Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pecundangi PSG, Begini Kisah Sukses Montpellier Menangi Ligue 1 2011/2012

20 Mei 2020   08:07 Diperbarui: 20 Mei 2020   09:07 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Montpellier menjadi juara Ligue 1 Prancis musim 2011/2012 dengan Giroud jadi topskornya. | foto: givemesport.com

Sejarah tercipta pada 20 Mei 2012 lalu kala Ligue 1 Prancis mencatat juara baru dalam sejarah. Montpellier berhasil menjuarai Ligue 1 untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Mantan klub Olivier Giroud itu bahkan melangkahi klub favorit juara, Lille (jaura bertahan) dan PSG yang kala itu baru menjadi klub kaya.

Di akhir musim 2011/2012, Montpellier berhasil menempati peringkat teratas dengan unggul 3 poin dari PSG di posisi kedua. Montpellier mengumpulkan 82 poin dari hasil 25 kemenangan, 7 kali imbang, dan 6 kali kalah.

Kisah dongeng bak Leicester City dan Manchester City 

Bak kisah dongeng Leicester City di Premier League 2016 silam, Montpellier melakukannya lebih dulu di Ligue 1. Dengan menghuni posisi 14 di musim sebelumnya, tak ada yang menjagokan Montpellier. Mengutip dari Givemesport,peluang mereka menjadi juara saja sangat kecil, yaitu 80/1.

Montpellier pun memastikan menjadi juara lewat momen krusial. Masih ingat kan gol Aguero yang memastikan Man. City juara Liga Primer 2011/2012? Nah, di Ligue 1 kisah serupa itu juga ditorehkan Montpellier.

Montpellier mengakhiri liga secara dramatis di pekan terakhir dengan mengalahkan tuan rumah Auxerre 1-2. Mereka butuh minimal 1 poin karena jika PSG menang dan Montpellier kalah, maka L'hexagoal jadi milik PSG. Sebelum bertanding kondisinya Montpellier mengumpulkan 79 poin sementara PSG mengumpulkan 76 poin namun mereka unggul produktivitas gol.

Laga pekan terakhir melawan Auxerre itu juga diwarnai kericuhan suporter tuan rumah yang kecewa timnya degradasi. Laga yang sempat tertunda 3 kali hingga 40 menit itu akhirnya diakhiri Montpellier dengan kemenangan lewat brace John Utaka. Di lain tempat, kemenangan PSG 1-2 atas Lorient yang telah lebih dulu selesia menjadi sia-sia. Montpellier yang unggul 3 poin pun memastikan diri sebagai juara Ligue 1 musim 2011/2012.

Younes Belhanda dan John Utaka jadi andalan Montpellier selain Giroud. | foto: UEFA
Younes Belhanda dan John Utaka jadi andalan Montpellier selain Giroud. | foto: UEFA
Pencapaian Terbaik Klub dan Capain Individu Pemain

Trofi Ligue 1 musim 2011/2012 merupakan torehan terbaik klub sepanjang sejarah. Sebelum juara liga, Montpellier baru punya 2 trofi Coupe de France, 1 trofi Coupe de la Ligue, dan 1 trofi Intertoto. Tak hanya jadi juara, beberapa penghargaan individu juga diraih pemain mereka.

Olivier Giroud menjadi topskor dengan torehan 21 gol. Gelandang serang, Younes Belhanda dinobatkan sebagai pemain muda terbaik di usianya yang baru 22 tahun. Lalu 4 pemain Montpellier masuk daftar Team of The Year, Giroud dan Belhanda, serta bek tengah Hilton, dan bek kiri Henry Bedimo.

Tak cuma pemain, pelatih mereka, Rene Girard mendapat predikat pelatih terbaik musim itu. Dan perjalanan impresif Montpellier musim itu tak lepas dari tangan dingin Girard sebagai pelatih. Tak hanya penampilan apik pemain dan racikan strategi Girard, namun ada faktor lain yang jadi kunci suksek Montpellier. Lalu apa saja kunci sukses mereka? 

Anggaran ketat Presiden

Pengalaman terdegradasi hingga terpuruk di kompetisi kasta ketiga membuat presiden klub, Laurent Nicollin mengubah fokus klub. Anggaran belanja pemain dibatasi dan fokus mengembangkan pemain muda dan lokal menjadi cara yang dipilih klub. Tak hanya itu, ia juga membatasi gaji pemain.

"Selama aku presiden, kamu tidak akan pernah melihat pemain Montpellier menghasilkan 40.000 seminggu", ungkap Laurent Nicollin dikutip dari BBC

Anggaran transfer pemain juga minim. Untuk membeli satu pemain saja klub tak pernah mengeluarkan biaya hingga lebih dari 10 juta euro. Intinya, dibawah kepemimpinan Nicollin, Montpellier adalah klub tradisional yang sangat menjaga kas keuangan dengan sangat hati-hati dengan bertaruh pada akademi dan pemain muda.

Akademi Pemain Muda

Akademi Montpellier tak bisa dianggap remeh. Salah satu hasil didikan akademi klub yang paling terkenal adalah Laurent Blanc. Blanc menimba ilmu di Montpellier pada periode 80-an hingga hengkang ke Italia di awal 90-an. Blanc sendiri menyandang predikat pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub walau ia berposisi asli sebagai bek.  

Montpellier U-19 bahkan adalah salah satu yang terbaik di Prancis. Mereka sudah memenangi kompetisi U-19 sebanyak 3 kali (1996, 2009, 2017). Dan salah satu sebab Montpellier menaklukkan Ligue 1 musim 2011/2012 adalah karena pemain kuncinya merupakan lulusan tim U-19 yang dipromosikan ke tim utama.

