Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Klub Sepak Bola Perlu Punya Stadion Sendiri?

13 Oktober 2020   08:19 Diperbarui: 14 Oktober 2020   00:13 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu ruang yang bisa dinikmati pembeli hospitality tickets di Santiago Bernabeu, Real Madrid. | foto: realmadrid.com

Yang paling masyhur dan penulis yakin bahwa pembaca sekalian sudah mengetahui adalah, stadion ini punya lapangan yang bisa digeser keluar-masuk stadion. Dengan teknologi itu, Arena AufSchalke bisa dipakai untuk berbagai ajang tanpa merusak kualitas lapangan bolanya.

Sejak berdiri pada 2001 lalu, selain menjadi kandang Schalke 04, stadion ini juga pernah dipakai di ajang Speedway Grand Prix (2007, 2008), Ice Hockey World Championship (2010), German Darts Masters (2018), dan sejak 2002 menjadi tuan rumah kejuaraan biathlon dunia hingga saat ini.

Selain itu, beberapa band kelas dunia pernah manggung di stadion tersebut. Sebut saja Bon Jovi, Metallica, hingga Coldplay. Bahkan Wladimir Klitschko and Ruslan Chagaev pernah beradu tinju pada 2009 lalu di stadion ini.

Stadion ini layak pula disebut stadion canggih, sebab Arena AufSchalke punya tribun tambahan yang bisa digeser pula seperti lapangan bolanya. Sejak 2005, naming rights stadion ini dibeli perusahaan bir Jerman, Veltins dan sejak saat itu kandang Schalke ini lebih dikenal dengan nama Veltins Arena.

Veltins Arena, kandang dari Schalke 04. | foto: schalke04.de
Veltins Arena, kandang dari Schalke 04. | foto: schalke04.de

"Naming Rights", cara cerdas hasilkan uang dari stadion

Salah satu hal yang paling menarik disorot dari manfaat punya stadion sendiri adalah bebas menjual naming rights atau hak penamaan stadion. Klub bisa menjual hak penamaannya kepada pihak lain untuk jadi sponsor.

Naming rights sangat akrab di sepak bola Jerman. Berdasarkan survei Duff & Phelps, 80% klub Bundesliga menyematkan sponsor pada nama stadionnya. Selain Veltins Arena milik Schalke, sang rival sekota, Borussia Dortmund juga menjual "naming rights" stadionnya, Westfalenstadion.

Hak penamaan stadion Dortmund dijual ke perusahaan asuransi, Signal Iduna sejak tahun 2005 demi mengurangi hutang klub saat itu. Diketahui, Signal Iduna punya kontrak hingga 2021 nanti. Oleh karenanya, kandang Dortmund berganti nama menjadi Signal Iduna Park (namun fansnya tak suka menyebut nama itu).

Juventus Stadium juga. Diketahui, Juve menjual hak penamaan stadion kepada salah satu sponsor pembangunan stadionnya, Sportfive Italia. Juventus menandatangani perjanjian dengan Sportfive Italia yang memberi perusahaan tersebut "hak penamaan eksklusif dan sebagian hak promosi dan sponsor untuk stadion baru".

Sportfive diberi hak mengelola nama stadion dari 2011 hingga 2023 dengan biaya 75 juta euro dan diberi hak juga untuk memasarkan sky box dan kursi VIP. Sejak 1 Juli 2017, Stadion Juventus dikenal secara komersial sebagai Allianz Stadium Turin hingga 30 Juni 2030.

Naming rights di beberapa stadion eropa. | foto: Dokumen pribadi
Naming rights di beberapa stadion eropa. | foto: Dokumen pribadi
Keuntungan instan dari naming rights ini pula yang menginisiasi Tottenham Hotspur untuk menjual nama stadion barunya, Tottenham Hotspur Stadium. Rival sekota Arsenal itu sedang mencari sponsor yang mau membeli naming rights stadion barunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun