"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia. Para sahabat bertanya, 'Siapakah mereka, ya Rasulullah?' Rasul menjawab, 'Para ahli Alquran. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)
Kita juga bisa melihat secara langsung bahwa banyak para penghafal quran punya kecerdasan di atas rata-rata. Sudah banyak kampus swasta dan negeri yang memberi beasiswa khusus kepada para penghafal Alquran.
Maka dari itu, berhati-hatilah mengeluarkan pendapat Pak Menag, kalau tidak paham bertanyalah kepada ahlinya. Salah-salah, Anda memberi pengetahuan keliru kepada masyarakat.
Khusnudzon saya, mungkin yang dimaksud Menag Fachrul Razi adalah kelompok penghafal Alquran dhalimun linafsihi. Yaitu mereka yang zalim, menempatkan ayat Alquran bukan pada tempatnya. Mereka hafal Alquran tapi perilaku mereka tidak sesuai dengan ajaran Alquran.
Dari pernyataan Menag ini, sebetulnya menjadi pembelajaran bagi kita untuk hati-hati dalam bertutur kata. Bila belum cukup ilmunya, minimal beradablah dulu.
Saya juga menyoroti, bahwa Menag seperti terlalu mengurusi kelompok penganut Islam. Kan agama di Indonesia bukan hanya Islam to? Banyak permasalahan yang lebih penting diurusi ketimbang sekadar membuat pernyataan untuk waspada.
Kalau kata anak gaul, "talk less do more!".
Mari kita tunggu saja, apakah Menag akan membuat klarifikasi setelah ini. Yang pasti, saya mengingatkan kepada Bapak Fachrul Razi untuk sekali lagi, berhati-hatilah dan banyak belajar lagi dari para Kiai dan Ulama yang punya keilmuan tinggi.
Pernyataan Anda soal anak good looking dan hafiz menjadi salah satu penyebar paham radikal ini berbahaya lo. Selain bisa memicu kegaduhan, efeknya bisa merambat ke perekonomian, utamanya ke sektor produk kecantikan dan perawatan tubuh, hehe.
Sudah lah, begitu saja saya takut ada tukang bakso lewat depan rumah, hehe.
Sekian.