Marseille sejatinya unggul jauh dari PSG selama beberapa musim terakhir. Rekor kemenangan mereka hampir terkejar. Ini terjadi sebab sejak 2011 lalu, Marseille selalu gagal memenangi laga melawan PSG.
Terakhir kali Marseille menang atas PSG terjadi pada November 2011. Sejak saat itu, Marseille hanya mentok meraih 3 hasil imbang dalam 20 pertemuan. Sisanya, Marseille selalu kalah dari PSG yang mendadak kaya sejak 2011 setelah dibeli Qatar Sports Investments.
Oleh karenanya, kemenangan di duel Le Classique semalam begitu dirayakan Marseille dan pendukungnya. Ini adalah kemenangan pertama sejak 2011 yang mengakhiri rentetan hasil buruk kontra rival abadi, dimana sejak PSG dipimpin Nasser Al-Khelaifi, Marseille selalu sulit meraih trofi level domestik.
Kemenangan tipis 1-0 semalam terasa lebih manis sebab diraih di kandang PSG. Apalagi ini adalah kemenangan kedua mereka di liga yang menaikkan posisi mereka ke peringkat 5, dan Marseille masih punya 1 sisa pertandingan yang belum dimainkan.
Kemenangan atas PSG juga bisa jadi tanda kebangkitan Marseille. Selama ini mereka hanya mentok sebagai runner-up. Di tahun 2016, Marseille nyaris meraih trofi Coupe de France andai tak dikalahkan PSG di partai final.
Maka dari itu, gol tunggal Florian Thauvin di menit ke-31 memanfaatkan umpan freekick Dimitri Payet bisa jadi pertanda bagus bagi Marseille untuk kembali menancapkan prestasinya di Ligue 1. Sayang, kemenangan ini harus di akhiri dengan insiden tawuran.
Selain kemungkinan dinodai rasisme, pelatih Marseille, Andre Villas-Boas juga mempermasalahkan tindakan Angel di Maria terhadap Alvaro Gonzalez. Kepada L'equipe dikutip dari kompas.com, menurut pengamatannya, Di Maria kedapatan meludahi Alvaro ketika pertandingan berlangsung.
Terlepas mana yang benar dan salah, yang pasti berbagai insiden tadi kini sedang diusut Ligue 1 dan federasi sepak bola Prancis, FFF. Bukan tak mungkin hukuman telah menanti. Untungnya, laga ini tidak dihadiri banyak suporter kedua kesebelasan.
Pemerintah Prancis dan otoritas liga masih membatasi jumlah penonton di angka maksimal 5000, mengingat pandemi Covid-19 belum usai. Bayangkan jika pertandingan Minggu (13/9) malam waktu setempat itu dihadiri puluhan ribu pendukung dua tim, sungguh kericuhan bisa merembet hingga bangku pentonton dan bukan tak mungkin korban jiwa bisa berjatuhan.
Sekian.