Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Patung Natalku, Genap Berusia 48 Tahun

25 Desember 2015   20:22 Diperbarui: 25 Desember 2015   20:30 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ipar-ipar yang baru remaja, keponakan-keponakan, maupun sepupu-sepupu yang masih kecil senang berkumpul merayakan Natal bersama. Bukan acara pesta formil, hanya kumpul-kumpul dan bisa berulang berkali-kali, sampai pohon Natal dan gua Natal itu dibongkar.
Putri kami waktu itu baru berumur tujuh bulan.

Pindah ke Jakarta

Pada Juli 1974, kami pindah ke Jakarta. Tidak lama setelah kepindahan kami, terjadi krisis ekonomi. Hal ini sangat mempengaruhi ekonomi keluarga kami.

Seminggu lagi Natal akan tiba, anak-anak bertanya, "Di mana pohon Natal dan gua Natalnya?" Dengan berat hati saya mengajukan dua opsi; "Mau pohon Natal atau kue?" Karena kondisi keuangan kami hanya memungkinkan untuk salah satu pilihan tersebut. Mereka memilih pohon.
Jadi sepakat, kami akan Natalan dengan pohon terang tanpa kue.
Namun Tuhan mengasihani anak-anak kami, Dia memberi kue untuk kami, melalui tangan seorang Pater, yang merelakan rolltaartnya untuk anak-anak kami.

Terima kasih, ya Pater. Semoga Terang Natal membuat Pater bugar kembali.

Seminggu menjelang natal 2015

Menghias pohon Natal dan membuat gua Natal, baru saja rampung. Ini berkat bantuan asisten, kalau tidak dibantu, yaa…!
Saya merasa sedikit terusik, melihat gemerlap hiasan-hiasan pohon Natal yang telah menyertai dan menyemarakkan natal kami untuk ke-48 kalinya. Memang hiasan itu tidak semua berusia 48 tahun, namun patung-patung gua dari awal sampai sekarang tidak ada yang ditambah atau diganti.

Gua
Gua
Gua dengan patung yang berusia 48 tahun

Ketika saya memasukkan patung itu satu persatu ke dalam gua, ada sapi yang sudah kehilangan telinganya, gembala yang putus kakinya, yang terpaksa dibantu pemulihannya dengan lem. Belum lagi onta, sudah mengalami patah tulang dimana-mana. Mungkin karena onta cuma satu dan menarik, sedangkan tangan-tangan mungil anak-anak saya belum mampu menahan bobot onta tersebut, sehingga sering terjatuh. Kebiasaan ini kemudian berlanjut ke cucu-cucu.

Sekarang tinggal seorang cucu yang sangat menyukai pohon dan gua Natalku. Akankah masih tetap demikian pada Natal tahun depan? Entah ya…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun