Mohon tunggu...
Irfandy Dharmawan
Irfandy Dharmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Lawyer Tri Vittama Firm

Mengarungi Samudra Hukum, berlabuh di Dermaga Filsafat, dan Berlayar di Lautan Politik. Seorang Sarjana Hukum yang sedang menambahkan cerita di Perpustakaannya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menapaki Jejak Geologis Selat Muria dan Tantangan Hidrologi Masa Kini pada Fenomena Banjir Kota Semarang

14 Maret 2024   20:30 Diperbarui: 14 Maret 2024   20:32 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kesimpulan

Sejarah geologis Pulau Jawa, dengan lanskapnya yang terbentuk dari proses sedimentasi, tektonik lempeng, dan vulkanisme, memiliki hubungan yang kompleks dan mendalam dengan tantangan hidrologi yang dihadapi oleh kota-kota di pulau ini, termasuk Kota Semarang. Refleksi atas hubungan ini membuka pemahaman bahwa kondisi hidrologi masa kini tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari konteks geologisnya. Sejarah geologis memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana lanskap saat ini terbentuk dan bagaimana fitur-fitur tersebut mempengaruhi aliran air, penyerapan, dan kapasitas penyimpanan air tanah.

Dalam konteks Kota Semarang, tantangan seperti banjir tahunan, penurunan tanah (land subsidence), dan perubahan pola curah hujan, meskipun dipengaruhi oleh faktor manusia seperti urbanisasi dan penggundulan lahan, juga terkait erat dengan karakteristik geologis wilayah tersebut. Misalnya, land subsidence yang menjadi masalah kritis di Semarang tidak hanya disebabkan oleh ekstraksi air tanah yang berlebihan tetapi juga diperburuk oleh karakteristik geologi dasar yang lembut dan proses sedimentasi yang telah berlangsung selama ribuan tahun.

Memahami hubungan ini, pengetahuan tentang sejarah geologis dapat menjadi kunci dalam merumuskan solusi untuk mengatasi masalah banjir dan tantangan hidrologi lainnya. Misalnya, pemahaman tentang distribusi sedimen kuno dapat membantu dalam merencanakan lokasi infrastruktur baru, memastikan bahwa pembangunan dilakukan di atas tanah yang stabil dan kurang rentan terhadap penurunan. Demikian pula, pengetahuan tentang pola aliran sungai kuno dan proses sedimentasi dapat membimbing upaya-upaya dalam memulihkan jalur air alami dan meningkatkan kapasitas penyerapan tanah.

Pada akhirnya, pendekatan terintegrasi yang mempertimbangkan konteks geologis, sosial, dan ekonomi diperlukan untuk mengatasi masalah hidrologi di Semarang. Solusi seperti pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, reboisasi daerah aliran sungai, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan perencanaan kota yang cerdas, harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang lanskap alami dan sejarah geologis wilayah tersebut. Dengan demikian, pengetahuan tentang sejarah geologis bukan hanya konteks akademis tetapi juga alat praktis yang penting dalam menghadapi tantangan hidrologi masa kini dan mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun