Mohon tunggu...
Irenius Lagung
Irenius Lagung Mohon Tunggu... -

Sedang berusaha menemukan merek dan rumah kepenulisan. Coretan2ku belum sempurna, tetapi kompasiana akan lebih asyik membantu peziarah baru menemukan istana sesungguhnya, ya rumah kepenulisan dan merek-nya. Kata orang, Every Writer has an Address. Semoga aku terus MENJADI!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tarian Vera; Lamentasi ala Suku Rongga

24 April 2011   06:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puisi ini mengambil setting latar kehidupan bahari orang Rongga, yang gemar memburu makanan laut, seperti kerang, ikan, dll. Jejak kebudayaan bahari itu coba diangkat ditampilkan dengan tujuan bukan menyentuh hati orang Rongga saja, tetapi menggugah hati semua orang Kolor, Wolos, Kepo-Rajong dan Manus di wilayah Kota Komba yang sejak dahulu kala menyebut orang Rongga dengan istilah Rongga Kima.

Puisi ini membuat orang Rongga terperangah lantas berpengaruh pada dukungan bagi pasangan Yoseph Totte-Andreas Agas pada pilkada Manggarai Timur pertama yang menghantar pasangan itu keluar sebagai pemenang.

Sayang belakangan tak banyak lagi generasi muda orang Rongga yang mampu menggubah pengalaman realnya dalam lyric-lyric Vera. Pengaruh kebudayaan modern membuat unsur kebudayaan ini mulai terdesak dan kehilangan pengaruhnya. Sementara sanggar-sanggar kebudayaan Rongga yang didirikan atas prakarsa Forum Masyarakat Rongga, lebih bertendensi untuk membangun pencitraan bahkan pemujaan terhadap sosok tertentu.

Lametasi Vera Dalam Ritual Jumat Agung

Hingga saat ini belum ada upaya untuk mementaskan Vera secara luas di luar acara peringatan kematian atau pesta kematian. Akibatnya banyak generasi muda yang tak menguasai tarian ini serta nyanyian puitiknya. Upaya untuk melestarikan tarian ini sempat dilakukan Pastor Paroki Kisol, Rm Eduardus Jebarus, Pr (1994) dengan memasukkannya ke dalam ritus liturgi Juma’t Agung.

Dalam ritus inkulturatif itu, pada setiap perhentian jalan salib diadakan kepok dalam bahasa Rongga. Sementara pada acara puncak sore hari diadakan nggore nggote, yang dikuti dengan nyanyian puitik Vera berisil silsilah Yesus Kristus, lalu disusul dengan ungkapan-ungkapan Vera yang melukiskan pengalaman jalan salib Yesus Kristus. Pada perhentian keduabelas, dimana Yesus Wafat dan disalibkan, dinyanyikan ‘ tangi jo”  atau lamentasi/ratapan.

Yesus… wolo mesu ana embu// Yesus karena kasihmu pada anak-anakmu

Sa’a panggo mbiwa talo// Panggul Salib tanpa menyerah

Tau koso raja woso //Demi menanggung dosa anak-anakmu



Yesus… ramba mesu ana embu //Yesus demi kasihmu pada anak-anakmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun