Tersenyum sepintas terlihat sepele. Siapapun pasti pernah tersenyum, bahkan orang yang pemarah sekalipun pasti pernah tersenyum.
Senyum membuat kita merasa senang, dan juga membuat orang lain yang kita beri senyum juga pasti happy.
Namun pernahkah sahabat-sahabatku tersenyum tanpa objek? Hehe... ga pernah kan?!
Saya telah berusaha menjalankan teori tersenyum 72 jam dalam seminggu. Tentunya kadang saya lupa tersenyum, tetapi begitu sadar pasti kembali tersenyum.
Teori tersenyum ini mudah saya laksanakan karena adanya masker. Saya dan kawan-kawan saya mulai belajar teori senyum ini pada masa pandemi Covid-19.
Memang, walau memakai masker, orang-orang yang berpapasan dan kebetulan melihat ke arah saya pasti tahu bahwa saya tersenyum. Ada yang membalas dengan sedikit mengangguk dan saya pun balas mengangguk. Â Wow... senang sekali!Â
Saya jadinya 'berkawan' dengan banyak orang. Di Poli Kartu Indonesia Sehat (KIS) paling banyak kawan. Menunggu antrian dan dokter, jadi terhibur.
Penasaran kan siapa yang mengajari? Oh, saya dan teman-teman belajar relaksasi dan meditasi pada Pak Dokter yang baik hati dan sangat sabar. Siapa dia? Dokter yang selalu tersenyum itu adalah dr. RB Santoso Sp.U, akrab kami sapa sebagai dokter Santo.
Dokter Santo mengajar saya banyak hal melalui bukunya Smart Healing dan pertemuan-pertemuan kami. Awalnya kami sering meditasi bersama di RS Dharmais Jakarta, tetapi sejak pandemi pertemuan kami menjadi pertemuan daring melalui zoom. Salah satu hal yang diajarkannya adalah teori senyum 72 jam. Ketika wajah saya terlihat siap-siap protes, karena merasa sulit untuk tersenyum terus, dokter langsung berkata, "Tenang saja, kan pakai masker..." Hehehe... dokter tahu saja kalau saya takut dilihat aneh.
Beberapa bulan yang lalu saya akan menjalani tindakan operasi. Ketika di ruang persiapan, saya didatangi dokter anestesi yang memberitahu bahwa saya akan dibius umum (total). Wah saya rada sedikit panik. Biasanya cuma bius separuh.Â
Saya membujuk dokternya tapi ga berhasil karena yang minta adalah dokter spesialis urologi yang akan melakukan operasi. Mau tidak mau, saya harus nurut! Untuk menenangkan hati, saya ingat tersenyum dan mengatur napas 6-6 sesuai ajaran dokter Santo. Operasi aman dan saya sangat santai dan nyaman.