Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Pak Han Awal dan Nasihat Terakhirnya untuk Saya

18 Mei 2016   10:02 Diperbarui: 17 Juli 2016   12:10 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Saya mengenal Bapak I.F.X. Han Awal sudah sejak puluhan tahun silam. Awalnya hanya sebagai sesama umat Paroki Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q, Kebayoran Baru, Jakarta.

Kemudian putri kami berteman dengan putri pak Han sebagai siswi Tarakanita.

Hubungan kekeluargaan kami menjadi lebih akrab lagi, karena kami kemudian sempat bertetangga di daerah Tulodong Bawah Kebayoran Baru.

Pak Han, demikian saya memanggilnya, memang dari dulu sangat sederhana. Dia baik hati, ramah, sangat sosial dan tutur sapanya santun, sampai akhir hayat beliau.

Sosoknya yang humble ini, membuat orang-orang yang tidak mengetahui siapa dia, pasti hanya memandangnya sebagai seorang bapak pada umumnya yang baik hati.

Padahal beliau adalah seorang Maestro, seperti yang ditulis oleh Yoris Sebastian, Creative Junkies Meet the Maestro, di majalah Intisari Edisi Mei 2012. Ya, beliau seorang arsitek yang penuh dedikasi dan ahli konservasi bangunan tua. Dari majalah Intisari tersebut saya terkesan pada pesannya, "Dalam setiap pekerjaan, kita perlu merasa dituntun oleh Roh Kudus, perlu bersikap sahaja, dan memikirkan orang lain bila mungkin.” dan “PR hidup kita tak pernah berhenti. Cobalah selalu pikirkan sesama kita.”                                                   

Menurut saya, Pak Han bukan hanya perhatian pada bangunan tua dan bersejarah, tapi juga terhadap orang-orang di sekitarnya, terhadap alam dan pepohonannya pun beliau peduli.

Buktinya, sebatang pohon besar dibiarkan tumbuh di dalam rumahnya di Jalan Kemang IV. Arsitektur rumahnya yang disesuaikan dengan pohon yang sebelumnya sudah ada di situ. Kalau saya tidak salah ingat, demikian juga dengan rumah dahulu di Jalan Tauhid, Tulodong Bawah, yang telah tergusur untuk pembangunan Kawasan SCBD (Sudirman Central Bussines District).

Pohon yang dibiarkan tumbuh di dalam rumah Pak Han
Pohon yang dibiarkan tumbuh di dalam rumah Pak Han
Mengenai karier dan kepiawaian pak Han, biarlah teman-teman lain yang menulisnya. (Baca juga Han Awal, Maestro Yang Tak Pernah Berhenti Belajar)

Bagian saya, cukup hanya berupa catatan dan sentuhan-sentuhan pribadi ini, yang rasanya cukup berharga untuk saya share disini.

Ketika perayaan Tri Hari Suci, pada Hari Kamis Putih saya melihat pak Han dan bu Daisy duduk beberapa deret di depan saya. Seperti umat yang lain yang mau kebagian tempat duduk di dalam gereja, mereka pun datang satu setengah jam sebelum misa mulai. Walau usia sudah lanjut, ibadat Tri Hari Suci tidak satu pun yang mereka lewatkan.

Saya pernah bercerita, bahwa saya diminta menjadi salah satu pembicara pada Konvensi Perhimpunan Peranakan Tionghoa Makassar, karena merasa kurang layak, saya menolaknya. Beliau sangat menyesalkan itu dan langsung memberi pengarahan kepada saya.

Ketika saya berniat menulis obituari seorang tokoh paroki, beliau dengan senang hati bersedia membantu melengkapi data-data yang saya butuhkan. Namun ternyata artikel itu tidak pernah terbit. Saya sangat kecewa, juga merasa bersalah kepada beliau, karena saya sudah memburu-burunya meminta data. Ternyata beliau malah yang menghibur saya.

Begitulah pak Han, beliau selalu penuh perhatian dan siap membantu, apa pun itu.

Walau tadi saya mengatakan tidak akan menulis tentang kepiawaian beliau, rasanya yang satu ini, sayang jika saya lewatkan.

Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Gereja Katedral Jakarta menjadi sejuk berkat pemasangan AC yang dikerjakan dengan teliti oleh pak Han, dengan tanpa merusak apa pun termasuk penampilan arsitektur di dalam gereja.

Perjumpaan dan nasihat terakhir dari pak Han.

Pada tanggal 24 April 2016, saya berjumpa pak Han bersama ibu Daisy di sebuah toko buah di Kebayoran.

Saya sangat senang, dan sambil memilih-milih buah kami ngobrol.

Beliau sempat mengangkat buah Srikaya Australia dan berkata, “Lihat berapa harganya, mahal sekali.” Lalu kami sama-sama tersenyum, karena harganya memang betul-betul fantastis.

Kemudian saya bercerita tentang pohon duren saya yang berbuah setelah enam belas tahun dan ketika saya sudah terdiagnosis prediabet.

Pak Han dengan gayanya yang halus mengatakan, tidak usah dimakan.

Tentu saja, saya protes.

Katanya lagi,” Kepuasan bisa dari mata, dari hidung dan dari apa saja, tidak perlu harus dimakan.”

”Saya sudah puluhan tahun tidak makan duren karena darah tinggi,” tuntasnya.

Nasihat yang sangat filosofis.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah dan sampai berhari-hari kemudian, kata-kata pak Han terus menjadi percakapan saya. Saya sangat kagum akan disiplin dirinya yang begitu kuat. Ketika saya pamit pulang duluan, saya sempat bertanya, apakah boleh saya main ke rumah untuk berbincang berbagai hal. Saya bertanya hanya basa basi, karena jawabannya sudah pasti boleh.

Sayang niat saya itu tidak sempat kesampaian. Terima kasih pak Han atas segalanya.

Selamat jalan dan beristirahatlah dalam damai Tuhan.


Selamat jalan Pak Han, beristirahatlah dalam damai Tuhan
Selamat jalan Pak Han, beristirahatlah dalam damai Tuhan
Menjelang misa pelepasan Bapak Han Awal di Gereja Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q, Kebayoran Baru, Jakarta
Menjelang misa pelepasan Bapak Han Awal di Gereja Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q, Kebayoran Baru, Jakarta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun