Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Catatan Si Gila di Negeri (Katanya) Waras - Bagian 3 (Terakhir)

16 April 2024   02:00 Diperbarui: 16 April 2024   02:17 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak Leo?" ujarku keras.

"Sst..., jangan keras-keras," jawabnya.

"Kenapa Bapak bisa ada disini? Semua polisi mencari," timpalku sambil meraba-raba wajahnya meyakinkan bahwa dia adalah orang yang sudah lama kurindu. Namun, wajah yang selama ini kukenal sudah berubah. Jambang yang lebat, rambut panjang dan bentuk pipi yang sedikit tirus.

Pak Leo lama mengobrol di ruangan itu. Seperti biasa aku hanya menjadi pendengar sejatinya. 

"Man, kadang jadi orang gila itu lebih baik. Disini aku benar-benar melihat yang gila tapi mereka merasa bebas berekspresi. Di luar sana orang-orang membuatku terpaksa jadi gila. Dengan kepura-puraanku menjadi gila ini, aku terbebas dari kejaran mereka yang sok waras namun lebih gila," tandasnya.

"Waktu itu datang seorang pria yang menjual buku bekas padaku. Katanya dia adalah suami dari Mak Mijah yang merupakan tetanggamu. Dia baru pulang dari Malaysia. Bungkusan buku itu belum kubuka sama sekali. 

Keesokan harinya beberapa polisi datang mencariku. Mereka menggeledah lapak kemudian mendapati beberapa buku yang dianggap terlarang oleh penguasa negeri ini," lanjut pak Leo dengan wajah sedih.

"Saat aku kembali ke toko buku itu, semua sudah terobrak-abrik dan rusak, Man. Aku stress. Bagaimana aku bisa mencari modal lagi untuk berjualan buku," imbuhnya.

"Jika aku ditangkap maka aku bisa benar-benar gila. Aku tak punya bukti untuk menunjukkan bahwa aku tidak bersalah. Hukuman mati bisa dijatuhkan untuk orang yang terdakwa sebagai teroris. Matiku akan sia-sia, Man.  Lebih baik aku berpura-pura gila di tempat ini,"tambahnya lagi.

Saat pak Leo masih terus berbicara, pikiranku mengarah pada Mak Mijah. Alangkah kasihan hidupnya karena telah menjadi korban. Padahal beliau sudah merindukan kehadiran suaminya dari sejak dulu. Apakah dia tidak tahu apa yang telah dilakukan suaminya selama ini? Entahlah.

Setidaknya, aku sudah pindah dari kandangku yang dulu. Aku bahagia karena masih ada pendukung setiaku di kandang baru ini. Apalagi, aku akan terus berjuang bersama mantan rektorku yang selalu kubanggakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun