Mohon tunggu...
Aditya Irfan
Aditya Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Songwritter

Songwritter

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Munajad Kupu

11 Juni 2019   00:01 Diperbarui: 11 Juni 2019   00:11 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

      

Lantai terlihat Bersinar setelah ditumpahkannya serbuk glitter

Berbagai Kolase foto berserakan, Menyebar tak beraturan di sepanjang lobi sementara diluar tengah turun Salju

Sinar lampu bertengger rapih ,berderet memenuhi jalanan raya

Cairan Lilin terlihat mengering meninggalkan bekas disudut tembok perapian

Sementara Engkau dan aku saling bertukar kado harapan serta doa dimalam pergantian tahun.

Semua orang  Bertandang ke rumah, tampak bersuka cita merayakan detik detik terakhir menuju momen baru

Sepanjang Waktu Aku terjaga Cemas dengan bersembunyi dibalik pengasingan malam

Aku Bagaikan seekor kupu-kupu diam diam bermunajat pada gugusan permadani langit

Tiada satupun orang tahu jika kamulah tempat teraman untuk bersandar ketika kesedihan datang mencerca

Secangkir kopi Moccalatte panas terseduh sembari menemani suntuknya malam tanpa satu kerlipan cahaya bintang

Dibiarkannya Kedua Tanganku Mendarat pada Lingkaran kertas Dan Potongan Pena

Satu persatu rangkaian diksi telah berhasil tersusun Apik menjadi tulisan Bernarasi menyimpan sejuta makna

Bercak memori telah mengalihkan pikiranku, sejenak kepalaku terasa pusing dengan pertanyaan, kapan dan dimana perjalanan panjang ini akan berakhir. ?

Terkadang muncul ketakutan besar dengan siapakah nanti Dirimu Berpaling.

Bahkan Jika Kamu terbangun Pagi nanti takkan ada satupun hal dapat tercium jelas tentang bagaimana aku berjuang

Hanya ada sedikit permintaan kecilku Kepada Sang Maha kuasa jadikanlah ia sebagai sebuah permulaan dalam menempuh jalan hidup baru

Bahkan jika berada di titik terendah pun sekali lagi aku akan tetap ingin melewati masa tersulit ini dengan saling bergenggaman

Seperti Layaknya Setangkai Bunga Tanpa Sentuhan  Rekahan Cahaya

Hanya Ada Gelak canda tawa menghiasi disegala penjuru hari membuatku merasa seperti Serpihan pelangi 

Berwarna Dan Jauh Lebih Berkesan daripada sebelumnya

Kamu..tak perlu menyelamatkanku tapi maukah kamu melarikan diri bersamaku ?

Berlari Mengejar Masa Depan, Melangkah Sejalan Dengan Satu Pemikiran

Tanpa adanya rasa Khawatir serta rasa bersalah pada sendiri

Jika Lautan Samsara telah menggariskanmu padaku

Maka semestapun harus serentak siap untuk menyetujuinya

Catatan : Sang Maha Kudus Digantikan Sang Maha Esa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun