Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Rasisme Harus Ditendang Keluar dari Sepak Bola?

23 Februari 2020   10:43 Diperbarui: 23 Februari 2020   20:45 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Leroy Kwadwo setelah menerima dukungan atas perlakuan rasis kepadanya. (sumber foto: twitter.com/MuhammadLila)

Siapa yang ingat kejadian Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri yang dihukum atas selebrasi mereka menirukan lambang bendera Albania di laga melawan Serbia di Piala Dunia 2018 lalu? 

Ada lagi kasus penolakan yang diterima Mesut Ozil atas dukungannya kepada Uighur dan kecaman yang ia terima yang berujung pencoretan dari timnas Jerman karena berfoto dengan Presiden Turki.

Hakan Calhanoglu juga pernah mengalami hal serupa karena membuat postingan yang dianggap sebagai dukungan kepada Erdogan. Urusan politik dan militer di eropa memang bisa memunculkan tindakan rasial atau xenophobia baik di lapangan atau di media sosial.

Nah, dengan adanya medsos itulah, tindakan rasis juga bisa berkembang diluar lapangan. Namun menurut saya langkah konkretnya masih sama, yaitu butuh langkah nyata dari setiap insan yang mendukung sepak bola bersih dari rasisme. 

Di satu sisi medsos bisa menyebarkan ujaran kebencian tapi bisa menjadi media pendukung untuk memerangi rasisme di sepak bola. Itulah sebenarnya langkah sederhana yang bisa kita lakukan menyikapi pesatnya perkembangan teknologi.  

Sudah banyak kasus rasis di eropa dan sudah banyak pula pemain yang menerima perlakuan tidak terpuji itu. Dani Alves, Mesut Ozil, Koulibaly, Pogba, Tammy Abraham hingga Balotelli sudah pernah menerima perlakuan rasial di sepak bola eropa. 

Sudah semestinya setiap federasi sepak bola eropa bertindak agar indahnya kompetisi eropa tak pudar karena rasisme. Bukan hanya UEFA dan Kick It Out tapi juga suporter bola di eropa juga harus menjadi agen pemberantas rasisme.

Bagaimana dengan Indonesia? Hmm.. kalau di Indonesia sudah bukan nyanyian rasis lagi tapi malah tindak kekerasan yang bisa berujung melayangnya nyawa. 

Kasus di Indonesia malah bisa lebih parah bukan? Apalagi klub di Indonesia belum bisa tegas terhadap suporternya yang anarkis seperti yang dicontohkan oleh Cagliari.

Sepak bola seharusnya menjadi media pemersatu segala perbedaan. Di sepak bola semua bisa berkompetisi semua bisa menikmati permainannya. 

Rasisme benar-benar mengganggu indahnya sepak bola dan mencoret nilai-nilai fair play. Jika tak ditendang keluar dari sepak bola bisa jadi sepak bola yang kita tonton sekarang akan berubah menjadi brutal beberapa tahun lagi.

Sekian. Salam sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun