Postingan saya berjudul Terpukau Dengan Capung, ternyata mengundang banyak komentar  (banyak buat ukuran saya, hehe...) umumnya pada mengaku telah melakukan permainan yang pada waktu itu tidak disadari telah menyiks capung.
Diantara komentar itu K'ner Bung Abdul membuat saya terharu. Katanya dia sudah tidak menjumpai capung di kampungnya. Nah...! Dia merasa galau, apakah capung menjadi langka atau malah sudh musnah akibat perbuatannya dulu menyiksa capung.
Bung Abdul menyertakan link artikelnya yang sudah diposting duluan. Dari postingannya itu saya belajar banyak tentang capung dan membuat saya lebih terpukau lagi dengan capung.
Sejak saat itu, saya semakin giat berburu capung untuk saya potret. Bukan lagi untuk saya jadikan mainan seperti dulu, lho. Teman teman saya pun ada yang mengirim foto-foto capungnya.
Seringnya saya memotret capung, kayaknya membuat kemampuan memotret saya juga ada peningkatan.
Kalau dipikir, alangkah beruntungnya penduduk kota Jakarta dan sekitarnya, karena saya masih sering melihat serombongan capung terbang berseliweran di angkasa. Saya membayangkannya seperti helikopter yang mencari tempat untuk mendarat. Sayangnya, capung-capung yang beterbangan berombongan sepertinya tidak pernah mendarat di tempat saya. Hehe...!
Begitulah setiap senggang saya selalu berkeliling mencari capung, atau apa saja yang menarik, yang bisa saya amati perilakunya. Rumput bergoyang pun menarik lho.
Saya menyertakan beberapa foto capung yang berhasil saya potret maupun kiriman teman. Semoga anda bisa menikmati foto-fotonya.
Oh iya hampir lupa, saya mempunyai kisah menarik mengenai seekor capung yang berwarna kuning kecoklatan.
Pada hari Kamis sore sekitar pukul 16.00 WIB, datanglah capung itu dan hinggap pada salah satu tanaman liar yang ada di kebun. Tentu saja saya segera memotretnya.
Ketika sore menjelang gelap, dia masih nangkring di situ, cuma dia pindah pohon di sekitar situ juga. Anehnya keesokan harinya dia masih nangkring di situ sampai sekitar jelang tengah hari, baru dia pergi.
Hari Sabtu tidak ada capung yang datang.
Nah, kemarin hari Minggu sore, si capung kecoklatan itu datang lagi. Kali ini dia hinggap di pohon palem di dekat tempatnya semula. Sayangnya kali ini dia ga nginap. Kisah ini hanya sepele, tapi buat saya sangat berkesan. Bagaimana dengan anda?
Sementara mengetik artikel ini, saya berharap semoga Bung Abdul kembali menemukan capung yang dirindukannya. Capung, selain cantik, juga mempunyai banyak kegunaan. Agar capung tidak punah, mari kita jaga lingkungan hidup kita tetap bersih dan asri!
Tanamlah aneka pohon, yang selain menyejukkan dan membersihkan udara akan menarik dan menghidupi satwa-satwa kecil, capung, kupu-kupu, lebah dan lain-lain.
Mau tahu lebih banyak mengenai capung? Klik Link Bung Abdul pada kolom komentar Terpukau Dengan Capung
Selamat menikmati ulasan Bung Abdul.
Salam lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H