Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Burung Elang Itu, Kembali...

27 November 2015   08:01 Diperbarui: 27 November 2015   08:22 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa dendeng itu harus ditungguin? Iya, untuk menghindari dendeng dimangsa oleh burung elang.

Sebetulnya tugas ini membosankan, karena itu saudara-saudara saya tidak ada yang betah. Sebelum disuruh, mereka sudah ngacir duluan.

Supaya tidak bosan, disamping membaca buku cerita, saya suka memperhatikan burung-burung elang itu. Iya, burung elangnya bukan satu, tapi ada beberapa ekor yang terbang berputar-putar di angkasa. Apa bila keberadaan saya agak terlindung dan diam tidak bergerak, dengan cepat burung elang itu menukik ke bawah dan dengan gesit akan menyambar dendeng ibu saya. Namun sebelum si elang mencapai sasaran, saya langsung berteriak dan mengusir dengan melambaikan kain yang sudah saya siapkan. Layaknya kami bermain.

Kadang saya merasa kasihan dan melemparkan potongan dendeng yang agak kecil, tapi saking kecilnya, si elang tidak menggubrisnya. Potongan itu lalu saya kembalikan ke tempatnya di atas tampah. Iih… padahal itu sudah kotor karena sudah saya letakkan di lantai.

Saya pun pernah tertidur, lalu saya kecolongan sepotong besar dendeng. Akibatnya, saya dimarahi ibu.

Oh, iya mereka pernah juga menyambar anak ayam kami. Saya menangis karena sedih…


Itulah pengalaman saya dengan elang-elang si pemakan daging.

Sore itu, daerah Puncak diguyur hujan yang lumayan deras. Sambil bermain kartu, saya mengisahkan cerita elang itu kepada suami saya. Rasanya saya sangat merindukan masa-masa itu…, saya kehilangan burung-burung elang itu.

Pagi harinya udara sangat sejuk dan segar. Matahari bersinar terang, namun titik-titik air bekas hujan semalam belum sepenuhnya kering.

Pada pagi menjelang siang, ketika kami bersantai di teras, saya kembali berkata, “Kemana ya perginya burung-burung itu…?”

Tiba-tiba kami mendengar bunyi kepak sayap, dan melihat seekor elang menukik ke bawah, persis sama gerakannya ketika dulu si elang akan menyambar dendeng ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun