Selain masker, stok hand sanitizer di mana-mana juga habis. Kalaupun ada yang menjualnya pasti dijual dengan harga tak wajar dan berkali-kali lipat lebih mahal dari harga normal.
Ada indikasi bahwa beberapa orang telah menunggu dan memanfaatkan terjadinya momen ini untuk menimbun stok masker dan kembali menjualnya dengan harga mahal. Kepanikan juga terlihat ketika beberapa orang menjadi kalap dengan memborong kebutuhan rumah tangga dengan alasan untuk stok hingga wabah corona di Indonesia usai.
Kepanikan demi kepanikan yang timbul adalah efek dari banyaknya informasi soal corona di Indonesia yang simpang siur dan mengerikan. Ya, mengerikan, soalnya di berbagai media massa kita, virus corona (Covid-19) selalu diberitakan banyak memakan korban, mewabah melalui kontak fisik, hingga korban yang kehilangan nyawa akibat virus tersebut.
Yang lebih parah adalah banyaknya info-info dari sumber tidak valid alias abal-abal yang sok paham dengan virus corona itu. Seperti yang biasa terjadi di grup-grup WhatsApp, banyak sekali bukan informasi virus corona di Indonesia yang disebarkan, tapi apakah valid?
Perkembangan teknologi dan sistem informasi memang memberi dampak positif tapi bisa menjadi bumerang ketika dimanfaatkan secara salah.
Sejak ada Corona di Indonesia, banyak info masuk di grup-grup WA cara-cara menjaga diri dari Corona seperti minum jamu, makan buah tertentu, minum jus berbagai rasa, hingga membaca-baca doa tertentu dengan tujuan tolak bala.
Kalau di WA Grup saya begitu sih, kalau pembaca gimana? Saya yakin juga ada info semacam itu dan kebiasaannya selalu diawali kalimat sakti, "meneruskan dari grup sebelah", "info dari grup sebelah", "sebarkan agar informasi baik ini tak berhenti di kamu", dan kata-kata sakti lainnya yang ajaib bin ngawur.
Di media sosial juga sama polanya. Banyak pihak yang tidak punya kapasitas dan kredibilitas seolah menjadi seorang ahli di bidang penyakit menular. Status, tweet, caption yang menunjukkan kegundahan dan kecemasan juga menimbulkan efek panik bagi orang yang salah paham.
Tak sedikit juga para influencer yang malah fokus promosi wisata di tengah wabah Corona dan menakut-nakutinya dengan alasan dampak ekonomi. Tak sedikit juga yang menyalahkan pemerintah dan nyinyir dengan langkah pemerintah. Mirisnya beberapa media nasional membuat judul berita yang justru menyudutkan dan tak sesuai fakta hanya demi klik dan viral.
Ya, sumber informasi yang kita dapat akan mempengaruhi sikap dan reaksi kita. Di tengah wabah Corona yang membuat dunia takut dan lumpuh, menyeleksi sumber berita terkait Corona adalah kuncinya.