Pada tahun 2022 lalu, survei dari Indonesia Property Watch atau IPW menunjukkan, hanya milenial yang memiliki penghasilan rata-rata Rp 8,5 juta per bulan dengan usia 27 sampai 39 tahun yang aktif membeli rumah atau properti.
Padahal, penghasilan rata-rata milenial di tahun itu hanyalah Rp 6 sampai 7 juta per bulan.
Sementara itu, survei Rumah123 pada tahun 2018 lalu menunjukkan hanya 5 persen saja dari generasi milenial di Indonesia yang sanggup membeli rumah.
Melansir dari Gramedia.com, ada sederet penyebab mengapa milenial kesulitan memiliki rumah.
Mulai dari adanya ketimpangan gaji dan harga rumah, kenaikan harga rumah, tanah dan properti yang signifikan hingga program pemerintah yang terbatas.
Ketimpangan itulah yang sukses dinarasikan dalam film Home Sweet Loan.
Meskipun premis ceritanya terkesan sederhana, namun Home Sweet Loan mampu mengisahkan pahit getirnya perjuangan milenial di negeri ini demi mendapatkan rumah.
Kaluna yang sudah bekerja lama di satu perusahaan dengan gaji satu digit, mati-matian pulang malam meskipun tak dibayar lembur hingga kelelahan dan mencari pekerjaan tambahan.
Hasil tabungannya pun diambil untuk membayar token listrik di rumahnya yang dihuni seabrek orang yakni kakak-kakaknya yang tak punya cukup uang namun nekat menikah dan punya anak.
Budaya seorang anak yang seakan 'wajib' membantu keluarganya dan menjadi penopang bagi saudara dan kedua orang tuanya, juga digambarkan begitu pas dalam film ini.