Berbelanja di Pasar Santa cukup menyenangkan dengan suasana kekeluargaan, ada semacam sentuhan pribadi yang saya rasakan antara pedagang dengan kami sebagai pelanggannya.
[caption id="attachment_357959" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana kekeluargaan dalam berbelanja (dokumen pribadi)"]
Sekarang setelah lansia, saya dan suami biasanya berbelanja ke pasar berdua. Apabila salah satu dari kami absen, mereka pasti menanyakan, "Mana ibu?" atau "Mana bapak?", demikian juga sebaliknya saya akan mencari bila mereka tidak terlihat, "Mana mas Itok, pak Jumadi atau pak Tambunan?"
Â
Mereka tidak akan menjual barang yang kurang okay kepada kami. Itulah artinya langganan. Merekapun akan memanggil kami, apabila ada jualannya yang biasanya, sering kami cari, misalnya sukun atau kacang tanah segar berkulit. Haha ketahuan kesukaan kami, ya?!
Â
Suami saya pernah diberi kemeja batik oleh tukang sayur langganan. Ketika ditanya alasannya, jawabnya, "Ketika melihat baju ini saya teringat Bapak, jadi saya beli untuk oleh-oleh." Baju itu sangat pas ukurannya. Saat itu suami saya menjelang akan menjalani operasi besar, saya membatin apa artinya ini. Itu terjadi lima setengah tahun yang lalu.
Dulu banget, sewaktu masih pasar lama, pernah saya membeli ikan dan sudah dipotong-potong pula, ketika saya menyadari tidak membawa dompet, ikan boleh dibawa, malah mereka menawari saya pinjaman uang.
Â
Itulah uniknya hubungan kami, karena itulah kami tetap menjadi pelanggan pasar Santa, sambil berharap manajemen pasar melakukan terobosan dengan  inovasi-inovasi kreatif demi kemajuan para pedagang dan kepuasan para pembeli.
Â