Dengan adanya akses yang lebih mudah dan luas terhadap informasi yang ada, munculnya tantangan seperti penyebaran informasi palsu atay disinformasi kemudian membuat dan merubah persepsi masyarakat dalam melihat suatu keputusan. Lalu ada keamanan yang dirasa masih kurang "privasi", perkembangan yang signifikan ini meningkatkan kekhawatiran masyarakat akan privasi data yang tersimpan di dunia digital dan menimbulkan potensi penyalahgunaan data data milik pribadi. Resiko data milik pribadi rawan untuk diretas, dilacak dan disalahgunakan oleh pihak pihak yang tak bertanggungjawab membuat para pengguna harus lebih aware dalam menjaga keamanan terutama data diri pribadi.
Lalu, dimanakah peran Kader Persyarikatan ataupun Muhammadiyah dalam menjawab di era digitalisasi ini, bentuk partisipasi yang diberikan serta kemudian dikembangkan ke dalam realitas dunia maya. Muhammadiyah memang pada awalnya berdiri dan didirikan dengan tujuan sosial dan dakwah, namun saat ini semakin dewasa Muhammadiyah mampu beradaptasi dengan zaman sehingga strategi strategi dakwah yang dijalani mudah dan dapat diterima oleh masyarakat.Â
Faktor yang membuat senantiasa Muhammadiyah ini berkembang dan terus berinovasi adalah tuntutan visi, misi, dan kurikulum serta konsep dari dakwah itu sendiri. Dengan persyarikatan sudah melek pada ranah digital, mampu konsisten dalam pembaharuan dan memberi warna baru dalam dunia digital. Kader Persyarikatan dituntut mampu cakap dalam dunia digital tanpa meninggalkan asal usulnya serta memhami konsep etika yang berlaku sebagai bentuk taat pada organisasi induk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H