Pagi-pagi, masih subuh pukul 4.30 WIB, Romo FX Widyatmaka, SJ Â dipanggil Bapa kembali ke haribaanNya. Walau sudah tahu Romo sakitnya sedang parah, berita itu tetap masih mengejutkan saya dan membuat saya amat sedih.
Saya berdoa memohon yang terbaik buat Romo Wid tetapi masih saya embel-embeli semoga Bapa di Surga memberinya kekuatan untuk tetap survive, dan bisa kembali ke tengah umatnya di paroki St. Anna Duren Sawit, Jakarta, dan para umat sahabatnya.
Saya pertama mengenal Romo Widi, begitu saya memanggilnya, ketika beliau datang bertugas sebagai Pastor rekan di gereja Santa Perawan Maria Ratu, Paroki Blok Q, Kebayoran Baru, Jakarta. Kalau ga salah waktu itu kami sedang bekerja bakti merapikan halaman gereja. Kami bisa cepat akrab karena sifatnya yang ramah, dan hobinya juga suka memperhatikan tanaman. Komunikasi kami semakin lancar mungkin karena kami sama-sama "cerewet". Maafkan saya ya, Mo....
Seingat saya, Romo Widi selain bertugas di Paroki Blok Q, beliau berpindah-pindah tugas, antara lain pernah ke Gereja St. Yohanes Penginjil, Paroki Blok B, Kebayoran Baru. Di paroki ini Romo Widi aktif bersepeda dan sering gowes bersama Bapak Walikota Jakarta Selatan. Saya dengar di sana Romo Widi sangat rajin mengunjungi umat parokinya. Waktu itu beliau Pastor rekan di sana.
Sebelum bertugas di paroki, sepertinya beliau pernah menjadi kepala sekolah di Kanisius Menteng. Kabarnya beliau adalah pemrakarsa baju seragam untuk murid Kanisius yang sebelumnya memakai baju bebas. Mengenai ini saya belum sempat cek ke Romo Widi. Kalau saya salah info, anggap saja info ini ga ada ya.
Kemudian beliau pernah bertugas di Weleri Jateng. Lalu kembali lagi ke Jakarta. Sayang urutannya tidak saya ingat. Beliau pernah pula bertugas di Gereja St. Theresia, Menteng, Jakarta. Di sana, saya dan suami masih sekali-sekali mengunjunginya.
Ketika beliau beralih tugas ke Gereja St. Petrus dan St. Paulus, Mangga Besar, Jakarta, kami lebih sering bertemu. Walau jarak dari Kebayoran Baru tidak dekat dan ditambah lalu lintas yang macet, kami termasuk sering ke sana. Mengapa? Karena saat itu, di sana bertugas tiga orang Romo yang pernah bertugas di Gereja Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q. Ada Romo A. Djitapandrija SJ, Romo M. Oei Goan Tjiang SJ dan Romo FX Widyatmaka SJ
Kemudian Romo Widi menjadi Romo Kepala di Duren Sawit. Sejak itu menjadi sulit buat kami mengunjunginya. Di samping jarak yang jauh, macet, kurang paham lokasi, dan usia kami yang sudah semakin banyak. Pernah kami berkunjung bersama sahabat kami tapi tidak berhasil ketemu Romo. Ya... memang kami ga sempat janjian.
Kelak setelah beliau sakit serius, tetap saja kami belum bisa berjumpa. Kemudian saya dengar Romo Widi sudah survived.
.
Ada yang pernah ngirimi foto Romo Widi naik kuda masuk gereja. Kayaknya itu peristiwa prosesi arak-arakan pada hari Minggu Palma. Melakonkan Yesus masuk kota Yerusalem sambil dielu-elukan dengan daun palma. Romo Widi pasti sangat senang, dan semua itu menjadi kenangan buat kami.
Kami tidak sempat bertemu lagi, bahkan sampai beliau wafat tadi subuh. Karena itulah duka yang mendalam di hati sangat terasa.
Banyak kenangan yang masih sangat membekas di hati saya. Walau "cerewet" saya tahu hatinya sangat baik. Beliau selalu siap menolong orang yang membutuhkan pertolongan, tanpa banyak komentar. Saya juga pernah merasakan pertolongannya. Terima kasih ya, Mo...
Sifatnya yang ramai dan selalu ramah memudahkan kami dalam menjalankan tugas kami di paroki. Saya boleh ngomong apa saja, ga pernah takut karena paling usulan ditolak tapi tidak dimarahi.
Itulah sebagian kenangan saya terhadap Romo Widi yang akan selamanya saya kenang. Selamat jalan Romo Widi...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI