Mohon tunggu...
Irfan Fadila
Irfan Fadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mencoba menjadi pewaris peradaban

Mahasiswa Ilmu Politik yang gaterlalu politik. Menyukai sepak bola, musik rock, dan pantai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kungkungan Kapitalisme Sebagai Distorsi Rasio Instrumental dalam Mencari Kebenaran (Part 1)

2 Juni 2023   16:14 Diperbarui: 2 Juni 2023   16:33 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori August Comte ini dilatarbelakangi oleh pengalaman empiriknya pada saat masa revolusi Perancis yang pada saat itu dia tidak percaya pada apa yang dibawa oleh kelompok konservatif dalam menjaga keteraturan sosial dan pemikirannya yang rasional futuristik melihat bahwa ada perubahan sosial  yang terjadi di masyarakat Perancis lalu kejadian itu menjadi pondasi awal Comte membangun teori tiga tahapan intelektual manusia (Saebani & Beni, 2016).

Dari sini dapat kita lihat bagaimana August Comte merumuskan tahapan intelektual manusia dari loncatan historis pola pikir peradaban manusia dalam memandang pengetahuan dan kebenaran. Perubahan sosial masyarakat yang terjadi menandakan adanya suatu proses tahapan intelektual manusia berdasarkan perubahan yang didorong oleh kondisi yang terjadi di peradaban tersebut mulai dari masa teologis, metafisika, dan positivisme sebagai tahap intelektual akhir.

Fase teologis

Pada fase intelektual pertama yaitu teologis menurut August Comte manusia di fase tersebut dipenuhi dengan fetisisme serta kepercayaan terhadap politheisme dan monotheisme.Di tahap ini intelektual manusia mencoba merasionalisasi gejala yang ada pada alam dengan mempercayai sebuah kekuatan berada pada benda-benda atau roh yang ada di luar eksistensi manusia. Pada masa ini pula karena manusia percaya bahwa kekuatan ini ada pada unsur-unsur yang berkaitan dengan tokoh agamis serta benda yang dianggap memiliki kekuasaan memberi pengaruh pada kehidupan sosialnya untuk saling menundukan kekuatan antar kelompok (Chabibi, 2019). Pada masa ini kehidupan manusia dipenuhi dengan upaya penaklukan karena kepercayaannya mengenai kekuatan yang berada dalam unsur-unsur tadi.

Fase teologis ini adalah masa-masa manusia berada dalam kuasa dogma teologis sehingga segala sesuatu yang terjadi pada era tersebut akan dimaknai sebagai sesuatu yang telah diatur oleh kekuatan adikodrati dewa-dewa, roh ataupun Tuhan. Pada perkembangannya fase teologis ini dimulai dengan fetisisme terhadap roh atau kekuatan benda lalu menjadi politeisme hingga akhirnya mencapai titik monotheisme. Manusia pada saat fase ini belum mencapai suatu metode dalam menjelaskan fenomena alam berdasarkan metode yang terstruktur. Pemahaman akal budi rasio dan indra dalam menggali suatu fenomena alam belum tersistematikan maka dari itu upaya yang dilakukan adalah merasionalkan fenomena yang terjadi dengan menghubungkannya pada kekuatan di luar manusia. Sebelum akhirnya manusia akan mulai memasuki pada fase transisi dari intelektual teologis ke positivis melalui tahapan metafisika yang terjadi pada peradaban abad pertengahan yang ditandai dengan lahirnya semangat Renaissance.

Fase Metafisik

Fase metafisik hampir sama seperti fase teologis hanya saja manusia di era ini mulai memikirkan sesuatu yang abstrak dan filosofis dengan ditandai berkembangnya filsafat. Ada upaya merasionalkan kekuataan ghaib atau adikodrati dengan kekuataan abstrak yaitu salah satunya kekuatan pemikiran rasional atau akal budi (Chabibi, 2019). Pada fase ini intelektual manusia juga mulai mengembangkan pseudo sains yakni merasionalkan mitos pada kejadian fenomena alam (Iskandar, 2020). Fase ini juga memberikan corak baru pada kehidupan sosial masyarakatnya berbeda dengan fase teologis yang hanya berfokus pada sesuatu yang militeristik dan penaklukan, metafisika ini mulai menjadi jembatan awal manusia untuk fokus pada produksi.

Fase metafisik hampir sama dengan fase teologis tetapi di fase ini manusia mulai memiliki kesadaran kekuatan rasionya dalam memikirkan sesuatu yang abstrak. Nantinya fase ini menjadi titik dari optimisme manusia untuk mampu menjelaskan segala fenomena alam dengan kekuatan rasionya. Fase metafisik menjadi modal awal bertranformasinya intelektual manusia yang nantinya akan merujuk pada manusia yang positiv yaitu menitikberatkan pencarian kebenaran dan ilmu pengetahuan pada sesuatu yang tersistematis di fase selanjutnya.

Fase Positivis

Pada tahap terakhir intelektual manusia mulai menunjukan kedewasaan intelektualnya dengan menitikberatkan pengetahuan dan klaim kebenaran berdasarkan ilmu pengetahuan dan rasionalisme logis. Pergeseran yang terjadi dari fase teologis, metafisik, ke positiv merupakan loncatan besar dari intelektual manusia pada sains. Upaya-upaya mencari kebenaran dilihat dari data-data empiris dan logika rasional sebagai epistemologis pencarian pengetahuan dan kebenaran. Di fase ini pula manusia menemukan suatu formulasi dalam mencari ilmu pengetahuan dengan tersistematik pada sebuah metodologi salah satunya yaitu pendekatan positivisme Tahap positivis intelektual manusia tidak lagi berorientasi pada ide-ide absolut takdir alam semesta dalam berbagai fenomena seperti yang terjadi pada fase teologis dan metafisik tetapi lebih berorientasi mencari kebenaran berdasarkan hukum-hukum yang menjadi penyebab segala fenomena alam semesta. Observasi-observasi ilmiah menjadi syarat untuk mengklaim sebuah kebenaran. Setidaknya inilah kondisi yang terjadi pada masa kontemporer sekarang yang menitikberatkan segala sesuatu pada ilmu pengetahuan logika rasional untuk membangun peradaban manusia.

Berdasarkan apa yang telah August Comte gagas dalam teori hukum tiga tahap intelektual manusia, pada tahap positivis ini manusia mulai percaya terhadap kekuatan akal budi rasionya untuk mencari kebenaran. Era optimisme manusia dapat mencari kebenaran dengan kekuatan rasionya dapat kita lihat pada era pencerahan Aufklarung yang menjadi era manusia berusaha lepas dari kungkungan dogma dalam sebuah kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun