Lewat program Damai Indonesiaku di TvOne, saya pertama kali melihat sosok Syekh Ali Jaber. Entah tahun berapa, yang jelas saya masih SMA dan saat itu Bahasa Indonesia Syekh Ali Jaber belum terlalu fasih, masih banyak kesulitan di beberapa huruf.
Momen itu bukan hanya sebatas perkenalan saya dengan Syekh Ali Jaber, melainkan juga dengan gelar yang beliau sandang. Jujur saja, saya tak paham maksud dari sapaan gelar Syekh dan begitu melihat dan mendengarkan dakwah beliau, saya langsung yakin, "Nah, ini baru Syekh beneran!".
Kesempatan untuk menyaksikan dan mendengarkan secara langsung dakwah Syekh Ali Jaber terjadi pada pertengahan ramadan 2019. Saat itu saya mendapat kabar bahwa Syekh Ali akan mengisi khotbah salat tarawih di masjid kampus saya di Solo. Kesempatan tersebut tak saya sia-siakan.
Benar kata orang-orang, walau saya hanya bisa melihat dari kejauhan karena penuhnya masjid, tapi saya masih bisa merasakan betapa teduhnya wajah beliau. Beliau sosok yang sangat santun. Tak cuma tutur kata beliau saja, tapi juga langkah beliau sangatlah sopan.
Tidak ada tutur kata percuma yang keluar dari mulut Syekh Ali. Semua perkataan yang keluar dari mulutnya baik dan selalu meneduhkan, tidak ada satu pun kata yang menyinggung atau menyakiti hari orang lain.
Saya masih ingat betul isi khotbah beliau saat itu. Satu yang paling saya ingat adalah membiasakan bersyukur. Jika dinalar sangat tidak masuk akal. Syekh Ali Jaber berpesan kepada jamaah untuk mengucap syukur alhamdulillah saat tertimpa musibah sebelum mengucap innalillahi.
Beliau mencontohkan pengalamannya saat kehilangan mobil usai melaksanakan salat subuh. Syekh Ali berkisah bahwa beliau tidak sedih dan menganggapnya sebagai ujian. Ujian dalam dirinya berdakwah.
"Tapi saya tidak begitu sedih. Karena yang hilang mobil saya, bukan iman. Kalau iman yang dicuri, kehilangan iman itu berat diganti. Tapi kehilangan mobil, saya yakin, karena mobil kita ini adalah mobil yang kita pakai dalam perjalanan dakwah, yang kita pakai untuk syiar, yang kita pakai untuk membagi-bagi sedekah-sedekah jamaah, titipan-titipan jamaah, di antaranya Quran, Quran braile, Quran wakaf yang kita bagi kepada daerah-daerah," kata Syekh Ali Jaber dalam salah satu video di kanal Youtube-nya.
Saya mbatin,"terbuat dari apa hati beliau hingga bisa mengucap hamdallah saat sedang diuji oleh Allah dengan kehilangan". Dan Syekh Ali masih bisa berprasangka baik bahkan mendoakan si pencuri mobil untuk bertaubat dan kembali kepada ke Allah SWT. Â Â
Selain nasihat untuk senantiasa bersyukur dalam kondisi apapun, isi khotbah beliau saat itu juga mengajak jamaah untuk membiasakan diri membaca ayat kursi selepas salat fardhu dan berdoa selepas subuh. Syekh Ali juga berpesan agar sebisa mungkin khatam Alquran 1-2 kali dalam sebulan.
Pengalaman mengikuti khotbah Syekh Ali Jaber adalah salah satu pengalaman paling berharga dan jujur saja, itu adalah salah satu dakwah terbaik yang pernah saya dengar. Dakwah Syekh Ali sangat santun dan dengan kelembutan hatinya, beliau mampu menyentuh hati orang lain begitu dalam.
Sampai akhirnya Allah SWT memperlihatkan wajah asli Syekh Ali Jaber saat terjadi penusukan kepada beliau. Syekh Ali ditusuk oleh seorang pemuda berinisial AA di bagian bahu kanan saat beliau mengisi kajian di Lampung, Minggu 13 September 2020.
Pasca insiden itu, jemaah langsung meringkus AA. Melihat itu, Syekh Ali Jaber justru melerai dan menyelamatkan si pemuda dari amukan jemaah dengan kondisi pisau yang masih menancap di bahunya.
Insiden itu viral dan banyak pihak yang menduga-duga bahkan membuat teori konspirasi. Namun, melalui insiden tersebut Allah memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia bagaimana akhlaq seorang Syekh Ali Jaber. Beliau memaafkan AA dan malah meminta maaf kepadanya.
"Di hari pertama sejak kejadian, kamu sudah saya maafkan."
"Saya minta maaf mungkin saya tidak bisa di saat yang pas mendahului jamaah untuk menjagamu untuk tidak disakiti."
Sayangnya, keteduhan, kelembutan, akhlaq, dan dakwah Syekh Ali Jaber kini hanya bisa kita nikmati dari rekaman video. Kamis (14/1) kemarin, di usia 44 tahun, Syekh Ali Jaber meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama 19 hari di ruang ICU Rumah Sakit Yarsi.
Sebelumnya, per 29 Desember 2020, Ali Saleh Mohammed Ali Jaber diketahui positif Covid-19. Sebetulnya, kondisi Syekh Ali sempat dikabarkan membaik, bahkan sebelum meninggal sudah dinyatakan negatif Covid-19.
"Alhamdulillah inalilah subhanallah. Enggak menyangka. Padahal sudah sering swab berkali-kali dan (hasilnya) selalu negatif. Beberapa hari lalu awal langkah mulai panas, kemudian batuk. Saya rasa panas biasa-biasa saja," ujar Syekh Ali Jaber saat mengumumkan dirinya positif Covid-19.
Bagi saya pribadi, saya sebetulnya mengharapkan Syekh Ali sembuh dari Covid-19 dan sehat kembali. Saya membayangkan, Syekh Ali Jaber akan berdiri di garis depan untuk menyadarkan umat akan pentingnya prokes, apalagi saat pandemi Covid-19 makin parah seperti sekarang ini. Kalau beliau yang matur, pasti mempan!
Sayang, manusia hanya bisa berharap yang terbaik, tapi keputusan terbaik tetap milik Allah SWT. Ternyata, Allah SWT punya rencana yang jauh lebih baik untuk Syekh Ali Jaber.Â
Indonesia kehilangan ulama kharismatik. Bagi saya, Syekh Ali Jaber adalah berkah yang Allah turunkan untuk Indonesia. Bayangkan saja, beliau asli dari Madinah, sudah mapan pula di sana. Saat ada sebagian orang yang bercita-cita tinggal di Madinah, Syekh Ali justru hijrah ke Indonesia dan sudah resmi menjadi Warga Negara Indonesia pada 2012 lalu.
Syekh Ali Jaber adalah wajah Islam yang sesungguhnya. Saya bersaksi, Syekh Ali Jaber adalah sosok yang teduh, pemaaf, santun, lembut, dan berakhlak sangat luar biasa baiknya. Syekh, semoga kita bisa berjumpa lagi di surga nanti bersama Rasulullah saw, para sahabat dan umat terbaik-Nya. Insyaallah... Aamiin.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H