Mohon tunggu...
Irfan Rusli
Irfan Rusli Mohon Tunggu... Lainnya - Menjunjung Tinggi Kebhinekaan

Hanya manusia biasa yang bercita-cita bermanfaat bagi orang lain. Blog pribadi : https://catatanirfanrusli.blogspot.com/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Drama Perjalanan Antara Calo dan Komunis

16 Oktober 2020   18:50 Diperbarui: 22 Oktober 2020   11:07 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Irfan Rusli | 2020

Pagi itu Selasa (13/10/20) pukul enam pagi telah siap melakukan perjalanan ke kota BauBau yang berjarak +- 60 KM. Dengan perjalanan darat 1,5 jam, melanjutkan perjalanan lagi menggunakan speed boat yang menguras waktu +- 30 Menit.

Perjalanan cukup melelahkan tak berhenti disini. Karena harus melengkapi beberapa syarat adminstrasi, sebelum melakukan perjalanan ke Kota Makassar. 

Syarat administrasi berupa Rapid Test.
Sebagai keterangan bebas Covid 19 yang bisa diperoleh dari institusi kesehatan. Mengingat Indonesia, masih diselimuti bencana wabah Covid 19.

Proses Rapid Test yang saya hitung dari proses pengambilan sampel darah, hingga mengeluarkan hasil menghabiskan waktu +- 2 jam. Pengurusan berkas tidak sampai disini saja. Selanjutnya membeli tiket, tergantung moda transportasi yang ingin digunakan.

Perjalanan ke Kota Makassar dari Kota BauBau, lazimnya dapat dilakukan dengan dua moda transportasi. Yakni transportasi laut dan udara. Transportasi laut menjadi pilihan dikarenakan harga terjangkau, bagi masyarakat kelas menengah kebawah seperti saya.

Seusai menerima hasil Rapid Test. Dengan segera memesan ojek online, menuju kantor PELNI Cabang BauBau yang berjarak 1,6 KM. PELNI merupakan akronim dari Pelayaran Nasional Indonesia. Dan merupakan salah satu BUMN bergerak di bidang transportasi laut.

Sesampai di Kantor PELNI, kehadiranku langsung disambut beberapa pria, yang saya taksir berumur 35-45 tahun. Mereka mengerumuni, sambil menenteng beberapa lembar kertas fotokopi. Kertas tersebut berisi pernyataan, yang harus diisi calon penumpang kapal, serta sebagai syarat sebelum membeli tiket. Terjadilah dialog antara saya dan para calo itu.

S: Saya, C1: Calo satu, PL : Penjaga Loket, KF: Karyawan Fotokopi.

C1 : Mau kemana pak?
S.  : Makassar
C2 : Kita lihat dulu jadwal
S.  : "Oh sudahmi, hari kamis ke Makassar KM Sinabung jam 8 pagi", jawabku singkat sembari bergerak menuju pintu loket pembelian tiket.

Ketika mau masuk ke loket pembelian tiket, beberapa calo tadi menawarkan fotokopi yang mereka pegang tersebut. Sambil menjelaskan bahwa lembar pernyataan itu, wajib dimiliki sebelum membeli tiket.

C1 : Pak, ini fotokopi yang akan digunakan sebelum beli tiket, kalau tidak ada ini tidak bisa beli tiket.
S.  : Berapa harganya itu?
C1 : "Kan harga tiket ke Makassar Rp.154.000, kita kasihmi saya Rp. 200.000 saja. Tidak ada itu tempat fotokopi disini", ucapnya dengan nada menyakinkan.

Saya pun berpikir sejenak, hanya dua lembar fotokopi ini dihargai Rp. 50.000. "Dia kira uang Rp. 50.000 tinggal dipetik dari pohon yah", gerutuku dalam hati . Begitu enteng lidahnya, mengucap nominal rupiah. 

Setelah berpikir sejenak, saya sampaikan tidak berminat. Dengan segera meninggalkan kerumunan calo itu.

Tak sampai disitu, ketika berada dalam loket pembelian tiket salah seorang dari mereka masih saja mengikuti. Dengan sedikit nada ngotot dari calo tersebut, masih juga menawarkan jasanya.

C2: Marimi pak, ambilmi fotokopi pernyataan ini, KTPnya kita nanti saya yang pergi fotokopikan.
S: Tidak usahmi, saya bisa urus sendiri, terima kasih.

Sontak calo tersebut meninggalkan loket pembelian tiket.

S: "Saya mau beli tiket tujuan Makassar", kataku kepada ibu penjaga tiket.
PL: Mana hasil rapid testnya? Harga tiket tujuan Makassar Rp. 154.000.

Setelah menunjukkan hasil rapid test. Ibu itu memberikan 2 lembar, berisi pernyataan perjalanan kapal laut dalam rangka pencegahan Covid 19.

PL: Kita isi ini formulir baru fotokopi. Setelah itu, kumpul kembali yang asli dan hasil fotokopi di loket ini.
S: Iya terima kasih, di sini di mana tempat fotokopi terdekat?
PL: Oh kita lurus saja ada disamping SD, ini ada fulpen untuk isi formulir.
S: Terima kasih bu.

Sehabis mengisi formulir, segera kulangkahkan kaki mencari tempat fotokopi. Setelah bertanya pada dua orang yang kutemui saat berjalan kaki. Akhirnya tiba juga di tempat fotokopi. Jarak tempat fotokopi ke kantor PELNI tersebut berkisar +- 500 M.

KF.  : Ada apa pak?
S.    : "Tolong kita fotokopi ini masing-masing dua lembar", ucapku sambil menyodorkan berkas dua lembar pernyataan, hasil rapid tes dan KTP.

Sesudah menggandakan berkas tersebut. Tibalah waktunya untuk membayar.

S.    : Berapa pak?
KF.  : Rp. 1.500 pak
S.    : "Ini pak terima kasih", sambil menyondorkan uang.

Selama berjalan kaki menuju Kantor Pelni. Akalku tak berhenti memikirkan harga kopian berkas tadi. Betapa murahnya hanya seharga Rp. 1.500, ketimbang menggunakan jasa sebuah calo. 

Sesama bangsa Indonesia masih saja 'menghisap'. 'Menghisap' tidak memilih kondisi, apakah sedang paceklik maupun dilanda wabah sekalipun. Dengan dalih mencari sesuap nasi dan seteguk untuk hari ini.

Apakah banyak yang kehilangan pekerjaan disebabkan pandemi? Bukankah pemerintah juga sudah memberikan bantuan berupa uang tunai bernama BLT bagi mereka yang kurang mampu dan profesi terdampak ketika pandemi? Atau kah besaran UMR dan UMK yang masih di bawah rata dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?.

Terlampau banyak kemungkinan dalam melihat masalah ini.

Kehadiran calo bukan saja, terjadi pada saat kondisi wabah melanda seperti saat ini. Kehadiran mereka sudah ada jauh sebelum itu, beriringan dengan momen tertentu.

Kadang hadir di loket stadion sepak bola, di loket stasiun-stasiun kereta api. Hadirnya ibarat isu komunis, yang menggema di sebuah negeri antah berantah setiap penghujung bulan September.

KM Sinabung (Di atas laut)
Kamis, 15 Oktober 2020
Pukul 14.40 WITA
Irfan Rusli

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun