Mohon tunggu...
Irfandy Dharmawan
Irfandy Dharmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Lawyer Tri Vittama Firm

Mengarungi Samudra Hukum, berlabuh di Dermaga Filsafat, dan Berlayar di Lautan Politik. Seorang Sarjana Hukum yang sedang menambahkan cerita di Perpustakaannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pernikahan di Indonesia Menurun, Mengapa Generasi Muda Enggan Menikah?

8 November 2024   14:12 Diperbarui: 10 November 2024   21:03 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami fenomena sosial yang cukup mengejutkan: angka perkawinan turun secara signifikan. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 hanya tercatat 1.577.255 pernikahan di Indonesia, menurun dari 1.705.348 di tahun 2022, dan ini merupakan angka terendah dalam dekade terakhir. 

Ini berarti terjadi penurunan sebesar 7,5% dalam satu tahun, yang mencerminkan adanya perubahan pola pikir generasi muda terhadap konsep pernikahan.

Fenomena angka perkawinan yang turun ini membuka banyak pertanyaan tentang sikap dan perspektif generasi muda terhadap pernikahan. 

Apakah benar bahwa mereka lebih memilih hidup mandiri tanpa ikatan? Ataukah tingginya tekanan finansial membuat mereka menunda, atau bahkan menghindari, pernikahan? 

Pada artikel ini, kita akan menelusuri faktor-faktor yang menyebabkan penurunan angka perkawinan, serta dampak sosial, ekonomi, dan demografi yang mungkin ditimbulkannya.

Data dan Fakta Penurunan Angka Perkawinan di Indonesia

Tren angka perkawinan yang turun di Indonesia bukanlah fenomena yang terjadi dalam satu malam. Berdasarkan data resmi BPS, penurunan angka perkawinan mulai tampak dalam beberapa tahun terakhir dan mencapai titik terendah pada tahun 2023 dengan hanya sekitar 1,5 juta pasangan yang menikah. 

Penurunan ini sejalan dengan tren global, di mana banyak negara maju maupun berkembang mengalami penurunan angka pernikahan akibat perubahan pola hidup dan ekspektasi generasi muda.

Penurunan angka ini mengindikasikan perubahan nilai dalam masyarakat Indonesia. Pernikahan, yang dulu dianggap sebagai fase penting dalam hidup seseorang, kini menjadi pilihan yang dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. 

Generasi muda saat ini tidak lagi memandang pernikahan sebagai suatu keharusan sosial, melainkan pilihan pribadi yang dapat diambil kapan saja, atau bahkan tidak sama sekali.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Menikah pada Generasi Muda

Angka perkawinan yang turun di Indonesia tidak lepas dari berbagai faktor yang berhubungan erat dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Berikut adalah beberapa alasan utama di balik keputusan generasi muda untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan:

Peningkatan Kemandirian Perempuan: Perempuan di Indonesia kini semakin mandiri dalam segi pendidikan dan ekonomi. 

Dengan akses yang lebih luas terhadap pendidikan tinggi dan kesempatan karier, banyak perempuan yang lebih memilih untuk fokus pada pengembangan diri sebelum mempertimbangkan pernikahan. 

Sebuah survei menunjukkan bahwa perempuan Indonesia kini lebih memilih untuk mapan secara finansial terlebih dahulu, baru kemudian mempertimbangkan pernikahan. 

Kondisi ini berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya, di mana banyak perempuan merasa harus menikah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi atau sosial.

Tantangan Ekonomi bagi Laki-Laki: Di sisi lain, banyak laki-laki Indonesia yang merasa kesulitan untuk memenuhi ekspektasi finansial dalam pernikahan. 

Biaya hidup yang terus meningkat, tuntutan untuk memiliki pekerjaan stabil dan finansial yang mapan semakin tinggi. Bagi sebagian besar generasi muda, beban ekonomi ini menjadi salah satu alasan utama untuk menunda pernikahan. 

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa laki-laki cenderung menunda pernikahan hingga merasa yakin dapat menopang kebutuhan keluarga secara mandiri. Fenomena ini sangat memengaruhi angka perkawinan yang turun di kalangan generasi muda.

Perubahan Pandangan terhadap Pernikahan: Jika generasi sebelumnya memandang pernikahan sebagai sesuatu yang harus dilakukan, generasi muda cenderung melihatnya sebagai pilihan. 

Mereka lebih memprioritaskan kebahagiaan pribadi, stabilitas emosional, dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. 

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 60% generasi muda di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak merasa terburu-buru untuk menikah karena lebih fokus pada diri sendiri dan karier. Bagi mereka, pernikahan hanyalah salah satu dari banyak pilihan hidup yang bisa diambil atau tidak diambil.

Pengaruh Media Sosial: Era media sosial membawa pengaruh besar terhadap pandangan generasi muda terhadap pernikahan. 

Kisah-kisah negatif seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, atau masalah perselingkuhan yang marak di media sosial, sering kali membuat generasi muda berpikir ulang tentang pernikahan. 

Selain itu, muncul tren yang dikenal sebagai "marriage is scary" di berbagai platform sosial, yang mempengaruhi cara pandang anak muda terhadap hubungan jangka panjang. Paparan informasi ini berperan besar dalam menjelaskan mengapa angka perkawinan turun.

Dampak Penurunan Angka Perkawinan bagi Masyarakat

Penurunan angka perkawinan ini bukan sekadar statistik; fenomena ini berpotensi memengaruhi struktur sosial, demografi, dan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Berikut adalah beberapa dampaknya:

Implikasi Demografis: Salah satu dampak yang paling nyata dari angka perkawinan yang turun adalah pada tingkat kelahiran. Semakin rendah angka pernikahan, semakin rendah pula tingkat kelahiran, yang pada akhirnya berdampak pada komposisi demografi. 

Ketika jumlah kelahiran terus menurun, struktur masyarakat berisiko mengalami ketimpangan, di mana jumlah populasi lansia lebih banyak daripada usia produktif. Kondisi ini dapat menimbulkan tantangan dalam hal produktivitas nasional dan ketersediaan tenaga kerja di masa depan.

Dampak Sosial dan Budaya: Di Indonesia, pernikahan bukan hanya persoalan dua individu, tetapi juga memiliki makna sosial yang dalam. 

Penurunan angka pernikahan bisa mengarah pada pergeseran nilai-nilai budaya, di mana semakin banyak orang yang hidup tanpa pasangan dianggap lebih wajar. 

Fenomena ini berpotensi mengubah norma sosial tentang keluarga dan membentuk pola interaksi sosial yang baru, terutama di daerah perkotaan.

Dampak Ekonomi: Dari segi ekonomi, angka perkawinan yang turun memengaruhi pola konsumsi dan perekonomian rumah tangga di Indonesia. 

Penurunan angka pernikahan berpotensi menurunkan permintaan terhadap barang-barang yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga baru, seperti peralatan rumah, furnitur, dan produk bayi. 

Sebaliknya, generasi muda yang memilih tidak menikah mungkin akan mengalokasikan pendapatan mereka untuk kebutuhan gaya hidup seperti pendidikan, perjalanan, atau teknologi. Pergeseran ini dapat berdampak pada sektor ekonomi yang berkembang dan mempengaruhi kebijakan industri serta konsumsi nasional.

Kesimpulan

Fenomena angka perkawinan yang turun di Indonesia mencerminkan perubahan pola pikir yang mendasar di kalangan generasi muda. 

Kemandirian perempuan, tantangan ekonomi, perubahan pandangan terhadap pernikahan, dan pengaruh media sosial semuanya berkontribusi pada tren ini. 

Generasi muda kini lebih memilih untuk menetapkan standar kebahagiaan mereka sendiri, dan tidak selalu menjadikan pernikahan sebagai pencapaian utama dalam hidup.

Dalam jangka panjang, penurunan angka perkawinan ini dapat berdampak besar terhadap demografi, budaya, dan ekonomi Indonesia. Perubahan struktur populasi dan nilai-nilai budaya adalah tantangan yang harus diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. 

Meskipun demikian, penting bagi setiap individu untuk menghormati pilihan masing-masing dalam menentukan jalan hidup mereka, termasuk keputusan untuk menikah atau tidak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun