Sejak Januari 2016, AC Milan tak pernah menang dari rival sekotanya Inter Milan di Serie A. Kemenangan terakhir Milan atas Inter terjadi pada Desember 2017 di perempat final Coppa Italia. Sejak era kejayaan Milan dibawah asuhan Carlo Ancelotti dan Massimiliano Allegri runtuh, Inter memang selalu menguasai laga derby.
Namun bagi milanisti, ada satu kenangan manis dalam derby della madonnina itu. Adalah masa dimana Milan begitu perkasa bagi Inter hingga membantai saudara mudanya 6-0 pada 11 Mei 2001, tepat 19 tahun yang lalu. Kemenangan besar atas rival sekota itu juga bisa dibilang menjadi kenangan termanis Milan musim 2000-2001.
Formasi dan daftar susunan pemain
Dalam lanjutan pekan ke-30 Serie A, Inter bertindak sebagai tuan rumah menjamu Milan di Giuseppe Meazza. Milan dan Inter kala itu sedang berada di posisi 5 dan 6 klasmen. Kedua kesebelasan sekota itu memang sedang tak diunggulkan untuk meraih scudetto musim itu.
Inter di bawah asuhan Marco Tardelli menerapkan formasi 3-5-2 dengan duet Vieri-Recoba di lini depan. Sementara Laurent Blanc menjadi andalan di sektor bek mengawal Frey sebagai kiper.
Sementara Milan yang kala itu baru berganti pelatih sementara ke Cesare Maldini di pertengahan musim menerapkan formasi 4-4-2. Duet striker diserahkan pada Shevchenko dan Comandini. Quartet bek ditempati Maldini-Costacurta-Roque Junior-Helveg dan lini tengah dihuni Serginho-Giunti-Kaladze-Gattuso.
Pertandingan yang dipimpin wasit Pierluigi Collina itu berjalan timpang. Milan tampil dominan baik dari sisi penyerangan maupun pertahanan. Terbukti dengan banyaknya gol yang bersarang ke jala gawang Frey.
Babak pertama saja Milan sudah unggul 2-0 lewat dwigol Gianni Comandini di menit ke-3 dan menit ke-19. Kedua gol tersebut ia cetak berkat assist dari kaki kiri Serginho. Di awal babak kedua tepatnya menit ke-53, Milan menambah keunggulan lewat freekick Federico Giunti.
Babak kedua bisa dibilang neraka bagi Inter dan pendukungnya. Setelah gol Giunti, Milan kembali menambah skor melalui sundulan Shevchenko di menit ke-67 memanfaatkan assist Serginho. 10 menit kemudian, Sheva kembali mencetak gol, kali ini dengan kaki kananya setelah menerima umpan silang Kaladze.
Malam itu, pembantaian akhirnya diakhiri dengan penampilan apik bintang asal Brasil, Serginho yang akhirnya mencetak gol sendiri dengan kaki kirinya 10 menit sebelum peluit panjang ditiupkan. Gol Serginho itu dibuat lewat aksi solo run-nya melewati hadangan dua pemain Inter. Milan pun membantai saudaranya 6-0 tanpa balas.
Pencetak gol: 3' Comandini, 19' Comandini, 53' Giunti, 67' Shevchenko, 78' Shevchenko, 81' Serginho.
Assist: 3' Serginho, 19' Serginho, 67' Serginho, 78' Kaladze, 81' Shevchenko
Penerima kartu kuning: Helveg, Gattuso (Milan), Simic (Inter)
Fakta unik pertandingan
Seusai laga derby malam itu, Serginho dinobatkan sebagai Man of The Match berkat 3 assist dan 1 golnya. Terungkap lewat pengakuan Serginho di laman resmi AC Milan, bahwa ia mengaku senang dan sedih karena 70% penonton yang hadir adalah fans Inter.
"Ketika saya mencetak gol untuk kemenangan 6-0, saya senang, tetapi di saat yang sama, saya merasa menyesal. Tujuh puluh persen penonton di stadion adalah fans Inter dan melihat mereka sangat sedih, dan beberapa menangis, membuat saya sedih. Sepak bola adalah tentang sukacita, bukan kesedihan. Tapi kemudian, di ruang ganti, saya merayakan kemenangan bersama dengan semua rekan tim dan saya tidak akan pernah melupakan malam itu ", ujar Serginho dikutip dari laman AC Milan.
Pertandingan itu memang menjadi salah satu pertandingan yang paling diingat fans Inter. Saat Milan telah unggul 6-0, ada seorang fans Inter yang masuk ke dalam lapangan memohon kepada Costacurta untuk berhenti mencetak gol ke gawang Inter lagi.
Kabar para pencetak gol kemenangan Milan saat ini
-Gianni Comandini
Tetapi, akhir karier Comandini cukup memilukan. Ia pensiun dini di usia ke-29 tahun akibat masalah fisik dan tekanan mental yang sempat membuat ia stress kala itu. Dan kini menurut situs ilnobilecalcio.it Comandini memiliki sebuah restoran di kampung halamannya di Cesena dan kini ia dikabarkan juga berprofesi sebagai DJ.
-Federico Giunti
Giunti mengabdi di San Siro dari tahun 1999-2001 dan mempersembahkan scudetto di tahun pertamanya. Usai menjadi bagian dalam tim yang mengalahkan Inter 6-0, di akhir musim Giunti pindah ke Brescia. Golnya di derby 19 tahun silam juga menjadi satu-satunya gol yang Giunti persembahkan bagi Milan di Serie A.
Pemain kelahiran 1971 ini pensiun di tahun 2008 dan melanjutkan kariernya dengan mejadi pelatih Perugia U-17 di tahun 2009. Sempat melatih di klub Serie D dan Lega Pro, di tahun 2017 ia ditunjuk sebagai allenatore Perugia di Serie B sebelum menjadi pelatih Milan Primavera dari 2018 sampai sekarang. Â
-Serginho
Serginho membela Milan dari tahun 1999 hingga 2008. Selama membela Milan, ia telah mempersembahkan sebuah trofi Serie-A, Coppa Italia, Piala Super Italia, dan tentunya 2 gelar juara Liga Champions Eropa.
Serginho juga pensiun di Milan pada tahun 2008 di usianya yang ke-37. Walau kini sudah hampir berusia setengah abad, Serginho masih aktif bermain sepak bola untuk laga-laga amal termasuk tampil bersama Milan Glorie. Berdasarkan postingannya di Instagram pribadinya, kini Serginho tengah bahagia hidup bersama keluarganya di kota kecil bernama Nilopolis yang terletak di wilayah negara bagian Rio de Janeiro.
-Andriy Shevchenko
Pria yang akrab disapa Sheva itu adalah pencetak gol terbanyak di derby Milan dengan 14 gol. Sheva juga masuk kedalam jajaran topskor Milan sepanjang masa dengan catatan 175 gol dari 322 penampilan. Sheva hanya kalah dari legenda Milan lainnya Gunnar Nordahl.
Sempat mencoba terjun ke dunia politik, Sheva kini menjabat sebagai pelatih timnas Ukraina sejak tahun 2016. Setelah gagal membawa Ukraina tampil di Piala Dunia 2018, Sheva membawa timnas Ukraina promosi ke UEFA Nations League A dan bulan Oktober lalu ia sukses membawa negaranya lolos ke babak grup Euro 2020 yang tengah tertunda akibat pandemi covid-19.
Sejak melatih timnas Ukraina di tahun 2016, Sheva telah menjalani 33 laga dengan meraih 19 kemenangan, 9 imbang, dan hanya 5 kali kalah. Berkat catatan gemilangnya itu, Sheva digadang-gadang akan menjadi calon pelatih Milan di masa depan.
"Tentunya saya ingin melatih Milan pada suatu hari nanti karena saya sangat erat dengan mereka, dengan para fans, dan para rekan setim. Mungkin, nanti ada masanya saya melatih Milan," ujar Shevchenko kepada DAZN dikutip dari kompas.com.
Sekian. Forza Milan!
@Irfanpras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H