Pemain andalannya pada saat itu adalah trio gelandang Benjamin Stambouli, Younes Belhanda, dan Remy Cabella. Tampil impresif di tim muda, mereka mendapat promosi ke tim utama, bergabung dengan lulusan akademi lainnya seperti Yanga-Mbiwa, Geoffrey Jourdren, dan Jamel Saihi.

Strategi Transfer

Selain itu, Montpellier banyak bertaruh pada rekrutan pemain muda dan tua. Kombinasi pemain muda dan pemain tua inilah yang juga mengantarkan mereka menjadi juara Ligue 1 2011/2012.

Sepanjang musim 2011/2012 saja, Montpellier hanya mengelurakan 1,7 juta eruo untuk merekrut Henri Bedimo (27 th) dari Lens, serta dua pemain gratis Jonathan Tinhan (22 th) dari Grenoble dan Hilton (33 th) dari Marseille.

Pemain andalan mereka Olivier Giroud (24 th) saja didatangkan dari Tours dengan mahar hanya 2 juta euro semusim sebelumnya. John Utaka yang jadi pahlawan di pekan terakhir bahkan dibeli dari Poursmouth dengan mahar tak lebih dari 500 ribu euro saja.

Henry Bedimo yang datang di musim panas 2011 dari Lens juga dibeli dengan mahar 2 juta euro saja. Hingga 2020 ini, cara tersebut masih dilakukan Montpellier.

Faktor Lain

Rene Girard pelatih Montpellier dari 2009-2013 | foto: skysports.com
Rene Girard pelatih Montpellier dari 2009-2013 | foto: skysports.com

Racikan strategi Girard tak bisa dikesampingkan. Girard menerapkan taktik ofensif dengan mengandalkan trio penyerang Utaka di kiri, Cabella di kanan, dan Giroud sebagai target man yang dimanjakan Belhanda sebagai gelandang serangnya.

Formasi: 4-2-3-1, 4-3-3, 4-2-1-3

Susunan pemain inti: Jourdren, Bocaly, Yanga-Mbiwa, Hilton, Bedimo, Stambouli, Saihi, Utaka, Belhanda, Cabella, Giroud

Tak disangka, trio penyerang Montpellier malah jadi yang terbaik di Prancis. Quartet bek mereka dan penampilan Jourdren di bawah mistar bahkan membuat Montpellier mencatat jumlah kebobolan paling sedikit musim itu (34 gol dari 38 laga).

Sama seperti kisah Leicester, kemenangan Montpellier juga diwarnai penampilan buruk pesaing utamanya. Lille sebagai juara bertahan tampil inkonsisten hingga pekan ke-10 sebelum menghuni posisi ketiga di pekan 11 hingga finish.

Sementara PSG yang mendapat suntikan dana besar dari pemilik baru, Qatar Sports Investment hingga lebih dari 100 juta euro juga tampil labil. Dana besar untuk mendatangkan pemain dan pelatih sekelas Carlo Ancelotti ternyata tak cukup bagi PSG untuk langsung menguasai Prancis.

Kondisi Terkini

Pencapaian Montpellier musim itu juga menjadi sejarah terakhir tim tradisional Prancis menjadi juara liga. Setelahnya PSG selalu berkuasa walau sempat di ganggu AS Monaco di tahun 2017. Tapi, PSG dan Monaco adalah dua tim yang disuntik dana besar dari investor.

Sementara itu, Montpellier merupakan tim tradisional yang dimiliki pengusaha lokal dengan mengandalkan pemain tua berpengalaman, akademi klub dan rekrutan pemain murah yang beberapa musim berikutnya dijual ketika harganya mahal.

Giroud yang langsung diminati klub besar hengkang ke Arsenal musim berikutnya dengan harga jual mencapai 12 juta euro. Yanga-Mbiwa, bek andalan mereka juga ke Premier League. Newcastle membelinya dengan mahar 8 juta euro.

Musim lalu Nordi Mukiele dijual klub ke RB Leipzig dengan harga 16 juta euro. Dan di awal musim 2019/2020 ini, Montpellier telah melego kiper andalan mereka, Benjamin Lecomte ke Monaco dengan biaya 13,5 juta euro.

Montpellier memang tak dapat trofi apapun setelah musim tersebut, bahkan untuk masuk 5 besar saja tak bisa. Posisi 7 di musim 2014/2015 adalah pencapaian terbaik mereka sejauh ini. Namun, Montpellier tiap musimnya selalu bisa bertahan di liga dan dapat untung dari penjualan pemain-pemain akademi dan pemain muda mereka.

Apapun langkah klub, Montpellier telah membuktikan bahwa dengan pemain akademi dan pemain muda juga bisa menjadi juara.

"Saya sangat bangga dengan para pemain saya, yang telah menghasilkan musim yang luar biasa. Kami bermain bagus, mencetak banyak gol, tidak kebobolan banyak. Saya pikir kemenangan kami adalah pukulan nyata untuk sepak bola Prancis. Itu menunjukkan bahwa semua orang bisa mengalahkan siapapun dan bahwa uang bukanlah segalanya.", ujar Rene Girard ketika perayaan gelar Montpellier 2012 lalu, dikutip dari Goal.com

Selamat bernostalgia La Palliade!

Sekian. Salam hangat @IrfanPras

referensi: BBC, Goal, Givemesport, SkySports, Wikipedia, Ligue 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun