Aku berlari menangis kepada kakak ku, bukannya mendapatkan pembelaan malah di ketawakan oleh semua orang dalam rumah.
Aku merasa malu dan marah dengan potongan gaya rambut yang telah di potong nya, aku tidak terima dan meminta pertanggung jawabannya atas perbuatan eksperimennya yang sok pandai.Â
Bodohnya aku pada masa itu bisa percaya banget dengan abangku yang mengatakan ia bisa memotong rambut, padahal ia tidak memiliki keahlian itu sama sekali.Â
Aku hanya bisa menurut dan iya kan saja penawarannya dari pada dapat colakan dari Guru di sekolah atau kakak dan ibuku karena rambutku sudah panjang.
Setelah lama berdiam diri dengan rambut yang aku tidak suka, aku masih nangis dengan rasa menyesal. Abangku datang menghampiri ku dan meminta maaf akan perbuatannya, ia mengajakku ke tempat potong rambut langganannya di luar.Â
Aku bergegas ambil topi untuk menutupi kepala ku agar orang lain tidak melihat apa yang telah di lakukan oleh abangku ini, aku merasa malu dan tidak percaya diri dengan model rambut potongan mangkuk di kepala.
Jika diingat kejadian itu sekarang malah aku tertawa dan merasa bodoh, mau aja di permainkan oleh abangku. Aku yakin dia melakukan itu hanya ok pandai dan ingin mencoba-coba saja. Sebagai kambing hitamnya ya akulah menjadi korban dari eksperimennya, sungguh pengalaman yang tak terlupakan.Â
Tidak sampai disitu kawan, hal yang memalukan lagi sampai di tempat potong rambut langganan abangku. Ternyata orang disana potong rambut ramai sekali dan aku nggak berani buka sebelum aku mendapatkan giliran untuk di potong rambutnya.Â
Ternyata apa yang aku hindari orang akan berkurang dan pergi, ternyata masih saja ada yang ngantri untuk di potong rambutnya.
Ketika aku membua topi, sontak abang yang mau memotong rambut ku ketawa ngakak. Aku langsung menatap kesal sama dia, ketawanya langsung terdiam dan menghilang tapi nampak tertahan. "pasti abang mu yang potong kan?" hahahahha ujarnya.Â
"kurang ajar juga ini orang ketawa terbahak didepan ku" aku mengutuk dalam hati tidak terima di ketawakan oleh orang, aku menanggapinya hanya dnegan diam dan berucap "potong saja bang, jangan banyak tanya. Pokoknya rapi dan nggak mau aku liat rambut kayak gini" ujar ku dengan tegas.