AC Milan kembali sukses meraih kemenangan. Dalam lanjutan Serie A Italia giornata 15, Milan sukses mencuri poin penuh dikandang Bologna. Bermain di Renato Dall'Ara, Milan menundukkan Bologna dengan skor tipis 3-2.
Lagi-lagi, kemenangan Milan tak lepas dari bantuan satu aktor penting, dan dia adalah Theo Hernandez. Theo adalah seorang bek kiri yang baru didatangkan Milan di awal musim ini. Bagi banyak pembaca, mungkin terlebih dulu mengenal Theo sebagai pemain Real Madrid. Ya, saudara kandung dari Lucas Hernandez ini memang didatangkan dengan mahar sekitar 20 juta euro dari El Real.
Tak perlu panjang lebar, di laga melawan Bologna tersebut, Theo berhasil mencetak satu gol. Di menit ke-32, Theo yang maju membantu menyerang berhasil lolos dari kawalan bek Bologna untuk menerima umpan silang Suso.
Sementara 2 gol lain Milan didapat dari eksekusi penalti Piatek dan tendangan kaki kiri Jack Bonaventura. Piatek mengeksekusi penalti di menit ke-15 dan Bona mencetak gol dari luar kotak penalti di menit ke-46.
Bagi Theo, golnya ke gawang Bolognya merupakan gol keempatnya selama berseragam I Rossoneri. Sumbangsihnya di laga versus Bologna itu juga berhasil membantu Milan meraih dua kemenangan beruntun di Liga.Â
Ini adalah kemenangan beruntun pertama bagi Milan di musim ini. Mencuri 3 poin dari anak asuhan Mihajlovic, pasukan Stefano Pioli kini menghuni peringkat 10 dengan mengumpulkan 20 poin dari 15 pertandingan Serie A.
Dari 12 laga bermain untuk Milan di Liga Italia, Theo telah mencetak 4 gol dan 1 assist. Artinya dari 16 gol yang telah dicetak Milan selama 15 laga di Liga Italia, Theo telah terlibat di 5 gol tersebut. Sebuah jumlah yang cukup produktif untuk ukuran seorang bek kiri.
Namun sayangnya, dua gol yang bersarang ke gawang Donnarumma di laga melawan Bologna juga tak lepas dari ulahnya. Bologna berhasil membobol gawang Milan dua kali. Sayangnya dua gol tersebut tak murni muncul dari kreasi pemain Bologna, namun terjadi berkat bantuan Theo.
Theo melakukan kesalahan di akhir babak pertama. Bermaksud menghalau tendangan sudut, sontekannya malah masuk ke gawang Donnarumma. Own goal tersebut juga merupakan own goal pertamanya dalam kariernya. Dan di akhir babak kedua, Theo justru melakukan pelanggaran di kotak penalti yang berujung hukuman penalti.
Walaupun mencetak 1 gol, tetapi akibat own goal dan pelanggarannya situs sofascore memberi rating rendah kepada Theo. Theo hanya mendapat rating 5,9, jauh dari rating pencetak gol lain, Piatek (8,0) dan Bonaventura (7,7).
Sebagai seorang bek, jumlah gol Theo memang sangat impresif. Namun sebagai seorang bek, kontribusinya terhadap pertahanan patut dievaluasi. Banyak pengamat dan pendukung Milan yang berpendapat bahwa Theo bermain baik ketika menyerang tetapi bermain buruk ketika bertahan.
The Next Gareth Bale?
Piatek yang jadi andalan sejak musim lalu malah kesulitan setelah berganti nomor punggung 9. Sementara striker muda Milan, Rafael Leao baru mencetak 1 gol dan Borini tak mendapat tempat di starting eleven.Â
Satu fakta menarik dari Theo adalah, ia merupakan topskor sementara Milan musim ini. 4 golnya menyamai raihan gol dari Piatek, Bedanya, Piatek mencetak 3 dari 4 golnya musim ini dari titik penalti, sementara Theo murni dari open play.Â
Bahkan tak jarang, gol Theo juga menentukan kemenangan Milan. Tiga dari empat gol Theo berhasil membawa Milan memenangkan pertandingan.
Penampilan apik Theo ketika menyerang mengingatkan pendukung Milan dan penikmat bola akan sosok Gareth Bale. Bale mengawali kariernya sebagai seorang bek kiri, tetapi lambat laun ia bertransformasi menjadi seorang penyerang.
Bale memiliki kecepatan yang luar biasa sebagai seorang pesepakbola. Keunggulan inilah yang menjadikannya berubah posisi dari bek menjadi penyerang. Berbeda dengan Bale, Theo tak secepat Bale namun insting di depan gawang lawan patut diapresiasi.
Capaian gol Theo selama 12 laga juga tak bisa dianggap remeh. Capaian gol Bale pun dulu ketika berposisi sebagai bek kiri di Spurs mirip dengan Theo.Â
Dan semakin bertambahnya musim, jumlah gol Bale semakin melejit, awalnya dibawah sepuluh lama-lama ia menjadi ujung tombak Spurs ketika itu.
Sebuah mimpi dan harapan Milanisti Theo Henandez mampu mencapai level seperti Bale. Tak perlu meniru kecepatan Bale, namun bermain apik ketika menyerang dan bertahan sudah cukup membantu permainan Milan yang masih terseok-seok.
Jadi, apakah sah apabila Theo dinobatkan sebagai The Next Gareth Bale? Masih perlu waktu dan pembuktian, namun mengingat usianya yang masih sangat muda, masa depan Theo masih panjang untuk dinikmati. Salam olahraga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H