Pagi ini (6/12), usai membaca pemberitaan Juliari Batubara ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi program bantuan sosial Covid-19, kawan saya yang tidak percaya corona itu naik pitam. Marahnya minta ampun.
Saya takut, di luar sana pasti masih banyak orang yang sama dengan kawan saya ini. Betapa marahnya mereka dan betapa mengerikannya kalau mereka-mereka ini jadi makin tak percaya dengan adanya virus corona.
Segala protokol kesahatan yang digaungkan tak ada guna. Boro-boro masuk telinga kanan keluar telinga kiri, ada penyuluh kesehatan datang atau satpol PP hendak menertibkan saja sudah langsung dihadang dan ditolak kehadirannya.
Mau Pak RT, RW, atau Pak Ustaz yang terpandang di lingkungannya saja pasti tak akan dipercaya tutur katanya. Belum lagi bila ada nakes yang datang menjemput pasien Covid-19. Bisa-bisa mereka kena persekusi lagi seperti saat awal pandemi dulu.
Pada akhirnya saya yakin, kondisi yang membuat masyarakat kita demikian. Pemerintah sendiri yang membuatnya mungkin terjadi.
Lagi-lagi semua masalah ini berakhir ke perkara ekonomi. Lagi-lagi "lapar" mampu mengalahkan logika, nalar, nurani, dan empati. Â
Dana bansos dikorupsi, kasus positif baru Covid-19 makin banyak, dokter dan nakes sudah lelah, kapasitas RS makin mengkhawatirkan, dan Pilkada yang akan tetap digelar. Ah, runyam kali negaraku. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H