Pale ulu ana ndu// Bunda MariaMenyaksikan penderitaan puteranya
Kapu pa’a ana mbama // Memangku puteranya yang tak bernyawa
Ngeti ngai ana dhahdi// hingga mati di pangkuannya
Ramba lasa sala ata //Demi menebus dosa manusia
Saya sendiri sempat menyaksikan ritus Jumat Agung di paroki Kisol, tahun 1994. Ritus inkulturatif itu sontak membuat semua pemeluk Katolik Rongga merinding apalagi kisah sengsara Yesus langsung menyentuh jatung dan kepekaan bahasa asli Rongga.Sayang, setelah Rm Edu Jebaru, Pr pindah, tak satu pun pastor pengganti yang berusaha menghidupi Vera dalam ritus Jumat Agung. Padahal tarian keramat ini bisa menjadi medium pewartaan iman Katolik yang tepat bagi orang Rongga! Diharapkan Gereja bisa memikirkan hal ini secara serius untuk penghayatan iman umat di wilayah Rongga!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H