Kecuali pisang ambon, pisang ini tidak disebut unti ambon, melainkan tetap disebut pisang ambon. Demikian juga dengan pisang mas yang umum, tetap disebut pisang mas. Hanya pisang mas yang khas Makassar yang disebut unti bulaeng, bukan juga unti mas. Unik, bukan?!
Unti bulaeng ini, bentuknya juga unik, bisa Anda simak di foto yang saya sertakan. Buahnya agak panjang tapi langsing. Saya membayangkan seperti jari-jari tangan yang berisi. Buahnya terasa manis dan beraroma wangi yang khas. Biasanya diijual per tandan. Mungkin karena buah dan tandannya kecil. Entah apa alasan sesungguhnya.
Dulu, ibu saya selalu membeli dua tandan dan menggantung di dekat pintu dapur. Ketika kami pulang sekolah, pasti berebutan memetik langsung dari tandannya. Tidak sampai besok, pisang itu akan tertinggal tangkai tandannya saja. Maklum kami delapan bersaudara dan semuanya keturunan monyet. Hahaha…!
Waktu itu banyak dijual di pasar dan oleh pedagang keliling yang naik sepeda, disebut pagandeng. Beberapa tahun terakhir, sudah lama juga, saya masih menjumpai pedagang keliling mangkal di Jalan Somba Opu Pasar Baru Makassar, di depan toko-toko emas.
Untungnya, saya berhasil menanam unti bulaeng. Ini sudah lebih dari 15 tahun yang lalu. Seorang kerabat saya, yang kini telah berpulang, bermurah hati membawakan bibitnya dari Makassar. Waktu itu masih leluasa membawa tanaman ikut naik pesawat udara. Hehe... sekarang sudah ngga boleh, ya?!
Sedikit catatan, unti bulaeng yang saya tanam pada awalnya bentuk buah dan rasanya, sama persis dengan asli. Sekarang kok rasanya ada sedikit penyimpangan bentuk maupun aromanya. Namun bisa juga saya yang keliru, saking fanatiknya saya bahwa pisang ini hanya cocok tumbuh dan berbuah di Makassar.
Seandainya lahan saya cukup luas, akan saya tanam yang banyak. Saya akan menjadi penjual unti bulaeng yang pertama di Jakarta. Beda-beda dikit, orang lain tidak akan tahu. Asyik, bukan? Agar banyak yang bisa turut mencicipi pisang yang imut dan enak ini.
Dengan segala keunikannya, sayang sekali jika pisang ini dibiarkan saja. Semoga unti bulaeng khas Makassar ini dilestarikan, jangan sampai punah. Malah bila mungkin, unti bulaeng ini dijadikan buah ikon Kota Makassar.
Akankah? Semoga... Mari, kita peduli!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H