BACA JUGA: Mengenal Cedera ACL dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental Pesepak Bola
Bagaimana dengan pemain bintang yang jadi kekurangan skuad Milan? Memang, proyek Gazidis di Milan saat ini adalah menjadikan Rossoneri kembali kuat dengan dihuni pemain-pemain muda potensial. Namun, semenjak Maldini ngotot merekrut Zlatan-Kjaer, perlahan Gazidis sadar akan kekurangan sosok pemain semacam mereka.
Sejak bursa transfer 2020, nama bintang Marseille, Florian Thauvin sudah jadi incaran Milan. Winger 27 tahun itu jadi bagian penting Marseille menembus babak final Liga Europa 2017/2018 dan ia juga masuk skuad timnas Prancis di Piala Dunia 2018. Â
Thauvin akan jadi pengganti terbaik bagi Samu Castillejo yang belakangan kalah bagus dari Alexis Saelemaekers dan Brahim Diaz yang mulai menggeser posisinya. Pengalaman Thauvin di Liga Prancis, Inggris, dan tampil di Piala Dunia akan jadi tambahan amunisi bagus di lini serang Milan sekaligus menaikkan mental juara dalam skuad muda Rossoneri.
Ada dua opsi merekrut Thauvin. Membelinya pada bursa transfer musim dingin nanti /membelinya secara gratis di akhir musim mengingat kontraknya akan habis pada akhir Juni 2021. Selain Thauvin, Milan juga kepincut dengan penampilan apik Dalot dan Diaz.
Sementara untuk Dalot yang diplot sebagai pelapis Theo Hernandez di pos bek kiri, agaknya sulit bagi Milan merekrutnya secara permanen. MU selaku pemilik Dalot tak mau melepas pemain serba bisanya itu.
Konsisten adalah ujian terdekat MilanÂ
Punya rencana masa depan adalah hal yang patut disyukuri para pendukung Milan. Manajemen paham betul untuk tak terlena dengan perjalanan hebatnya sejauh ini. Namun, cepat atau lambat ujian pasti akan datang.
Ujian bagi Milan dalam waktu dekat ini adalah konsistensi. Dalam sebuah kompetisi, konsisten adalah momok bagi tiap kontestan. Banyak yang tampil atraktif, tapi ujungnya tak juara/minimal justru menelan kekalahan menyakitkan.
Sebagai contoh ada RB Leipzig di Bundesliga musim lalu. Leipzig tampil hebat dan sempat memimpin klasemen selama 5 pekan (pekan 15-19), tapi di akhir musim mereka justru finish di posisi ketiga.
Terdekat, ada Atalanta yang bisa Milan jadikan contoh. Atalanta terkenal dengan gaya main menyerang. Statusnya juga sebagai tim terproduktif di Italia. Namun, tiba-tiba mereka kalah telak 0-5 dari tamunya Liverpool.