Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Rasisme Harus Ditendang Keluar dari Sepak Bola?

23 Februari 2020   10:43 Diperbarui: 23 Februari 2020   20:45 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Leroy Kwadwo setelah menerima dukungan atas perlakuan rasis kepadanya. (sumber foto: twitter.com/MuhammadLila)

Sikap wasit di laga tersebut juga perlu disorot. Ketika terjadi perlakuan rasis ketika laga berlangsung perlu sikap ketegasan dari wasit untuk mencegah perlakuan rasis yang lebih parah. Pertanyaan saya adalah kenapa wasit-wasit di eropa masih banyak yang pasif ketika rasisme terjadi?

Tapi sepertinya kita perlu belajar dari kasus rasisme yang terjadi di kompetisi kasta ketiga Jerman. Laga antara Wuzburger Kickers melawan Preussen Munster sempat diwarnai nyanyian rasis yang mengarah ke pemain Wuzburger Kickers, Leroy Kwadwo. Mendengar ejekan suporter lawan, Kwadwo menghentikan pertandingan ketika ia berduel dengan pemain lawan sebagai bentuk kekesalannya.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Suporter yang yang ada di bangku penonton mencari pelaku ujaran rasis itu dan melaporkannya kepada pihak keamanan stadion. Penonton itupun digiring keluar stadion oleh pihak keamanan stadion. Bagaimana dengan pemain yang berada di lapangan? 

Tak peduli kawan maupun lawan, mereka memeluk Kwadwo sebagai bentuk dukungan kepadanya. Penonton pun memberi tepuk tangan kepada Kwadwo dan meneriakkan "Nazis out" untuk menolak segala bentuk intoleransi. Wasit di laga tersebut juga mencoba meyakinkan Kwadwo untuk melanjutkan pertandingan.

Pernyataan Leroy Kwadwo setelah menerima dukungan atas perlakuan rasis kepadanya. (sumber foto: twitter.com/MuhammadLila)
Pernyataan Leroy Kwadwo setelah menerima dukungan atas perlakuan rasis kepadanya. (sumber foto: twitter.com/MuhammadLila)
Apa yang terjadi di Jerman bisa menjadi contoh bagi sepak bola eropa soal bagaimana memperlakukan tindakan rasial. Langkah nyata memang harus berawal dari diri sendiri termasuk suporter itu sendiri. Kedua adalah ketegasan pihak klub yang bersangkutan untuk mengecam tindakan rasial dan memberi sanksi kepada pelakunya. 

Sebagai contoh adalah keputusan Cagliari di Liga Italia yang banyak terjadi kasus rasis. Manajemen Cagliari memutuskan menghukum tiga fans rasis mereka dengan melarangnya masuk ke stadion Cagliari dengan alasan apapun seumur hidup.

Selama ini yang selalu dituntut adalah pihak UEFA dan federasi. Padahal tindakan pertama terhadap rasisme di lapangan adalah semua pihak yang sedang terlibat pertandingan, baik pemain, pelatih, official pertandingan, wasit, hingga penonton yang hadir. 

Apa yang terjadi di kompetisi kasta ketiga Jerman adalah contohnya. Kalau kejadian rasial dibiarkan dan pelaku tetap bisa berada di stadion bukankah sudah membiarkan rasisme menang?

Sepak bola eropa melalui UEFA dan organisasi Kick It Out memang terus melakukan kampanye pemberantasan rasisme di sepak bola dengan slogan mereka, "Let's Kick Racism Out of Football". Hal itulah yang membuat banyak kapten tim eropa yang memakai ban kapten bertuliskan "unite against racism". 

Kasus rasis di sepak bola memang sering terjadi dan sudah sejak lama terjadi. Konflik ras, suku, politik, hingga etnis yang terjadi di eropa memang bisa jadi latar belakang kejadian rasis di sana. 

Sejarah panjang negara-negara eropa yang saling konflik dan dominasi kulit putih di eropa adalah salah satu pemicunya. Bukan hanya rasisme tapi juga kejadian sejenis seperti intoleransi dan xenophobia (ketidaksukaan terhadap orang dari negara lain) juga terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun