Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Walau Kemarau, Saya Panen Rebung

15 September 2015   17:40 Diperbarui: 15 September 2015   17:50 2901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa! Kan, kami merawatnya.

Caranya. setiap kali panen rebung, kami tidak memotongnya dari pangkalnya, kami sisakan kira-kira tiga centi atau lebih, maksudnya supaya tidak merusak mata tunas, yang ada di pangkal rebung. Lagi pula dipotong sampai pangkal habis, juga percuma, karena bagian pangkal biasanya sudah keras. Kemudian di bekas potongan itu, kami timbun dengan sampah-sampah daun yang telah lapuk.[caption caption="Sisakan pangkal untuk menumbuhkan rebung"]

[/caption]

 

Biasanya dari pangkal rebung yang kami sisakan itu, akan tumbuh tunas-tunas rebung yang baru. Jadi begitulah, sehingga saya bisa panen sepanjang tahun. Asyik, bukan?!

Saya membaca di Tabloid Kontan, tanggal 10 Agustus-16 Agustus 2015, Peluang Budi Daya Rebung Bambu, ternyata Rebung Betung Kalimantan, katanya yang paling enak.

Saya belum pernah tahu, ada rebung yang lebih enak dari rebungku. Atau..., jangan-jangan cikal bakal, Bambu Betungku berasal dari Kalimantan?! Hanya bung F. Rahardi yang bisa mengidentifikasi... hehehehe!

Seharusnya perkebunan bambu digalakkan, karena ada begitu banyak keuntungan yang bisa diraih, dari segi ekonomi, maupun untuk kelestarian lingkungan.

[caption caption="Bersama rebung panenanku"]

[/caption]Sehabis panen, rebung itu tidak mungkin habis kami konsumsi dalam sehari, walau sudah pula saya bagikan ke teman-teman yang mau. "Yang mau," kataku. Ya, ada yang tidak mau lho..., karena malas memotong-motongnya.

"Kebangetan, ya?!" "Maaf, saya ngerti kok, benar memang ribet dan butuh ketekunan."

Dalam hal iris mengiris rebung, saya belum tersentuh teknologi modern, masih dengan cara tradisional, secara manual memakai pisau yang tajam.

Rebung yang siap panen, tidak bisa disuruh menunggu. Dalam hitungan hari rebung itu akan melejit tinggi, menjadi bambu muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun