C1 : Pak, ini fotokopi yang akan digunakan sebelum beli tiket, kalau tidak ada ini tidak bisa beli tiket.
S. Â : Berapa harganya itu?
C1 : "Kan harga tiket ke Makassar Rp.154.000, kita kasihmi saya Rp. 200.000 saja. Tidak ada itu tempat fotokopi disini", ucapnya dengan nada menyakinkan.
Saya pun berpikir sejenak, hanya dua lembar fotokopi ini dihargai Rp. 50.000. "Dia kira uang Rp. 50.000 tinggal dipetik dari pohon yah", gerutuku dalam hati . Begitu enteng lidahnya, mengucap nominal rupiah.Â
Setelah berpikir sejenak, saya sampaikan tidak berminat. Dengan segera meninggalkan kerumunan calo itu.
Tak sampai disitu, ketika berada dalam loket pembelian tiket salah seorang dari mereka masih saja mengikuti. Dengan sedikit nada ngotot dari calo tersebut, masih juga menawarkan jasanya.
C2: Marimi pak, ambilmi fotokopi pernyataan ini, KTPnya kita nanti saya yang pergi fotokopikan.
S: Tidak usahmi, saya bisa urus sendiri, terima kasih.
Sontak calo tersebut meninggalkan loket pembelian tiket.
S: "Saya mau beli tiket tujuan Makassar", kataku kepada ibu penjaga tiket.
PL: Mana hasil rapid testnya? Harga tiket tujuan Makassar Rp. 154.000.
Setelah menunjukkan hasil rapid test. Ibu itu memberikan 2 lembar, berisi pernyataan perjalanan kapal laut dalam rangka pencegahan Covid 19.
PL: Kita isi ini formulir baru fotokopi. Setelah itu, kumpul kembali yang asli dan hasil fotokopi di loket ini.
S: Iya terima kasih, di sini di mana tempat fotokopi terdekat?
PL: Oh kita lurus saja ada disamping SD, ini ada fulpen untuk isi formulir.
S: Terima kasih bu.
Sehabis mengisi formulir, segera kulangkahkan kaki mencari tempat fotokopi. Setelah bertanya pada dua orang yang kutemui saat berjalan kaki. Akhirnya tiba juga di tempat fotokopi. Jarak tempat fotokopi ke kantor PELNI tersebut berkisar +- 500 M.
KF. Â : Ada apa pak?
S. Â Â : "Tolong kita fotokopi ini masing-masing dua lembar", ucapku sambil menyodorkan berkas dua lembar pernyataan, hasil rapid tes dan KTP.