Rencana pembangunan Rumah Sakit Kanker oleh pak Ahok, sungguh patut diapresiasi. Kabar itu sungguh sangat menggembirakan, laksana kado buat kota Jakarta yang berulang tahun ke 488.
Ya, semoga pelaksanaannya bisa segera terealisasi dalam waktu dekat.
Kebutuhan rumah sakit, apalagi rumah sakit kanker dengan fasilitas penunjang yang lengkap, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, tentu sangat dibutuhkan.
Dengan meningkatnya pelayanan BPJS, kebutuhan rumah sakit pasti meningkat pula.
Selama ini, banyak pasien terpaksa harus ngantri dan menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan pelayanan.
Saya pernah mendengar, bahwa ada pasien BPJS yang terdiagnosis usus buntu, harus ngantri menunggu giliran untuk pelayanan operasi. Apa usus buntu akut, bisa menunggu?
Pasien kanker yang perlu menjalani kemoterapi sudah antri, tapi obat Fludarabine kosong di pasaran. Masih banyak hal lain yang dikeluhkan masyarakat. Pak Ahok, kami memang sangat butuh rumah sakit, terutama buat masyarakat menengah ke bawah. Semoga rumah sakit yang sudah ada pun, bisa ditingkatkan kapasitas dan kemampuannya.
Tapi, mengapa saya juga minta gedung parkir?
Mau tahu ceritanya? Sebetulnya tanpa mendengar kisahku, semua warga Jakarta pasti pernah mengalami sulitnya mencari tempat untuk memarkir kendaraan di Jakarta, khususnya di area rumah sakit.
Beberapa waktu lalu, saya menemani suami berobat ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Walaupun kami sudah sampai di halaman rumah sakit pada pukul tujuh pagi hari, sangat sering kami sudah tidak kebagian parkir.
Daripada parkir di pinggir jalan yang juga sudah hampir penuh walau ada tanda dilarang parkir, kami terpaksa parkir ke RS Carolus, lalu berjalan kaki kembali ke RSCM. Kalau sudah agak siang, parkiran RS Carolus juga sudah penuh.