Oh wunu ngeta wali//Ternyata daunnnya kembali menghijau(Terjemahan harafiah)
Ungkapan ini menggambarkan kegelisahan seorang gadis yang menanti pria pujaan hati namun tak kunjung datang. Dalam penantian itu, ia cukup menghabiskan energi dan pikiran sehingga turut memengaruhi auranya yang tampak begitu kusam dan kering. Namun, setelah memperoleh kekasih semangatnya bangki kembali dan wajahnya pun kembali berseri.
Nyanyian puitik Vera biasanya berasal dari pengalaman kehidupan harian dan persentuhan dengan pengalaman real masyarakatnya. Ia bersifat dinamis, tetapi tetap mematuhi pola dan kaidah dalam merajut ugkapan layaknya patun yang menggunakan pola rima tersendiri. Karena itu nyanyian Vera bisa disusun demi membahasakan suatu maksud atau tujuan sesuai dengan konteksnya. Seorang Rongga yang maju dalam kancah politik, misalnya, ia bisa menggunakan Lyrick Vera untuk menarik minat calon pemilih.
Kampanye pemilihan Bupati Manggarai Timur, tahun 2008 lalu, misalnya, pasangan Joseph Totte=Andreas Agas menyuguhkan puisi dari bahasa Rongga ciptaan Pak Yohanes Nani, seperti berikut:
Kolo Sa Toko Adzhe Satembu
Kesa kele mbere Kesa// (Orang Kepo) membawa mbhere (tas kecil tradisonal)
Mau sambu lau mau// Ketemu orang Rongga di mau (pantai)
Rongga dhoi oka Orang//Rongga membawa kapur siri
Mau Sambu lau mau// Di mau (pantai) kita bertemu
Wula ndheka lima zdhua// Di bulan tujuh