Mohon tunggu...
Irra Fachriyanthi
Irra Fachriyanthi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu 2 putra dan 1 putri yang tinggal di Doha Qatar bersama suami tercinta. Mantan jurnalis majalah remaja yang masih ingin terus menulis!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

7 Hari Tanpa Uang Tunai? Siapa Takut!

30 Oktober 2016   23:51 Diperbarui: 31 Oktober 2016   01:25 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesim pembayaran (foto:kolpri)

Yup, selama tinggal di Qatar, saya dan suami lebih sering menggunakan pembayaran nontunai atau cashless dalam setiap transaksi. Belanja bulanan di supermarket, makan di cafe/restoran, jajan di minimarket, belanja di toko, terkadang beli bensin dan bayar parkir juga. Kebanyakan parkir di Qatar gratis, tapi di airport dan Souk Waqif (pasar tradisional terkenal di Qatar), untuk bayar parkir kita tinggal memasukkan kartu ke mesin pembayaran parkir.

Untuk pembelian air galon, kami pakai buku voucher yang berisi 30 lembar voucher, jadi tiap kali ganti galon tinggal memberikan voucher-nya. Satu lembar voucher untuk satu galon. Bila kelupaan naruh si buku ini (maklum emak-emak rempong suka lupaan), baru deh kelabakan nyari uang buat belinya, korek sana-sani, longok kolong tempat tidur dan bawah kasur, hahaha...

Kami jarang menggunakan transportasi umum. Anak-anak ke sekolah ada yang pakai bus sekolah yang bayarnya per-term (3 bulan), yang pakai taksi langganan dibayar per-2 minggu. Bayaran sekolah pun memakai cek atau internet banking. Begitu juga pembayaran sewa apartemen, menggunakan cek.

Bahkan untuk si sulung yang sudah diizinkan sekolah jajan di kantin, sekolahnya memberikan kartu semacam e-money. Kartu ‘Kan-Teen’ ini diisi uang sebanyak yang diinginkan, kalau anaknya jajan, kartunya diberikan ke kasir untuk diambil saldonya sesuai dengan jajanan yang dibeli.

Jadi sejauh ini transaksi kami lebih banyak cashlessKarena sistem cashless ini biasanya menawarkan banyak diskon di outlet tertentu, juga dapat poin yang bisa ditukarkan menjadi voucher belanja di toko-toko tertentu.

Sebenarnya di Indonesia pun kami cukup sering pakai cashless, karena sangat praktis dan mudah. Bawa uang rupiah dalam jumlah besar itu membuat dompet menggelembung sampai kadang tidak bisa ditutup, hehehe... Lagi-lagi saya membandingkan dengan Qatar. Sebenarnya nilai 1 Qatar Riyal (QR) hanya Rp3500, namun QR punya pecahan kertas terbesar bernilai 500QR setara Rp1.800.000. Bayangkan bila uang rupiah, untuk membawa uang di atas 1 juta, kita harus mengantongi lebih dari 10 lembar uang seratus ribu karena sampai hari ini, setahu saya pecahan kertas terbesar rupiah adalah 100 ribu. Sudah dipastikan dompet jadi bengkak yang bisa mengundang perhatian orang jahat. Karena itulah bila di Indonesia, saya dan suami lebih suka bertransaksi  cashless.

Tapi untuk hidup 7 hari tanpa uang tunai di Indonesia agak susah sepertinya, karena jajanan abang-abang yang enak-enak itu belum ada yang bayarnya pakai kartu. Dan untuk belanja sayur-mayur sehari-hari, saya lebih suka di pasar tradisional atau di abang-abang sayur yang lewat depan rumah, yang tentunya tidak bisa bayar pakai kartu. Begitu juga untuk bayar angkot dan bayar parkir, kalau kita kasih kartu buat bayarnya, bisa-bisa ditimpuk supir angkot dan abang parkirnya sambil dibilangin belagu, hihihi….

Namun tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara yang cashless society (sekarang lagi menuju ke sana). Kita obrolin yuk apaan sih si cashless ini.

Pengertian Cashless

Cashless adalah sistem pembayaran tanpa uang tunai, menggunakan sebuah alat pembayaran yang bermacam-macam bentuknya, mulai dari kertas, kartu, stiker, hingga dalam bentuk chip (untuk electronic money).

Pada Agustus 2014, Bank Indonesia melakukan kampanye Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di seluruh wilayah Indonesia untuk memacu target pertumbuhan nontunai sebesar 10%, mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju yang sudah lebih dulu menggalakan cashless society. Hasilnya cukup menggembirakan, pada 2013-2014, kenaikan jumlah transaksi nontunai sekitar 47%, sedangkan di 2015 kenaikannya menjadi 163% dibandingkan jumlah transaksi di 2014. Ini menandakan masyarakat Indonesia terutama kalangan menengah ke atas di kota-kota besar sudah semakin banyak menggunakan cashless.

Bahkan pemerintah pun mulai ‘memaksa’ masyarakat menggunakan sistem cashless. Contohnya, pada transportasi umum, KAI dan Transjakarta hanya bisa digunakan dengan pembayaran cashless. Di gerbang tol, mulai banyak gerbang GTO (Gerbang Tol Otomatis) yang menggunakan electronic money.

Jenis-jenis Cashless

Selama ini saya paling sering pakai cashless dalam bentuk kartu debit, kartu kredit, internet banking dan mobile banking. Ternyata ada banyak jenis transaksi cashless.

1. Dalam bentuk kertas

Berupa cek dan bilyet giro, yaitu surat perintah pencairan atau dipindahbukukan ke rekening lain.

2. Dalam bentuk kartu

Bentuk kartu ini bisa berupa kartu kredit, kartu debet (ATM), dan chip (e-money). Kartu kredit adalah kartu yang berisi uang dengan jumlah yang telah ditentukan oleh si penerbit kartu dan apabila digunakan maka akan menjadi utang. Sementara itu kartu debet (ATM) adalah jumlah uang yang ada di tabungan kita. Penggunaan kedua kartu ini dengan cara digesek atau dimasukkan pada sebuah mesin EDC (Electronic Data Capture).

Kalau chip (e-money), bentuknya bisa berupa kartu, stiker, gelang, sim card, dan lainnya selama bisa ditanam chip di dalamnya. Uang yang tersimpan di dalam chip ini jumlah nominalnya sama dengan yang ditransferkan atau diisikan ke dalamnya. E-money ini tidak menggunakan pengaman seperti PIN, makanya proses transaksinya lebih cepat, digunakan dengan cara ditap atau ditempelkan pada mesin EDC.

3. Dalam bentuk Online, Internet Banking, Mobile Banking, SMS Banking

Cashless ini merupakan fasilitas yang diberikan bank untuk kemudahan transaksi nasabahnya di mana saja dan kapan saja, selama ada jaringan internet atau data seluler. Tentunya sesuai dengan jumlah uang yang dimiliki nasabah di bank tersebut.

Keuntungan Menggunakan Cashless

Bagi saya pribadi cashless ini sangat memudahkan dalam setiap transaksi yang saya lakukan sehari-hari. Kalau diperinci ada beberapa keuntungan yagn saya rasakan:

1. Lebih aman

Ini pastinya kelebihan dari cashless, walupun sebenarnya seorang hacker bisa mencuri uang kita. Tapi membawa-bawa uang fisik sangat mengundang tangan-tangan jahat. Ya kalau hanya uangnya saja yang diambil, seringnya si pemilik uang juga dihilangkan nyawanya. Resiko kehilangan uang karena lupa nyimpan atau tercecer/ jatuh juga berkurang.

2. Lebih praktis

Cashless membuat kita tidak harus menghitung lembaran uang ketika melakukan pembayaran, kalau sedikit masih mending, kalau jumlahnya banyak, jangan-jangan ketlingsut hitungnya. Selain itu yang lebih mengesalkan itu kalau kembalian dalam pecahan kecil, seringnya diganti sama permen. Padahal kan kita tidak beli permen ya :( 

3. Lebih terkontrol

Bagi emak-emak rempong seperti saya yang sok banyak urusan, kadang tidak telaten menulis pengeluaran setiap harinya. Nah, kalau belanja cashless itu kan ada laporannya, berupa struk, sms, atau email. Jadi mencatat pengeluaran ini bisa kapan-kapan, direkap sekalian nanti. Cuma kadang jadi lost kontrol juga, main gesek sana-sani tahu-tahu tabungan berkurang banyak, hehehe….

4. Lebih produktif

Dengan cashless kita mendapatkan kecepatan proses transaksi, bisa bayar di manapun dan kapanpun, tidak perlu datang ke tempatnya dan tidak perlu antre. Misalnya untuk bayar rekening listrik, bisa bayar di ATM atau pakai inet banking. Coba kalau datang ke kantornya, iya kalau kantornya dekat, sudah jauh, antreannya mengular bisa berjam-jam. Dengan cashless, waktu kita menjadi lebih produktif tidak dihabiskan untuk mengantre.

Selain keuntungan untuk pribadi atau individu, ternyata cashless pun menguntungkan bagi negara dan dunia usaha.

Untuk negara, dengan sistem pembayaran cashless akan menghemat belanja negara untuk biaya pengelolaan uang tunai. Apabila sistem cashless berhasil diterapkan dan membuat peredaran uang tunai semakin kecil, maka biaya pencetakan uang tentunya dapat dikurangi. Sehingga anggaran belanja negara dapat digunakan untuk hal lain, misalnya pembangunan infrastruktur. Selain itu dengan sistem cashless, negara dapat lebih mudah mengontrol sistem moneter, sehingga bisa lebih baik lagi dalam menentukan kebijakan. Hal ini karena tercatatnya data transaksi nontunai lebih akurat. Sementara dari segi penegakan hukum, negara juga diuntungkan dengan sistem cashless ini. Dugaan tindak korupsi, penghindaran pajak ataupun aktivitas ilegal akan lebih mudah ditelusuri.

Keuntungan sistem cashless untuk dunia usaha adalah kemudahan untuk mendapatkan jangkauan pembeli atau konsumen yang lebih luas. Dengan cara ini, pembeli suatu toko tidak harus selalu dari sekitaran toko saja tapi bisa lintas kota, lintas provinsi, lintas pulau, bahkan lintas negara. Para pemilik usaha pun tidak usah dipusingkan untuk menyediakan uang kembalian dalam jumlah besar. Dan yang paling penting dari segi keamanan akan lebih aman karena tidak ada uang tunai yang bisa diambil oleh pencuri atau penjahat yang datang merampok ke toko.

Kekurangan Sistem Cashless

Selain kelebihin dan keuntungannya, sistem cashless ini mempunyai kekurangan dan kelemahan. Seperti yang telah saya singgung sedikit di atas, sistem cashless bisa mengubah gaya hidup seseorang menjadi lebih konsumtif, karena kemudahan gesek sana-sini akhirnya lupa diri. Dalam hal ini perlu pengendalian diri terutama dalam hal pengunaan kartu kredit. Pengalaman saya dan suami, kami tidak memakai kartu kredit sebagai kartu utang tapi sebagai kartu pembayaran layaknya kartu debet. Jadi secepatnya kami akan melunasi pemakaian kartu kredit itu.

Kerugian lain adalah biaya yang dikenakan penyelenggara uang elektronik, misalnya untuk membeli alat berupa kartu, token, sim card, dan lainnya. Belum lagi biaya administrasinya. Namun menurut saya kerugian ini tidak terlalu besar dibanding kegunaannya yang besar.

Kekurangan lain yang paling membuat ketar-ketir adalah bahaya kejahatan cyber. Suami saya pernah ditelepon pihak bank yang mengkonfirmasi pemakaian kartu kreditnya di Hongkong, sementara suami saya tidak sedang di Hongkong saat itu. Untunglah pihak bank cepat tanggap sehingga suami saya tidak dirugikan. Karena itu suami saya sangat menghindari pembayaran online dengan menggunakan kartu kredit. Kita tidak pernah tahu seorang hacker bisa saja membobol data-data kartu tersebut.

Kelemahan paling utama dan krusial dari sistem cashless adalah sangat bergantung pada jaringan internet atau data seluler, sehingga ketika terjadi kerusakan pada infrastruktur karena bencana atau sedang maintenance website, akan mengakibatkan hambatan pada setiap proses transaksi. Saya sering mengalami ini, misal lagi belanja di supermarket, tiba-tiba mesinnya rusak tidak bisa memroses pembayaran kartu saya, sementara saya tidak bawa uang cash sejumlah yang diperlukan. Terpaksa deh cari dulu ATM terdekat untuk ambil uang. Sering juga internet banking tidak bisa diproses karena katanya website lagi dalam pemeliharaan, padahal saat itu sedang ada urusan penting yang harus segera transfer uang.

