini dengan koleksi 15 gol.
Meledaknya Sima musim ini juga jadi bukti Slavia Praha yang selalu sukses mengorbitkan pemain muda. Slavia juga jadi penyumbang pemain handal ke timnas Ceko. Untuk laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di bulan Maret ini saja, ada 8 penggawa Slavia Praha yang dipanggil timnas Ceko.
Akan jadi preseden buruk bagi Slavia Praha bila ujaran rasis itu terbukti nantinya. Sudah pasti, perjuangan heroik The Reds and whites bakal ternoda. Meski begitu, perjuangan mayoritas skuad Slavia masih layak diapresiasi.
Bagaimapun, kiprah Slavia Praha musim ini tak bisa dianggap "B aja" atau malah dianggap remeh. Perjuangan mereka menunjukkan kepada kita bahwa Slavia Praha bukanlah penggembira, melainkan pesaing kuat di Liga Europa 2021.
Sekian. Salam bola.
@IrfanPras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H