Mohon tunggu...
Irfan Fandi
Irfan Fandi Mohon Tunggu... Buruh - Menulis dan Membaca adalah suatu aksi yang bisa membuat kita terlihat beda dari orang yang disekitar kita

Email : irvandi00@gmail.com || Suka Baca dan Nonton Film || Pekanbaru, Riau ||

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup Anak Pejabat yang Flexing, Kinerja Pejabat Tinggi Kembali Dipertanyakan?

24 Februari 2023   07:35 Diperbarui: 24 Februari 2023   07:43 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan Mario, anak pejabat pajak yang aniaya David putra pengurus GP Ansor di Polres Metro Jaksel. (Sumber foto : Kompas.com/dzaki nurcahyo)

Mungkin pepatah ini cocok kali ya untuk para pejabat negeri saat ini yang kembali disorot karena ulah dari orang terdekatnya sendiri.

"Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga" atau "sepandai kita menyembunyikan daging busuk, pasti akan tercium juga"

Belakangan ini berita yang tidak mengenakkan kembali menerpa pejabat tinggi negeri ini. Hal ini terjadi bukan karena kebetulan melainkan pola gaya hidup yang terlalu berlebihan yang sering dipertontonkan di akun media sosial pribadi.

Setelah kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang begitu banyak menyita perhatian public atau masyarakat yang ingin tahu bagaimana usaha seorang jendral untuk menutupi segala kebohongannya dengan membuat berbagai macam skenario yang akhirnya ketahuan.

Kali ini pejabat disalah satu instansi yang paling besar minat perhatiannya masyarakat terhadap Pegawai Ditjen Pajak Jakarta Selatan yang memiliki pangkat jabatan tingkat II (dua) sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Kasus Arogansi Pengendara Penganiayaan di jalan raya

Ada dua kasus yang heboh dan menjadi perhatian masyarakat yang terjadi di ibu kota Jakarta mengenai kecelakaan di jalan raya. Kasus ini menguak dan menjadi bahan pembicaraan di media sosial karena sifat arogansi dari para pelaku yang melakukan kesalahan.

Sebut saja Giorgio Ramadhan dan Mario Dandy Satriyo. Dua anak muda ini merupakan salah satu pengendara kendaraan yang melakukan sebuah penganiyaan kepada salah satu pengendara karena suatu hal tertentu.

Giorgio melakukan penyerangan dan merusak mobil setelah terjadi senggolan di jalan raya. Sedangkan Mario Dandy Satriyo menganiaya salah satu pemuda yang bernama David yang masih berumur 17 tahun di balik mobilnya hingga korban koma di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Dari kedua pelaku ini salah satunya merupakan anak pejabat dari Instansi Pajak bernama Rafael Alun Trisambodo, belakangan ketahuan ia adalah seorang Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Ditjen Pajak Jakarta Selatan II.

Sifat arogansi dari sang anak membuat orang tuanya menjadi bulan-bulanan pemberitaan yang setelah kasus ini ditangani oleh Polisi. Tidak ada tempat untuk bersembunyi setelah kasus ini mencuat ke permunkaan public dan menjadi bahan pemberitaan yang paling disorot hari ini.

Apa hal kasus ini menjadi besar? Selain pelaku telah melakukan tindakan penganiayaan terhadap salah satu anak muda bernama David. Ia juga ketahuan menggunakan sebuah mobil Jeep Robicon sebagai barang bukti, dimana mobil tersebut menggunakan plat palsu dan memiliki status masa pajak habis.

Pengalaman pribadi walau tak sama tapi mendekati

Saya memiliki sebuah kendaraan bermotor yang memiliki surat yang lengkap, memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan alhamdulilah hingga saat ini masih taat untuk membayar pajak. Namun dilain sisi, saya memiliki seorang teman yang memiliki sifat arogansi tinggi dan selalu meremehkan orang-orang yang ada disekitarnya.

Suatu hari pada waktu istirahat makan siang, kita berkumpul di salah satu ruangan untuk menikmati istirahat dengan makan bersama. Ada satu pembicaraan yang membuat saya terusik dan ingin membalas omongannya, karena buat saya hal ini perlu dipermasalahkan untuk memberikan pelajaran kepada orang yang bersangkutan.

Teman yang bersangkutan menanyakan status kepemilikan motor dan menawari saya untuk menggantikan kendaraan yang sekarang dengan yang model yang lain. Hal ini disampaikannya karena motor yang saya miliki sekarang kebanyakan dipakai oleh perempuan, saat itu saya menggunakan motor matic untuk keseharian dalam menemani aktivitas keseharian.

Saya tidak habis pikir bahwa kendaraan yang saya gunakan disangkut pautkan dengan status gender. Padahal kalo dipikir-pikir apapun itu kendaraan yang kita gunakan, asal nyaman dan layak untuk dipakai tidak ada masalahnya. Toh ujung-ujungnya kita beli dengan uang pribadi, tidak menyusahkan orang lain dan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Membahas pertanyaan dari rekan kerja saya itu, saya hanya mengucapkan sesuai dengan kapasitas yang ada. Apa yang saya sampaikan diatas, saya menambahkan "percuma pakai kendaraan bermotor yang bagus, tapi untuk membeli helm dan  tidak memiliki SIM aja bangga!" sahut ku "satu lagi, motor itu digunakan untuk memudahkan kita dalam beraktifitas bukan untuk ajang pamer dan gaya-gayan, padahal kehidupan yang nyata tidak sesuai dengan kemampuan".

Sontak mendengar pernyataan dan jawaban yang saya berikan, rekan kerja saya pun terdiam dan tidak mau melanjutkan pembahasan atau pembicaraan yang ingin diteruskan. Saya melakukan itu untuk dia sadar bahwa tidak semua orang bisa direndahkan atau disamakan kemampuannya, hiduplah seperti orang normal dan memiliki pemikiran yang baik.

Tidak perlu gaya-gayaan jika kemampuan tidak sesuai dengan kenyataan. Apalagi orang hanya bisa melihat dan mengamati diri kita, sekali diusik maka semua kebenaran akan terasa pahit bila didengarkan dari orang yang berani untuk mengungkapkan dengan jujur dihadapan kita.

Gaya hidup tidak boleh Flexing

Kembali pada topik sebelumnya, sudah banyak orang yang menjadi korban dari gaya hidup berlebihan. Ditambah dengan maraknya gerusan tampilan yang memiliki daya persaingan untuk saling membanding-bandingkan serta pamer kekayaan di akun media sosial.

Hal ini merupakan sebuah perilaku yang tidak baik yang santer marak kita pernah dengar dengan sebutan Flexing. Flexing merupakan sebuah perilaku apa yang kita miliki dipamerkan kepada orang lain dengan maksud tujuan untuk sombong atau pamer.

Dalam hal ini orang yang flexing akan dianggap sebagai orang yang sombong dengan kegiatan yang suka pamer kepada orang lain. Dengan menampilkan semua kegiatan dan aktivitas di media sosial agar semua orang tahu bahwa kita mampu dan layak untuk memilikinya.

Padahal dalam kasus Mario Dandy Satryo yang menjadi tersangka penganiayaan di jalan raya, awalnya orang tidak peduli dan tidak mau tahu siapa dirinya. Adanya sifat arogansi dan perasaan yang sombong ditampilkannya selama kasus ini diproses. Masayarakat penasaran untuk menguliti dan mencari tahu sosok siapa dirinya sesungguhnya.

Dengan kecanggihan teknologi yang berkembang pesat dinegeri ini, nitizen Indonesia selalu punya celah untuk mencari tahu dan penasaran dengan aksi orang tersebut. Segala informasi tentang dirinya dan keluarganya terbongkar hingga tidak dapat menutupi satu hal kecil pun yang ada di dalam kehidupannya.

Semua tentang dirinya sudah menjadi konsumsi khalayak umum dan siap untuk dijadikan bahan pembicaraan untuk dijadikan pembelajaraan. Gaya hidup yang mentereng dan tidak bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, membuat rasa sombong dan rasa memiliki segalanya tumbuh dan mampu menghancurkan dirinya.

Dari kasus Mario ini kita dapat belajar dan intropeksi diri bahwa setiap apa yang kita lakukan pasti ada sebab akibat yang harus kita pertanggung jawabkan nantinya. Dengan melakukan sedikit kesalahan kecil, mampu merubah segalanya menjadi boomerang untuk menghancurkan siapa diri kita sesungguhnya.

Tidak perlu arogansi dan sombong dengan apa yang sudah kita miliki, cukup bersyukur dan menjalani hidup sebaik-baiknya. Tidak pelu orang menilai seberapa kaya kita dan mapannya kehidupan kita jika masih dibawah tanggung jawab orang tua bukan milik atau hasil dari diri sendiri.

Memberikan penghargaan kepada atas pencapaian yang kita raih sekarang itu tidak ada masalahnya. Asal dilakukan dengan baik dan sesuai dengan kemampuan kita, tidak perlu flexing karena akan menjerumuskan kita kepada hal yang terus merasa tidak puas dan iri dengan pencapaian yang telah diraih oleh orang lain.

Pesan kepada para pejabat negeri ini

Dari kasus Mario, melibatkan sebuah nama orang tua dan instansi pekerjaan yang seharusnya tidak perlu jadi konsumsi public. Dalam kasus ini kembali kita melihat bahwa setiap gerak gerik kita akan menjadi pusat perhatian apabila dilakukan dengan cara atau sikap yang tidak baik.

Instansi pemerintah kembali menjadi sorotan masyarakat atas apa yang dilakukan dari orang terdekatnya. Sudah mau selesai satu kasus yang membawa nama Instansi Kepolisian, kita beralih pada instansi Pajak yang melibatkan atau mengaitkan dengan kementrian yang bersangkutan.

Masyarakat menilai bahwa rakyat disuruh untuk taat membayar pajak, sedangkan pejabat yang bersangkutan sendiri tidak patuh akan kebijakan tersebut. Hal ini sama menyuruh anak kita untuk melakukan sholat, padahal orang tuanya sendiri tidak melakukan atau memberi contoh kepada anak-anaknya.

Perhatian masyarakat akan kasus ini semakin besar dan akan terus dipantau hingga segera berbenah dan melakukan perbaikan. Jika hal kecil saja tidak bisa dilakukan dengan baik, bagaimana untuk menangani atau mengurus hal besar di dalam kehidupan kita.

Tetap berpikir positif untuk banyak hal agar kita tetap dalam kesehatan, waras dan relevan dengan kehidupan nyata ini. Jangan terlalu mudah untuk melakukan hal bodoh yang bisa menyengsarakan dan menyusahkan kehidupan diri sendiri maupun orang-orang yang ada di sekita kita.

Salam inspirasi, Irfan Fandi

Pekanbaru, 24 Februari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun