Mohon tunggu...
Irfan Fauzi
Irfan Fauzi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Warga Bekasi yang cinta nusantara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bikers: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

16 Desember 2014   03:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:14 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sementara manfaat positif sepeda motor bagi bikers sendiri adalah sarana menempa diri. Ia betul menempa diri. Orang yang tadinya tidak kreatif, jika mengendarai motor pasti bisa jadi kreatif. Otomatis saat jadi bikers, kita harus mampu mencari celah jalan tanpa hambatan dengan cepat. Kalau perlu naik trotoar atau hal kreatif lainnya.

Orang yang tadinya tidak peka dengan mengendarai motor pasti bisa peka. Setiap hari selalu berlatih feeling untuk mengasah kepekaan dengan berselap selip diantara kendaraan lainnya. Biasanya pada tahap latihan, dengkul bisa jadi korban. Wajar jika dalam waktu 1 bulan dengkul memar memar.

Kemudian orang yang tadinya pemalu dan tidak percaya diri, jika mengendarai motor, tiba tiba jadi orang yang cukup punya kepercayaan diri berlebihan. Gimana tidak, setiap hari para bikers tidak malu malu menerobos rambu lalu lintas dan banyak menghalalkan segala cara agar dapat melaju tanpa hambatan. Lampu lalulintas saat ini sudah dianggap lampu taman. Tidak pengaruh warna yang menyala apa.

Kerennya lagi bikers ternyata mempunyai keyakinan yang cukup kuat terhadap ilmu ikhlas. Bikers mengikhlaskan keselamatan dirinya kepada para pengendara lainnya. Jika bikers sedang Selap selip diharapkan para pengendara lainnya menjaga keselamatan dirinya. Kalaupun ada salah mereka ikhlas dimaki atau diumpat. Yang penting motor terus melaju tanpa kaki menapak turun.

Bikers juga sangat tawaqal kepada Sang Pencipta. Hidup matinya sudah dikhlaskan berdasar takdir Tuhan. Salah melaju pilihannya cuma 3 : jatuh lalu meninggal berarti sudah takdir, jatuh terluka berarti nasib sial dan dengkul memar berarti belum jago.

Selanjutnya bikers ternyata juga ikut memberi manfaat bagi Pemerintah. Beberpa program pemerintah ikut disukseskan.

Program pemerintah untuk mencari solusi transportasi massal tidak perlu dilanjutkan. Cukup murahkan DP dan permudah persyaratan kredit motor, maka setiap orang mudah menyediakan sarana transportasi bagi diri sendiri. Jadi tiang tiang monorel yang terlanjur dibangun pada akhirnya, memang bermanfaat untuk tempat memasang iklan. Atau kasus seperti pengadaan bus trans jakarta tidak terulang. Kalau perlu kementerian dan BUMN yang terkait transportasi dibubarkan. Fungsi dan manfaatnya sudah tidak diperlukan. Pemerintah sudah sukses membuat masyarakat memenuhi sendiri kebutuhan alat transportasi bagi dirinya.

Bikers juga ikut menyukseskan program pengentasan kemiskinan Pemerintah. Standar kategori kemiskinan walau berbeda beda antar lembaga pemerintah, tapi ada titik persamaannya. Yaitu kriteria berpenghasilan dibawah 10ribu perhari dan hanya mempunyai rumah berlantai tanah. Jika mempunyai sepeda motor berarti sudah tidak miskin lagi. Begitu kata Pemerintah. Sedangkan yang Pemerintah tidak tahu, sepeda motor itu didapat dari kredit seumur hidup. Serta memiliki sepeda motor sudah menjadi gaya hidup dikalangan masyarakat menengah bawah. Bukan lagi berdasar kebutuhan.

Terakhir ini yang membuat saya takjub sekaligus miris dengan pengorbanan para bikers. Pengendara roda dua bermesin ini, secara tidak langsung ikut menyukseskan Program Pengendalian Penduduk. Program ini bisa dianggap sukses jika penduduk Indonesia, yang lahir dengan yang mati minimal berimbang. Sehingga tidak ada lagi pertambahan penduduk secara signifikan. Posisi dukungan bikers terhadap program ini terletak dari tingginya angka kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan kematian.

Menurut data kepolisian yang dilansir BPS (http://bps.go.id/tab_sub/view.php…) angka kematian pada kecelakaan yang melibatkan sepeda motor mencapai 26.416 orang pada tahun 2013. Jika ditarik dalam rentang 5 tahun kebelakang, rata rata korban meninggal sebesar lebih dari 25 ribu orang. Artinya perhari ada 72 orang bikers yang meninggal akibat kecelakaan. Atau 3 orang bikers per jam meninggal. Rata rata umur bikers yang meninggal adalah diumur produktif 15 s/d 45 tahun. Andai mereka berpenghasilan rata rata 3 juta rupiah perbulan, ada potensi kerugian (umur produktif bikers yang meninggal, akibat kecelakaan) sebesar kurang lebih 1 Trilyun rupiah pertahun. Belum kerugian properti pribadi yang rusak. Andai satu motor dihargai rata rata 15 juta rupiah, potensi kerugian properti sebesar kurang lebih 400 milyar rupiah pertahun. Belum lagi potensi kerugian dari biaya perawatan bagi korban luka luka.

Saya percaya angka korban yang ditampilkan sebenarnya bisa lebih besar 20-30% dari angka yang dipublikasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun