Keesokan harinya, masih sangat pagi ketika ia diberi tahu oleh Manager President Hotel tempatnya menginap, bahwa karena sesuatu hal mereka mohon maaf terpaksa membatalkan booking kamar yang masih satu hari lagi.
Ya, terpaksa check out dan pindah ke Hotel Gajah Mada. Kok pindahnya jauh banget, ya?! Ya, karena teman-temannya sering nginap di sana. Setelah check in, dia baru sadar kenapa hotel begitu sepi, jalanan juga makin sepi. Mungkin tadi dia kurang perhatian karena sibuk menggendong si Teddy Bear merah.
Kemudian dari jendela kamar hotel, suami saya melihat massa mulai menggerombol dan mulai membakar mobil buatan Jepang yang lewat. Waktu itu, massa masih bubar bila ada polisi dan tentara yang datang
Dia mulai merasa, situasi sudah nggak benar.
Memang sebelumnya sudah terdengar kabar bahwa mahasiswa akan demo, menentang PM Jepang Tanaka Kakuei
Atas petunjuk seorang teman dia memutuskan pindah ke Kebayoran Baru, ke Hotel Tulip.
Bayangkan dia harus pindah dari daerah Kota menuju Kebayoran Baru, dalam suasana kota yang sudah mulai kacau. Tidak ada Taxi yang mau membawanya. Terpaksa dia berjalan kaki, dengan sebuah koper dan menggendong si Teddy Bear.
Akhirnya ada juga Taxi gelap yang bersedia mengantarnya, dengan catatan dia bukan orang Jepang.
Sesampai di Hotel Tulip, dia diamat-amati terus karena namanya mirip nama Jepang. Mungkin dia mau ditolong sopir taxi itu, karena si Teddy Bear. Pak Sopir sempat bertanya boneka itu untuk siapa. Mungkin pak Sopir kasihan memikirkan anak yang menantikan ayah dan bonekanya.
Tidak lama setelah sampai di Hotel Tulip, terdengar berita Hotel Gajah Mada sudah mulai dibakar massa. Nasib Proyek Senen tidak jauh berbeda. Semua habis, ludes terbakar dan dijarah.
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Peristiwa MALARI, kalau nggak salah artinya, Malapetaka Limabelas Januari.