Sakuku BCA

Nah, salah satu sistem cashless yang lagi happening saat ini adalah Sakuku BCA . Sakuku ini layanan terbaru dari Bank BCA, ditujukan untuk generasi muda yang sangat bergantung pada smartphone hingga punya jargon, “lebih baik ketinggalan dompet daripada hp” :). Tapi emak-emak rempong yang berjiwa muda juga tidak dilarang memiliki dompet elektronik ini biar kekinian, hehehe....

Sakuku BCA yang diluncurkan pada 28 September 2015 ini berupa dompet atau uang elektronik yang diakses melalui aplikasi bernama Sakuku, yang bisa diunduh di play store dan apple store.

Layanan Sakuku sangat praktis karena menggunakan nomor HP sebagai nomor uang elektronik. Kita bahkan tidak perlu menjadi nasabah BCA sebelumnya untuk bisa memanfaatkan layanan ini. Kini berkat Sakuku, smartphone kita memiliki fungsi layaknya dompet, bahkan lebih seru lagi.

Keuntungan dari Sakuku BCA:

1. Bisa dipakai bayar belanja di beberapa merchant dan e-commerce

Dengan teknologi scan QR code, Sakuku dapat digunakan untuk melakukan pembayaran di beberapa merchant dengan outletnya yang tersebar di Jabodetabek, seperti D’Cost, Häagen-Dazs, BonChon, Doner Kebab, CGV Blitz, dan lain-lain. Sakuku juga telah bermitra dengan beberapa situs e-commerce terkenal.

2. Bisa isi pulsa ke nomor manapun

Dengan aplikasi Sakuku, kita bisa isi pulsa bahkan pulsa bisa dikirimkan ke nomor lain, maupun melakukan permintaan isi pulsa ke nomor teman Sakuku. Pengisian pulsa hingga Rp 1,1 juta per harinya.

3. Mudah registrasinya dan Aman

Registrasi Sakuku sangat mudah. Pertama, unduh aplikasi Sakuku dari Google Play Store (Android OS 4.0 ke atas) atau Apple App Store (iOS 7.1 ke atas). Buka aplikasinya, setujui syarat dan ketentuannya, lalu isi data diri (nama, tanggal lahir, dan alamat email), lanjutkan ke proses pembuatan PIN, dan akun Sakuku bisa langsung aktif!

Pembukaan rekening hanya dikenakan biaya kirim 1x SMS (Rp 250 atau Rp 350 tergantung operator). Secara otomatis, pulsa akan berkurang (prabayar) atau masuk ke tagihan bulanan (pascabayar).

Transaksi menggunakan Sakuku juga aman karena menggunakan PIN berupa enam digit numerik setiap kali login dan otorisasi transaksi.

4. Praktis top up-nya

Kita bisa isi dana ke Sakuku melalui menu transfer pada ATM BCA dan KlikBCA Individu. Jika belum memiliki rekening BCA, bisa meminta keluarga atau teman untuk melakukan pengisian dana ke nomor Sakuku kita.

Nasabah dapat memiliki maksimal saldo Rp 1 juta, dengan setoran top up maksimum Rp 20 juta per bulan. Lewat menu yang ada di dalam aplikasi Sakuku, kita bisa melihat informasi saldo dan mutasi transaksi hingga 31 hari ke belakang. Segala bukti transaksi juga tersimpan dalam inbox aplikasi ini.

Jadi tunggu apalagi, yuk kita ambil bagian dari gaya hidup cashless yang praktis dan memudahkan hidup menjadi lebih produktif!

Referensi:

Spesial Issue Tabloid NOVA No. 1495/XXIX

Artikel www.swa.co.id pada Oktober 2015

website www.bca.co.id

Irra Fachriyanthi

FB: https://www.facebook.com/irfach

twitter: https://twitter.com/irfach

Instagram: https://instagram.com/irfach

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun