Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menyoal Golden Boy Award untuk Erling Haaland, Sudah Pantaskah?

22 November 2020   17:20 Diperbarui: 23 November 2020   09:34 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil voting Golden Boy Award 2020. | foto: Twitter @idextratime

Nama Erling Haaland kembali jadi perbincangan hangat. Ia baru saja dinobatkan sebagai peraih Golden Boy Award 2020. Dalam hasil voting-nya, Haaland mengungguli Ansu Fati, Alphonso Davies, dan rekan setimnya, Jadon Sancho.

Hasil voting Golden Boy Award 2020. | foto: Twitter @idextratime
Hasil voting Golden Boy Award 2020. | foto: Twitter @idextratime
Penghargaan Golden Boy 2020 diberikan kepada pesepak bola muda terbaik di bawah usia 21 tahun. Syarat lainnya adalah pemain muda tersebut bermain di divisi teratas Eropa dan tentunya tampil impresif selama satu tahun kalender (tahun 2020).

Penghargaan ini digagas oleh surat kabar olahraga asal Italia, Tuttosport pada tahun 2003. Dalam proses pemilihan dan pemungutan suaranya, melibatkan beberapa jurnalis olahraga ternama dari berbagai negara eropa, seperti jurnalis dari surat kabar Bild (Jerman), Blick (Swiss), A Bola (Portugal), l'quipe (Prancis), France Football (Prancis), Marca ( Spanyol), Mundo Deportivo (Spanyol), Ta Nea (Yunani), Sport Express (Rusia), De Telegraaf (Belanda), dan The Times (Inggris Raya).

Haaland Memang Pantas Jadi Pemenang

Dinobatkannya Erling Haaland sebagai peraih Golden Boy Award 2020 bukanlah hal yeng mengejutkan. Pasalnya, penyerang 20 tahun milik Borussia Dortmund dan timnas Norwegia ini tampil mengesankan sepanjang tahun 2020.

Pada musim 2019/2020, Haaland membuat 44 gol di semua ajang untuk Red Bull Salzburg dan Borussia Dortmund. Seperti yang kita ketahui, Haaland hijrah dari Bundesliga Austria ke Bundesliga Jerman pada awal tahun 2020 dengan banderol 20 juta euro. Bersama BVB di paruh kedua musim 2019/2020, Haaland mampu mencetak 16 gol dari 18 penampilannya.

Hingga 22 November 2020, Haaland sudah mencetak 23 gol dari 22 penampilannya sepanjang tahun 2020. Oleh karenanya, tidak mengagetkan bila para jurnalis memilih Haaland sebagai peraih Golden Boy Award 2020.

Namanya juga voting, pasti ada pro dan kontra dari hasil pemungutan suara. Beberapa fans menilai bahwa ada nama lain yang lebih pantas ketimbang Haaland. Salah satunya adalah Alphonso Davies.

bavarianfootballworks.com menilai bahwa penghargaan Golden Boy telah dirampok dari Davies. Alasannya, pemain 20 tahun asal Kanada itu lebih benyak memenangi gelar di tahun 2020 bersama Bayern Munich ketimbang nominee lainnya.

Davies menjadi bagian dari treble winner Bayern Munich di tahun 2020 ini. Bahkan setelah memenangi Bundesliga, DFB-Pokal, dan Liga Champions 2020, bek kiri yang dijuluki "The Road Runner" oleh Thomas Muller itu mampu mempersembahkan 2 trofi lagi bagi Bayern, yaitu DFL-Supercup dan UEFA Super Cup.

Perbandingan prestasi atau trofi bersama klub yang dibela memang sering jadi acuan untuk menentukan sebuah penghargaan. Ini wajar, di gelaran pemain terbaik dunia juga seperti itu. Di kehidupan kita juga, prestasi sering jadi pembanding antara satu individu dengan lainnya.

Yang cukup mengejutkan dari hasil voting Golden Boy Award 2020 itu, Davies hanya menempati peringat ketiga di bawah Haaland dan Ansu Fati. Bagaimana tidak aneh? Fati yang masih berusia 18 tahun baru debut bersama Barcelona pada Juli 2019 dan baru mencetak 13 gol sepanjang kariernya.

Yang aneh lagi, beberapa netizen menilai kalau Fati lebih layak mendapat penghargaan Golden Boy. Memang pada intinya, setiap fans menginginkan pemain idolanya atau pemain dari tim idolanya untuk memenangi sebuah gelar individu. Ya, wajar saja, tapi menurut hemat penulis, baik Fati maupun Davies tak lebih baik dari Haaland.

Sehari setalah dinobatkan sebagai "Anak Emas", Erling Haaland langsung tampil trengginas dalan lanjutan pekan ke-8 Bundesliga Jerman saat bertamu ke kandang Hertha Berlin. Di laga tersebut, Haaland menjadi bintang dengan 4 golnya.

Dalam kemenangan 5-2 atas Hertha di Olympiastadion, Minggu (22/11) dini hari WIB, Haaland mencetak quattrick alias empat gol. Penampilan apiknya di laga ini seolah menjawab nyinyiran pihak yang meragukan kualitasnya sebagai peraih Golden Boy 2020.   

Hingga pekan ke-8 Bundesliga, Haaland sudah mengoleksi 10 gol, hanya tertinggal 1 gol dari pemuncak daftar topskor, Robert Lewandowski. Di awal musim 2020/2021 ini, Haaland sudah tampil sebanyak 12 laga bersama Dortmund dan mencetak 15 gol.

Bersama Norwegia, untuk sementara ini, Erling Haaland sudah tampil 5 kali di tahun 2020 dengan catatan 6 gol. Singkatnya, penampilan Haaland di berbagai ajang baik bersama klub maupun timnas terbilang konsisten. Konsistensi inilah yang tak dimiliki Davies maupun Fati, bahkan rekan setimnya asal Inggris, Jadon Sancho.

Fati baru menggila akhir-akhir ini sebelum didera cedera, sementara Davies belum berlari sekencang saat memenangi Liga Champions musim lalu. Ditambah fakta bahwa Haaland sudah mengumpulkan beberapa penghargaan individu lainnya sebelum meraih Golden Boy Award 2020.

Penghargaan individu Erling Haaland sejauh ini. | foto: Dokumen Pribadi
Penghargaan individu Erling Haaland sejauh ini. | foto: Dokumen Pribadi
Satu hal lagi yang membuat Haaland pantas menjadi pemenang adalah sikapnya di dalam dan di luar lapangan. Haaland adalah seorang penggila sejati sepak bola. Ia beberapa kali membuat selebrasi ikonik seusai mencetak gol. Selain itu, Haaland juga sangat menghibur ketika diwawancarai jurnalis.

Murah senyum dan sering menjawab sambil bercanda jadi ciri khas Haaland saat interview atau press conference. Tak percaya? Tengok saja di berbagai media sosial kumpulan kelucuan Erling Haaland saat sesi wawancara, pasti banyak!

Secara alami, Haaland punya sisi entertaint. Sisi itulah yang menjadikan Ia unik dan mudah jadi idola bagi tiap penikmat sepak bola dunia. Pertanyaannya sekarang, apakah Haaland akan melempem setelah mendapat penghargaan Golden Boy ini?

Erling Haaland, Bersinar atau Melempem di Usia Emas?

Erling Braut Haaland lahir pada 21 Juli 2000 di kota Leeds, Inggris saat ayahnya Alf-Inge Haaland masih bermain untuk Leeds United. Darah olahragawan memang sudah mengalirinya. Ayahnya seorang mantan pesepak bola dan ibunya, Gry Marita Braut adalah mantan atlet heptathlon (saptalomba).

Diberkahi garis keturunan olahragawan hebat, Haaland tumbuh jadi pesepak bola hebat dengan bukti terakhirnya meraih Golden Boy Award 2020. Namun, dalam sejarahnya, peraih Golden Boy Award yang berakhir jadi pemenang Golden Ball alias Ballon d'Or hanyalah Lionel Messi.

Daftar peraih Golden Boy Award dari 2003 hingga 2020. | foto: Twitter @GOAL_ID
Daftar peraih Golden Boy Award dari 2003 hingga 2020. | foto: Twitter @GOAL_ID
Sejak Rafael van der Vaart memenanginya pada 2003 hingga Joao Felix pada 2019, capaian tertinggi mantan peraih Golden Boy Award adalah menjadi juara dunia dan capaian terburuknya adalah menjadi pesakitan. Fabregas, Gotze, Pogba, dan Mbappe memenangi Piala Dunia bersama negaranya, sementara Anderson, Pato, dan Balotelli adalah beberapa contoh mantan "anak emas" yang jadi pesakitan.

Anderson pensiun dini dari sepak bola di usianya yang baru 31 tahun pada September 2019 lalu. Setelah Sir Alex Ferguson pensiun, mantan gelandang Manchester United itu tampil melempem bahkan kesulitan jadi starting eleven di tiap klub yang ia bela. Di level timnas saja, Anderson hanya punya 8 caps dan terakhir tampil bagi Brasil di tahun 2008.

Kasus Mario Balotelli sepertinya tak perlu dibahas mendalam. Pemain Italia yang kini berusia 30 tahun itu tengah menganggur sejak dipecat Brescia di akhir musim lalu. Sudah banyak pula pihak yang prihatin dan menganggap Balo menyia-nyiakan bakatnya.

Nasib Alexandre Pato hampir mirip dengan Balotelli. Pato yang kini berusia 31 tahun itu tengah menganggur sejak kontraknya di Sao Paulo berakhir pada Agustus lalu. Berbeda dengan Balo yang menghancurkan dirinya sendiri, nasib Pato berakhir tragis setelah menderita berbagai cedera yang membuat permainannya menurun.

Selain nama-nama tadi yang bernasib buruk di akhir kariernya, ada Mario Gotze, Anthony Martial, Paul Pogba, dan Renato Sanches yang sempat melempem seusai menerima penghargaan Golden Boy. Bedanya, pemain ini masih bisa bangkit dan bertahan hingga kini.

Ambil contoh Gotze. Ia adalah pahlawan Jerman di Piala Dunia 2014. Nasibnya bisa berakhir seperti Pato karena keduanya punya riwayat cedera panjang. Namun, Gotze (28 tahun) menolak menyerah dan kini sudah mencetak 3 gol di 6 penampilan terakhirnya bersama klub barunya, PSV.

Sama seperti Pato dan Gotze, Martial juga sering dibekap cedera. Permainannya sering angin-anginan, tapi saat on fire, ia mampu tampil bagus. Dirinya juga masih sering dipanggil ke timnas Prancis.

Untuk kasus Pogba, saya pribadi menilai bahwa beban yang dipikul gelandang 27 tahun itu sangat berat. Menyandang status pemain MU yang punya fans berisik dan berstatus sebagai gelandang termahal dunia, Pogba sering dihujani kritik atas permainannya. Namun uniknya, walau tampil "buruk" bagi MU, Pogba justru impresif di bawah asuhan Didier Deschamps.

Kasus Renato Sanches sedikit mirip dengan Pogba. Meraih Golden Boy Award saat usinya 19 tahun, Sanches tampil apik bersama Benfica dan timnas Portugal di Euro 2016. Namun, permainnya menurun sejak pindah ke Bayern dengan persaingan di tim utama yang berat.

Sejak musim lalu, Sanches mulai bangkit sejak pindah ke Lille dan perlahan kembali ke top perform-nya. Sanches perlahan kembali mendapat tempatnya di timnas Portugal.

Itulah beberapa contoh pemain yang melempen usai jadi pemenang Golden Boy Award. Nah, pertanyaannya, Haaland akan mengikuti jejak siapa? Apakah ia bisa meniru Lionel Messi yang jadi pemain terbaik dunia di masa depan?

Setidaknya, Sergio Aguero dan Kylian Mbappe bisa jadi contohnya. Mereka berposisi sama, yaitu penyerang. Baik Aguero dan Mbappe sering jadi topskor bagi timnya. Keduanya juga sering dinobatkan sebagai topskor di level klub dan liga.

Yang pasti, jalan Haaland masih sangat panjang. Perlu pembuktian lagi dari Erling Haaland untuk lebih meyakinkan dunia. Untuk saat ini, kita bisa sama-sama berharap agar Haaland dan Dortmund bisa menghentikan dominasi Bayern di Bundesliga.

Berkat kemenangan 5-2 atas Hertha yang diwarnai quattrick Haaland, Dortmund kini menempel ketat Bayern di puncak klasemen dengan 18 poin, selisih 1 poin saja. Di level timnas, PR bagi Haaland adalah memimpin negaranya lolos ke kompetisi mayor.

Terakhir kali Norwegia mencicipi kompetisi mayor terjadi di ajang  Piala Dunia 1998 dan Euro 2000. Saat itu, Ole Gunnar Solskjaer, pelatih MU saat ini masih bermain.

Semoga saja, mesin gol Erling Braut Haaland tetap menderu-deru hingga tua seperti Zlatan Ibrahimovic. Semoga saja, ada trofi yang bisa segera ia persembahkan, termasuk trofi Premier League bagi Leeds United seperti yang ia impi-impikan.

Sekian. Salam bola!
@IrfanPras

Referensi: [1], [2], [3], [4], [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun