Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menyoal Golden Boy Award untuk Erling Haaland, Sudah Pantaskah?

22 November 2020   17:20 Diperbarui: 23 November 2020   09:34 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil voting Golden Boy Award 2020. | foto: Twitter @idextratime

Nasib Alexandre Pato hampir mirip dengan Balotelli. Pato yang kini berusia 31 tahun itu tengah menganggur sejak kontraknya di Sao Paulo berakhir pada Agustus lalu. Berbeda dengan Balo yang menghancurkan dirinya sendiri, nasib Pato berakhir tragis setelah menderita berbagai cedera yang membuat permainannya menurun.

Selain nama-nama tadi yang bernasib buruk di akhir kariernya, ada Mario Gotze, Anthony Martial, Paul Pogba, dan Renato Sanches yang sempat melempem seusai menerima penghargaan Golden Boy. Bedanya, pemain ini masih bisa bangkit dan bertahan hingga kini.

Ambil contoh Gotze. Ia adalah pahlawan Jerman di Piala Dunia 2014. Nasibnya bisa berakhir seperti Pato karena keduanya punya riwayat cedera panjang. Namun, Gotze (28 tahun) menolak menyerah dan kini sudah mencetak 3 gol di 6 penampilan terakhirnya bersama klub barunya, PSV.

Sama seperti Pato dan Gotze, Martial juga sering dibekap cedera. Permainannya sering angin-anginan, tapi saat on fire, ia mampu tampil bagus. Dirinya juga masih sering dipanggil ke timnas Prancis.

Untuk kasus Pogba, saya pribadi menilai bahwa beban yang dipikul gelandang 27 tahun itu sangat berat. Menyandang status pemain MU yang punya fans berisik dan berstatus sebagai gelandang termahal dunia, Pogba sering dihujani kritik atas permainannya. Namun uniknya, walau tampil "buruk" bagi MU, Pogba justru impresif di bawah asuhan Didier Deschamps.

Kasus Renato Sanches sedikit mirip dengan Pogba. Meraih Golden Boy Award saat usinya 19 tahun, Sanches tampil apik bersama Benfica dan timnas Portugal di Euro 2016. Namun, permainnya menurun sejak pindah ke Bayern dengan persaingan di tim utama yang berat.

Sejak musim lalu, Sanches mulai bangkit sejak pindah ke Lille dan perlahan kembali ke top perform-nya. Sanches perlahan kembali mendapat tempatnya di timnas Portugal.

Itulah beberapa contoh pemain yang melempen usai jadi pemenang Golden Boy Award. Nah, pertanyaannya, Haaland akan mengikuti jejak siapa? Apakah ia bisa meniru Lionel Messi yang jadi pemain terbaik dunia di masa depan?

Setidaknya, Sergio Aguero dan Kylian Mbappe bisa jadi contohnya. Mereka berposisi sama, yaitu penyerang. Baik Aguero dan Mbappe sering jadi topskor bagi timnya. Keduanya juga sering dinobatkan sebagai topskor di level klub dan liga.

Yang pasti, jalan Haaland masih sangat panjang. Perlu pembuktian lagi dari Erling Haaland untuk lebih meyakinkan dunia. Untuk saat ini, kita bisa sama-sama berharap agar Haaland dan Dortmund bisa menghentikan dominasi Bayern di Bundesliga.

Berkat kemenangan 5-2 atas Hertha yang diwarnai quattrick Haaland, Dortmund kini menempel ketat Bayern di puncak klasemen dengan 18 poin, selisih 1 poin saja. Di level timnas, PR bagi Haaland adalah memimpin negaranya lolos ke kompetisi mayor.

Terakhir kali Norwegia mencicipi kompetisi mayor terjadi di ajang  Piala Dunia 1998 dan Euro 2000. Saat itu, Ole Gunnar Solskjaer, pelatih MU saat ini masih bermain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun