Mohon tunggu...
Irfan Fadila
Irfan Fadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mencoba menjadi pewaris peradaban

Mahasiswa Ilmu Politik yang gaterlalu politik. Menyukai sepak bola, musik rock, dan pantai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Pola Komunikasi Politik Berdasarkan Segmentasi Konstituen

23 Desember 2022   23:38 Diperbarui: 24 Desember 2022   00:33 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari apa yang telah dijabarkan diatas mengenai bagaimana cara-cara Boy untuk menyampaikan pesan politik bisa kita tarik sedikit kesimpulan mengenai pola yang digunakan Boy dalam komunikasi politiknya terhadap segmentasi konstituen anak muda generasi milenial. Kembali pada konsep komunikasi Harold D Lasswell, Boy menitikberatkan pesan politik yang disampaikannya kepada konstituen milenial menggunakan media-media yang entertaining serta trendy karena dengan begitu atensi yang didapat lebih efektif dibandingkan cara-cara konvensional yang dinilai kaku dan kuno dimana ini berbanding terbalik dengan anak muda yang cenderung lebih menyukai cara-cara yang fresh dan asik.

 Pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh Boy juga terbilang berimbang, ringan tetapi substansial  seperti contohnya sosialisasi promosi kekayaan alam daerah konstituennya, pendidikan politik, ekonomi kreatif, dan sebagainya pesan yang dibawa memiliki keseimbangan antara yang tujuannya entertain dan sosialisasi pendidikan. Melalui pengamatan apa pesan yang dibawa serta media yang digunakan Boy dalam berkomunikasi bila kita coba simplifikasi maka dapat ditemukan pola sebagai berikut

 

 Says What? (Program Kerja, Branding dan Sosialisasi pendidikan politik)-In What Channel (Media Sosial, Podcast)-To Whom? (Anak muda generasi milenial)

Dari sini dapat kita lihat bahwa Boy memang mencoba melakukan segmentasi dalam melakukan komunikasi politiknya pada konstituen yang ada di dapil nya. Hubungan interaksi antara Boy sebagai wakil dengan konstituen terwakilnya memiliki pola yang berbeda berdasarkan segmentasi usia, walaupun masih ditemukan kemiripan dalam pola komunikasi tetapi ada perbedaan baik itu pada aspek media penyampaian pesan (In What Channel) juga maksud pesan yang ingin disampaikan (Says What?). 

Untuk membuktikannya saya mencoba untuk melakukan perbandingan bagaimana cara-cara Boy dalam melakukan interaksi hubungan dengan konstituennya pada kalangan konstituen orang tua. Pola komunikasi politik Boy dengan kalangan konstituen orang tua atau generasi X memiliki sedikit perbedaan. 

Bila dalam pembahasan tadi Boy lebih memilih cara-cara yang asik dan trendy untuk menjangkau segmentasi konstituen muda, hal ini berbanding terbalik dengan hubungan interaksi Boy dengan kalangan tua yang lebih sering menggunakan cara yang konvensional. 

Boy lebih memilih cara untuk turun langsung ke lapangan dalam sosialisasi dan realisasi program kerjanya. Selain itu ia kerap melakukan kunjungan kerja serta hadir dalam acara-acara seremonial di dapil konstituennya. Sebagai contohnya ia kerap membuat sosialisasi kebangsaan dengan melibatkan para tokoh di dapilnya, sosialisasi mengenai upaya preventif kenaikan pangan dengan sidak pasar, dan memberikan bantuan langsung ketika pandemi covid 19 melanda. Program-program seperti bantuan terhadap lansia, renovasi rumah layak huni, dan perbaikan jalan dilakukan Boy dengan terjun langsung ke lapangan. 

Dalam postingan media sosialnya pun ia kerap terlihat sedang bercengkrama mendengarkan aspirasi konstituen kalangan orang tua mulai dari ibu-ibu PKK, bapak bapak, dan lansia. Cara-cara konvensional ini ditunjukan untuk menjangkau segmentasi kalangan orang tua yang kurang mengerti dalam mengakses media sosial sehingga diperlukan upaya terjun langsung face to face mengartikulasikan kepentingan dapilnya. Kedekatan pada segmentasi orang tua pun dilakukan dengan cara-cara memfasilitasi hobi konstituen seperti acara mancing bareng, olahraga bersama, dan makan bersama dengan kalangan orang tua di daerah pemilihan Boy. 

Langkah-langkah perwujudan program kerja Boy mendapatkan apresiasi oleh konstituen dapilnya karena ia mampu menjalankan fungsi representasinya dengan memposisikannya sebagai wakil yang mampu merangkul berbagai segmentasi yang ada. Boy tidak hanya sibuk membangun hubungan interaksi komunikasi politiknya dengan konstituen muda tetapi ia juga menjangkau kalangan orang tua sesuai proporsinya. Antara branding diri sebagai anggota dewan yang asik dengan sebayanya, Boy mampu menjadi sosok representasi konstituen yang secara umur berbeda jauh. 

Bila kita kaitkan kembali pada pola komunikasi yang dibangun oleh Boy maka dapat kita tarik pola yang sedikit berbeda pada konstituen kalangan tua sebagai berikut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun