Sejarah penggunaan hak veto penuh dengan contoh-contoh di mana anggota tetap menggunakan hak mereka untuk melindungi kepentingan nasional atau geopolitik mereka, sering kali di tengah kontroversi internasional.Â
Misalnya, selama Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet menggunakan veto mereka berulang kali untuk menghalangi tindakan satu sama lain yang dianggap mengancam kepentingan strategis mereka.Â
Ini menciptakan suatu paradoks di mana Dewan Keamanan, yang seharusnya menjadi pengawas perdamaian global, terkadang terhambat oleh kepentingan nasional negara-negara besar.
Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan hak veto masih sering menjadi bahan kritik karena dinilai menghalangi kemajuan dalam menangani krisis internasional seperti konflik di Suriah dan Darfur.Â
Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana hak veto, dalam praktiknya, sering kali mempersulit PBB untuk bertindak secara efektif dan tepat waktu, mengarah pada tuntutan reformasi dan pertanyaan tentang relevansi dan keadilan dalam struktur kekuasaan global yang saat ini ada.Â
Hak veto terus diperdebatkan sebagai alat yang secara teoritis berfungsi untuk menjaga keseimbangan kekuatan, namun dalam praktiknya kerap kali bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan dan intervensi kemanusiaan yang mendesak.
Keuntungan Ekslusif Hak Veto
Hak veto di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan keuntungan eksklusif kepada lima anggota tetapnya, memungkinkan mereka untuk mempertahankan kontrol signifikan atas keputusan yang berdampak pada keamanan global dan urusan internasional.Â
Keuntungan ini bermanifestasi terutama dalam kemampuan untuk melindungi kepentingan nasional mereka terhadap resolusi yang mungkin bertentangan dengan kebijakan luar negeri mereka.Â
Dengan demikian, veto memberikan suatu lapisan perlindungan diplomatik dan strategis yang tidak dinikmati oleh negara-negara non-veto, menegaskan posisi dominan mereka dalam geopolitik dunia.