Zishu tak ingin menangis lagi. Sudah sekian kali dia merasa dihina dan direndahkan oleh Yueyin, putri kandung dari ayah dan ibu angkat yang mengadopsinya. Dalam hati kecil, ingin sekali dia melenyapkan Yueyin untuk membalaskan rasa sakit hati selama ini. Namun, dia masih menjaga perasaan ayah angkatnya itu.
Setahu orang tua mereka, hubungan kedua saudari itu akur-akur saja. Padahal, Yueyin juga membenci Zishu karena dia tak ingin rasa sayang orang tuanya berbagi dengan anak angkat.
Hari liburan pun tiba. Mereka sekeluarga sudah berada di bandara Baiyun, Guangzhou. Museum Guangdong adalah tujuan pertama berwisata karena dekat dengan bandara itu. Tak banyak yang bisa dilihat disana hanya pernak-pernik zaman dulu yang masih tersimpan dengan baik. Yueyin dan ayah ibunya asyik memperhatikan beberapa guci di sudut museum. Zishu hanya duduk di luar pintu. Dia tidak tertarik dengan wisata seperti itu.
Tiba-tiba seorang kakek lewat dengan membawa satu buntelan kecil diapit di lengannya. Tak sengaja buntelan itu jatuh. Sepasang sepatu kecil berwarna merah dengan corak khas terpental ke jalan setapak di depan taman. Entah kenapa, Zishu langsung tertarik dengan sepatu itu. Saat ingin mengambilnya, si kakek langsung menepis tangan Zishu.
"Jangan sentuh sepatu itu!"
Terlanjur, Zishu sudah mengambilnya dengan cepat.
"Kenapa, Kek, tidak bisa disentuh? Ini sepatu untuk lotus feet ya, kan?" tanya Zishu mencoba memastikan.
Pria tua bertopi dari jerami itu pun duduk di hadapan gadis muda itu. Matanya menatap sepatu kemudian mata Zishu.
"Sepatu ini pembawa sial. Sudah turun temurun disimpan oleh salah satu keluarga di desa ini. Semuanya berakhir tragis," pungkasnya.
Lotus feet memang tanda kecantikan wanita pada zaman dinasti Qing. Kaki wanita direndam air hangat dan diikat. Semua jari kecuali ibu jari ditekuk ke bawah sehingga terlihat mengecil seperti bunga teratai. Kondisi kaki seperti itu menyusahkan mereka bergerak. Menggoyangkan otot pinggul adalah satu-satunya cara memudahkan mereka berjalan. Gerakan pinggul inilah yang menarik perhatian bagi pria pada zaman itu.