Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan dan Orang Berkacamata, Sebuah Perkara yang Sulit Akur

5 Januari 2021   20:06 Diperbarui: 5 Januari 2021   20:16 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kondisi kacamata setelah diguyur hujan. | foto: cosmopolitan.co.id

Musim hujan telah tiba. Bagi sebagian manusia bumi, kehadiran hujan selalu dinanti-nanti. Baginya, hujan membawa sejuta kenangan.

Bagi para penyuka hujan, rasanya mereka kenal dan kompak menyukai lagu Desember dari Efek Rumah Kaca. Kata Efek Rumah Kaca dalam liriknya,

"Aku selalu suka sehabis hujan dibulan Desember"

Ya, pas banget kan. Sekarang bulan Januari di awal tahun 2021, tepat setelah bulan Desember dan kebetulan sedang musim hujan pula.

Sayangnya, bagi sebagian penduduk bumi, hujan bukan cuma anugerah dari Tuhan, melainkan juga cobaan. Mereka yang dapat cobaan dari hujan adalah orang berkacamata.

Sebelum saya teruskan tulisan ini, saya cuma mengingatkan bahwa orang dengan mata normal tidak paham bagaimana menderitanya orang berkacamata saat hujan turun. Jadi, tolong simak dengan baik tulisan berikut agar Anda, Anda, dan Anda bisa memahami kami dengan bijak.

Menerjang hujan itu nekat namanya

Bagi orang dengan mata normal, menerjang hujan bukan perkara sulit. Membuat keputusan dalam kondisi seperti itu juga bukan perkara sulit. Apes-apes, paling cuma masuk angin. Ya kan?

Akan tetapi, bagi orang berkacamata, membuat keputusan untuk menerjang hujan itu bikin gamang. Selain berisiko masuk angin, orang berkacamata akan disibukkan dengan sebuah ritual rutin yang hanya pantas dilakukan para pengguna kacamata.

Ritual tersebut adalah mengelap lensa kacamata yang basah. Jika Anda perhatikan dengan seksama, orang berkacamata pasti akan berhenti sejenak di tempat teduh usai menerjang hujan.

Jika Anda perhatikan dengan lebih teliti lagi, untuk menghemat waktu mereka pasti akan menggunakan apapun yang tersedia, asalkan instan, praktis, dan tidak memakan waktu. Sering kali, ujung pakaian yang sedang dikenakan akan digunakannya sebagai lap bila tak sedia sapu tangan atau lap kacamata khusus.

Ilustrasi menyeka lensa kacamata dengan ujung pakaian. Cara ini tidak dianjurkan. | foto: brightside.me
Ilustrasi menyeka lensa kacamata dengan ujung pakaian. Cara ini tidak dianjurkan. | foto: brightside.me
Nah, sampai disini saja Anda yang bermata normal can't relate kan?

Sialnya, kebiasaan mengelap lensa kacamata yang basah dengan ujung pakaian merupakan ritual yang tidak dianjurkan. Melansir dari style.tribunnews.com, menyeka lensa dengan ujung baju, kemeja, atau sembarang kain bisa meninggalkan goresan dan menciptakan beban tambahan.

Sangat dianjurkan untuk menyeka lensa dengan kain microfiber. Kain jenis ini menyerap air lebih cepat dan dapat digunakan berkali-kali dalam waktu yang lama. Tidak perlu pusing, jika Anda membeli kacamata di tempat yang benar, kain ini sudah tersedia dalam kotak kacamatanya kok.

Bagaimanapun, bagi orang berkacamata, menerjang hujan adalah sebuah perbuatan nekat. Dengan jalan kaki saja sudah berisiko lensanya basah, apalagi jika dia mengendarai sepeda motor.

Apa, melepas kacamata saat motoran? Itu sih bukan nekat lagi, tapi menantang maut!

Dalam beraktivitas normal saja, melepas kacamata sudah bikin pandangan blur, apalagi jika melepas kacamata saat berkendara. Pokoknya, kalau ada yang melepas kacamata saat berkendara tolong diingatkan ya.

Bila Anda menganggap menutup kaca helm bisa jadi solusinya, Anda salah besar. Menutup kaca helm akan membuat pandangan sedikit terganggu karena tetesan hujan yang membasahi kaca. Bila dibuka, lensa kacamata yang basah dan pandangan jadi tambah buram.

Selain itu, menutup kaca helm saat hujan turun akan memunculkan embun di lensa kacamata. Embun ini tercipta akibat perbedaan suhu di dalam dan di luar helm serta bisa timbul pula dari napas yang keluar baik melalui hidung atau mulut.

Berbicara soal embun, penderitaan kami yang berkacamata sedikit bertambah saat pandemi COVID-19 seperti ini. Bagaimana tidak, masker wajib dipakai demi kesehatan. Terkadang, memakai masker membuat napas kami naik ke arah mata dan alhasil terciptalah embun di lensa kacamata yang membuat visibilitas berkurang.   

Embun yang tercipta di lensa kacamata. | foto: gridoto.com
Embun yang tercipta di lensa kacamata. | foto: gridoto.com
Lalu, bagaimana solusinya?

Ada solusi cukup nyeleneh yang saya temukan di gridoto.com. Menurut Tugimin, Technical Support KYT Helmet, membalurkan minyak kayu putih di kaca helm bisa mencegah pengembunan di dalam helm. Sehingga, pengguna kacamata tak risau lagi dengan kacamata yang berembun dan mengganggu pandangan.  

"Caranya, balurkan minyak kayu putih ke permukaan kaca helm. Kemudian dijemur dulu hingga kering sebelum digunakan," ujar Tugimin, Technical Support KYT Helmet dikutip dari gridoto.com

Hanya saja, saya agak ragu dengan solusi ini. OK, embun memang bisa dicegah, tapi saat hujan mengguyur, tetap saja airnya membasahi kaca helm dan itupun sudah cukup mengganggu visibilitas orang berkacamata. Betul tidak?

Solusi lain saya temukan di laman cnnindonesia.com. Menurut Jusri Pulubuhu dari Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting, pengendara berkacamata disarankan memakai google, sebuah kacamata berukuran besar untuk melapisi kacamatanya. Selain itu, menggunakan lensa kontak (softlens) bisa jadi alternatif solusi bagi pengendara yang penghilatannya terganggu.

Begini ya Pak Jusri yang terhormat, memakai tambahan google jelas akan memberatkan mata dan kepala kami. Menggunakan kacamata seharian penuh saja bisa bikin pusing lho pak.

Lalu, untuk lensa kontak, tidak semua orang cocok memakai lensa kontak. Perawatan lensa kontak juga lebih repot dan butuh ketelatenan serta disiplin tinggi. Menariknya, di laman alodokter.com, saya menemukan salah satu saran bagi pengguna lensa kontak, yaitu,

"Usahakan agar lensa kontak Anda tidak terkena air."

Nah, ternyata pengguna lensa kontak dibikin lebih repot saat hujan turun ya? Hehe.

Sudahlah, solusi terbaik bagi pengendara berkacamata saat hujan turun adalah menepi saja. Sabar. Apalagi jika hujan turun dengan lebat, duh, berhenti saja deh daripada nyawa jadi taruhannya. Kalau Anda yang bermata normal, mungkin masih berani melanjutkan perjalanan ya?

O ya. Katanya ada produk kacamata water repellent yang tidak bisa basah. Masalahnya, harganya mahal bung. Dan lagi, percuma juga digunakan saat hujan turun, lensanya tetap kena hujan.

Memakai kacamata itu seksi, tapi ada tantangannya

Ilustrasi pandangan orang berkacamata saat hujan. | foto: brightside.me
Ilustrasi pandangan orang berkacamata saat hujan. | foto: brightside.me
Jauh sebelum hujan membuat orang berkacamata repot lap sana lap sini, kami yang berkacamata sudah lebih dulu dibikin repot oleh stigma dari masyarakat. Anak berkacamata sering kali dianggap anak pintar.

Waduh, tidak semua orang berkacamata itu pintar lo. Sebagian besar dari kami justru terpaksa memakai kacamata minus karena kebiasaan buruk saat membaca atau menatap layar TV, monitor, HP, dan sebagainya.

Ada lagi yang menganggap kalau orang berkacamata itu cupu. Kalau ada yang bilang begini kepada saya, ayo kita adu pukul saja! Justru, pengguna kacamata itu seksi kan? Hehe.

Dibalik stigma tersebut, kami yang berkacamata ini adalah manusia terpilih. Lha wong beli kacamatanya saja gak murah kok. Lalu, butuh kedisiplinan untuk merawat kacamata, apalagi saat musim hujan seperti saat ini.

Saya pribadi bermimpi, suatu saat nanti akan ada yang menciptakan kacamata yang dilengkapi wiper. Kalau bisa si ada tudung di atasnya, sehingga bisa mengurangi air hujan yang jatuh ke lensa kacamata. Duh kapan ya penderitaan orang berkacamata saat musim hujan seperti ini akan berakhir?

Sekian. Terima kasih sudah membaca.

@IrfanPras

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun