Dari sepuluh skill diatas, mayoritas berkaitan dengan softskill. Bukan hardskill. Ini menjadi tantangan bersama bagi para pendidik. Agar, ke depan, tidak lagi hanya berorientasi kepada hasil belajar siswa. Para guru harus menumbuhkan dan mengedepankan pentingnya softskill atau sikap positif para siswa.
Untuk mewujudkan softskill yang diramalkan oleh WEF, guru seyogyanya bisa menerapkan konsep progresivisme. Yaitu sebuah paradigma yang menganggap guru sebagai challenger dan inquiry leader (Penantang dan pemandu penelitian). Dalam progresivisme guru ditantang untuk membersamai siswa dalam memecahkan setiap masalah ditengah perubahan zaman yang dinamis. Guru bisa membersamai siswa dalam menghadirkan realitas sosial yang ada ke dalam kelas-kelas.
Guru memandang siswa tidak lagi sebagai objek. Siswa adalah pembelajar bagi dirinya yang mampu berpikir mandiri dan menelusuri minat bakatnya masing-masing. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pembimbing. Paradigma guru yang seakan-akan mengetahui semuanya, harus bertrasnformasi menjadi seorang mentor bagi siswanya. Guru tidak lagi melakukan pembelajaran satu arah. Melainkan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk berdiskusi, menyelesaikan masalah, berpikir kritis, interdisipliner dan partisipatif.
Dengan demikian, pendidikan yang membawa perubahan bisa hadir jika setidaknya para guru memunculkan sikap progresif dan mengedepankan keteladanan dalam setiap aktifitasnya. Wallahu A'lam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H