Indonesia positif corona. Virus corona yang ditakuti di seluruh dunia itu telah resmi masuk ke Indonesia secara "ilegal".
Sejak wabah virus corona (Covid-19) pertama kali muncul pada bulan Desember 2019 di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, kepanikan telah melanda seluruh dunia. Tetapi Indonesia sebagai negara penyandang status "tersantuy" ini tak takut dan optimis Covid-19 tak bisa menjangkiti manusia Indonesia yang kebal.
Ya, ditengah-tengah corona yang telah mewabah di berbagai negara terutama Asia, Indonesia terbilang cukup aman. Setelah Cina yang kewalahan dan lumpuh karena wabah Covid-19, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, hingga Vietnam dan Australia secara bergantian mengkonfirmasi adanya warga negaranya yang positif Corona.
Memang ada WNI yang positif Corona, tetapi mereka sedang tak berada di dalam negeri tepatnya mereka tertular virus corona ketika bekerja menjadi ABK di kapal Diamond Princess.
Menurut kabar, mereka pun sudah sembuh dan siap dipulangkan ke Indonesia. Di tengah kabar meluasnya Corona itu, Indonesia justru seperti diloncati oleh virus tersebut. Hingga bulan Februari tak ada satupun warga Indonesia yang tinggal di dalam negeri yang positif Corona.
Namun akhirnya sikap optimis nan santuy ala masyarakat +62 terpatahkan. Senin kemarin (2/3) Presiden RI Joko Widodo telah resmi mengumumkan adanya dua orang di Indonesia yang positif Corona (Covid-19).
Dua orang yang positif Corona itu, dikonfirmasi langsung oleh Presiden dan Menkes, berada di Depok setelah sebelumnya salah satu dari pasien berada dalam satu area dengan WN Jepang yang terlebih dahulu terdeteksi positif Corona di Malaysia. Alhasil buah dari breaking news itupun menjadi viral dan bikin heboh warga yang sebelumnya tenang-tenang saja.
Bagaimana tidak tenang? Pemerintah melalui Kemenkes, bahkan presiden dan wakil presiden, selalu membantah soal virus corona yang katanya telah masuk ke Indonesia. Bahkan sempat Menkes Terawan menyatakan Indonesia aman dari corona karena doa.
Begitu pula Wapres Ma'ruf Amin yang sempat optimis Indonesia aman dari wabah penyakit karena pemuka agama dan ulama yang selalu memanjatkan doa qunut setiap hari. Haduh.. ya memang kacau kondisi pemeberitaan Indonesia dalam menyikapi wabah Corona ini. Bisa jadi keterangan mereka dipelintir bukan?
Akibat dari pengumuman resmi pemerintah setelah berbagai bantahan itupun memunculkan efek domino. Masyarakat yang tadinya santuy menjadi dilanda kepanikan. Kepanikan ini bisa terlihat dari stok masker di apotek dan supermarket yang habis ludes tak bersisa.
Selain masker, stok hand sanitizer di mana-mana juga habis. Kalaupun ada yang menjualnya pasti dijual dengan harga tak wajar dan berkali-kali lipat lebih mahal dari harga normal.
Ada indikasi bahwa beberapa orang telah menunggu dan memanfaatkan terjadinya momen ini untuk menimbun stok masker dan kembali menjualnya dengan harga mahal. Kepanikan juga terlihat ketika beberapa orang menjadi kalap dengan memborong kebutuhan rumah tangga dengan alasan untuk stok hingga wabah corona di Indonesia usai.
Kepanikan demi kepanikan yang timbul adalah efek dari banyaknya informasi soal corona di Indonesia yang simpang siur dan mengerikan. Ya, mengerikan, soalnya di berbagai media massa kita, virus corona (Covid-19) selalu diberitakan banyak memakan korban, mewabah melalui kontak fisik, hingga korban yang kehilangan nyawa akibat virus tersebut.
Yang lebih parah adalah banyaknya info-info dari sumber tidak valid alias abal-abal yang sok paham dengan virus corona itu. Seperti yang biasa terjadi di grup-grup WhatsApp, banyak sekali bukan informasi virus corona di Indonesia yang disebarkan, tapi apakah valid?
Perkembangan teknologi dan sistem informasi memang memberi dampak positif tapi bisa menjadi bumerang ketika dimanfaatkan secara salah.
Sejak ada Corona di Indonesia, banyak info masuk di grup-grup WA cara-cara menjaga diri dari Corona seperti minum jamu, makan buah tertentu, minum jus berbagai rasa, hingga membaca-baca doa tertentu dengan tujuan tolak bala.
Kalau di WA Grup saya begitu sih, kalau pembaca gimana? Saya yakin juga ada info semacam itu dan kebiasaannya selalu diawali kalimat sakti, "meneruskan dari grup sebelah", "info dari grup sebelah", "sebarkan agar informasi baik ini tak berhenti di kamu", dan kata-kata sakti lainnya yang ajaib bin ngawur.
Di media sosial juga sama polanya. Banyak pihak yang tidak punya kapasitas dan kredibilitas seolah menjadi seorang ahli di bidang penyakit menular. Status, tweet, caption yang menunjukkan kegundahan dan kecemasan juga menimbulkan efek panik bagi orang yang salah paham.
Tak sedikit juga para influencer yang malah fokus promosi wisata di tengah wabah Corona dan menakut-nakutinya dengan alasan dampak ekonomi. Tak sedikit juga yang menyalahkan pemerintah dan nyinyir dengan langkah pemerintah. Mirisnya beberapa media nasional membuat judul berita yang justru menyudutkan dan tak sesuai fakta hanya demi klik dan viral.
Ya, sumber informasi yang kita dapat akan mempengaruhi sikap dan reaksi kita. Di tengah wabah Corona yang membuat dunia takut dan lumpuh, menyeleksi sumber berita terkait Corona adalah kuncinya.
Dengan menyeleksi sumber-sumber informasi yang hanya dari sumber kredibel dan resmi kita sudah bisa mencegah timbulnya kepanikan minimal untuk diri kita dan lingkungan sekitar kita.
Saya pribadi percaya, "too much information will kill you", tapi bukan berarti menutup diri dari berita. Cukup dengarkan dan baca berita resmi dari kantor kepresidenan, Kemenkes, BNPB, dan lembaga resmi milik pemerintah lainnya yang memang erat kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan.Â
Selain itu bisa juga dengarkan saran dan nasihat dari dokter, pihak yang memang paham betul soal penyakit bukan malah mendengarkan buzzer.
Tetaplah waspada tapi jangan jadi panik. Intinya menjaga kondisi kesehatan dan kebersihan diri. Begitulah himbauan dari sumber informasi yang benar dan kredibel.Â
Sekali lagi, seleksilah sumber informasi yang didapat, jangan semuanya ditelan mentah-mentah tanpa cek dan ricek serta percaya begitu saja tanpa ada data yang valid. Akhir kata, "Teruskan artikel baik ini, jangan berhenti di kamu. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya".
Sekian. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H