Yogyakarta -- Meningkatkan kesadaran akan mitigasi bencana sejak dini terus menjadi perhatian utama dalam upaya membangun ketangguhan masyarakat. Mengantisipasi dampak bencana yang sering terjadi di wilayahnya, SDN Pogung Kidul, Yogyakarta, menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana dilaksanakan Tanoto Scholars Association (TSA) bersama Muda Tangguh Bencana (MTB) dan bekerja sama dengan Pusat Studi Bencana (PSBA) Universitas Gadjah Mada. Acara ini mengusung tema "Empower and Prepare: Building a Culture of Safety in Schools", berfokus pada persiapan siswa menghadapi gempa bumi dan banjir, dua jenis bencana yang paling sering terjadi di Yogyakarta.
sekolah di seluruh Indonesia telah terdampak bencana alam, baik banjir, gempa bumi, maupun longsor.Â
Kegiatan ini sangat relevan dengan konteks kebencanaan di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), antara 1 Januari hingga 6 November 2024, sebanyak 506Jumlah ini mengkhawatirkan karena berdampak pada akses pendidikan, kondisi psikologis siswa, dan sarana prasarana sekolah. Di wilayah Yogyakarta sendiri, khususnya Kota Yogyakarta dan sekitarnya, data dari BNPB dan BPBD setempat menunjukkan bahwa kota ini memiliki kerentanan tinggi terhadap banjir, terutama saat musim hujan tiba ketika Sungai Code dan Sungai Winongo kerap meluap.Â
Pada tahun 2023, lebih dari 15 insiden banjir besar dilaporkan mengakibatkan kerusakan serius di berbagai kawasan. Fakta ini menunjukkan bahwa pendidikan kebencanaan harus diintensifkan, terutama bagi anak-anak, untuk memperkuat kesiapsiagaan sejak usia dini.
Acara dimulai sejak pagi dengan berbagai persiapan yang dilakukan oleh panitia dari MTB dan TSA. Setelah siswa berkumpul, acara diawali dengan sos
ialisasi yang dipandu oleh tim dari TSA dan MTB, yang memaparkan materi tentang jenis-jenis bencana yang umum terjadi di Indonesia, terutama banjir dan gempa bumi. Para siswa diperkenalkan pada konsep dasar mitigasi bencana, termasuk cara-cara perlindungan diri ketika gempa atau banjir terjadi, seperti mencari tempat aman, mengikuti jalur evakuasi, dan menghindari area berbahaya.
 Metode pengajaran dibuat interaktif, memadukan permainan kuis sebagai ice-breaking agar siswa lebih mudah memahami materi dan tetap antusias selama acara berlangsung.
Puncak kegiatan adalah simulasi evakuasi gempa, di mana seluruh siswa diarahkan untuk bergerak menuju titik kumpul sesuai jalur evakuasi yang telah disiapkan. Tim dari MTB dan TSA memandu proses ini dengan ketat untuk memastikan setiap langkah berjalan sesuai prosedur keselamatan. Simulasi ini bertujuan untuk membekali siswa dengan keterampilan dasar menghadapi situasi darurat, sekaligus melatih ketenangan dan kepatuhan pada prosedur keselamatan.Â
Kepala SDN Pogung Kidul mengapresiasi kegiatan ini sebagai langkah positif untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa. "Pendidikan kebencanaan adalah aspek krusial bagi sekolah kami, terutama di daerah yang rawan seperti Yogyakarta.Â
Dengan kegiatan ini, kami berharap siswa memiliki bekal dasar untuk melindungi diri sendiri dan membantu teman-temannya ketika bencana terjadi," ungkapnya. Setelah simulasi, siswa diarahkan ke aula untuk mengikuti sesi refleksi. Tim TSA dan MTB memberikan ulasan mengenai langkah-langkah mitigasi yang telah dilakukan dalam simulasi, serta menekankan pentingnya kesadaran dan disiplin dalam situasi darurat.Â
Sesi ini diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada siswa yang menunjukkan partisipasi aktif dan apresiasi kepada pihak sekolah serta kolaborator sebagai bentuk dukungan terhadap program edukasi kebencanaan.