Sebuah jualan basi ala The Glazers yang memanfaatkan para pendukung loyalnya demi meraup cuan. Ini jugalah yang menjadikan salah satu pendukung setia MU di twitter @EdwinAryeh menyerukan kepada kawan-kawannya untuk berhenti mem-follow seluruh media sosial MU, tidak membeli segala merchandise-nya, dan memboikot laga kandang MU ketika stadion di buka kembali untuk penonton.
Sungguh ironis memang!
Lalu, bagaimana dengan pendapatan MU di tahun 2020 yang terdampak pandemi Covid-19?
DMFL memprediksi, MU masih akan meraup pendapatan di angka maksimal 560-580 juta pounds. MU pun terancam turun posisi di daftar DMFL dan diprediksi akan disalip Man. City dan Liverpool sebagai klub Inggris dengan pendapat tertinggi. Namun, angka ini tentu masih sangat tinggi bukan?
Usut punya usut, DMFL juga mengungkap bahwa penurunan pendapatan MU juga disebabkan kegagalan klub menembus Liga Champions di musim 2019/2020. Nah, dalam prediksi DMFL, MU kehilangan bonus besar yang disyaratkan sponsor bila klub mencapai capaian tertentu.
Mari kita lihat dari kacamata lain. Ini sebetulnya jadi bukti bahwa manajemen MU sekarang tak perlu diragukan kapasitasnya di bidang bisnis. Sayangnya, kehebatan di bisnis tak bisa ditularkan di lantai bursa dan di atas lapangan.
Ed Woodward, eksekutif di manajemen MU yang punya tanggung jawab di bursa transfer sering gagal merekrut pemain baru. Di bursa transfer 2020 ini saja sudah banyak pemain incaran yang lepas dari bidikannya.
Sebut saja Jadon Sancho (yang tidak ada kejelasannya), Jude Bellingham yang ditikung Dortmund, serta Reguilon dan Bale yang lebih memilih ke Tottenham. Ini belum termasuk nama lain yang sempat dirumorkan, yang sayangnya tiap kali MU masuk di berita transfer pemain, para pendukungnya terlanjur kegirangan duluan.
Bahkan perlu ada peran seorang Edwin van der Sar, mantan kiper MU yang kini menjabat CEO Ajax untuk memuluskan transfer Van de Beek ke Old Trafford. Apakah MU perlu seorang sporting director yang khusus menangani perkara semacam ini? Kalau fokus mereka prestasi iya, kalau masih bisnis ya tidak perlu. Â
Saya pribadi sedikit menyayangkan fenomena ini dan sedih bila kembali melihat data-data di atas. Bila ada yang bilang MU sudah jadi klub bisnis, saya tak akan menyangkal itu. Kenyataannya begitu bukan?
Lalu, apa solusinya?